Happy Reading❤
¤¤¤¤Syella mengerjapkan matanya, ia merasakan tangan dan kakinya diikat, Syella mencoba melepaskan ikatannya dengan sekuat tenaga namun tidak berhasil. Ia mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.
"Wah udah bangun?" tanya seseorang, Syella tidak bisa melihat wajahnya karena ia berada di tempat yang gelap. Satu yang Syella ketahui pelakunya adalah seorang perempuan.
"Ka-kamu siapa?" tanya Syella berusaha setenang mungkin.
"Gue? Lo gak perlu tau siapa gue!"
"Gue cuma mau ngingetin satu hal ke lo! Jauhin Arya!" ucapnya dengan mencengkram kuat dagu Syella.
"Lo harusnya sadar diri! Arya itu gak mungkin suka sama lo!" lanjutnya dengan smirk.
Syella bungkam. Ia tidak tau harus berkata apa. Melawan, bagaimana mungkin tangannya saja masih terikat dengan erat.
Perempuan itu menendang kursi yang diduduki Syella hingga membuat Syella jatuh, tidak puas sampai itu dia menarik rambut Syella dengan kuat hingga membuat sang empunya meringis kesakitan, tak segan-segan ia menampar pipi mulus milik Syella dan membenturkan kepalanya ke dinding hingga membuat darah keluar.
"Kali ini gue cuma memperingati lo! Kalau lo gak mau dengerin ucapan gue, tunggu aja yang lebih dari ini!" ujarnya memperingati. Dia mengambil air lalu menyiramkannya ke tubuh Syella. Setelah itu dia pergi meninggalkan Syella sendiri tanpa rasa bersalah.
Syella tak menjawab, keadaannya cukup mengenaskan bibir yang robek, darah yang menetes dari kepalanya.
"To-long," ucap Syella lirih hampir tak terdengar. Ia merasakan pusing yang cukup hebat hingga membuat kesadarannya menghilang.
▪▪▪▪
Syella membuka matanya ia melihat sekelilingnya yang didominasi warna putih.
"Kak Diego?" ucap Syella yang menemukan Diego tertidur di sampingnya. Syella tersenyum ia sempat berharap Arya yang akan menolongnya tetapi yasudahlah setidaknya masih ada yang menolongnya.
"Syella, lo udah bangun?" tanya Diego dengan suara serak khas bangun tidur.
Pertanyaan Diego hanya di balas anggukan oleh Syella.
"Mau minum?"
"Gausah kak," jawab Syella.
"Ada yang sakit?"
Syella menggeleng.
"Kak Diego gak sekolah?" ucap Syella yang teringat bahwa sekarang bukanlah hari libur.
"Enggak, lagian juga udah telat," balas Diego menatap jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 07.45 sedangkan sekolah dimulai jam tujuh.
"Ketua osis kok bolos sih," ujar Syella menyindir, ia hanya bermaksud bercanda.
"Ya gak pa-pa lah sekali-kali," ucap Diego cengengesan.
"Kak Diego yang nolong aku?" tanya Syella. Pertanyaan bodoh, ya jelas lah. Siapa yang sekarang ada dihadapannya. Memangnya siapa yang ia harapkan, Arya?
"Iya."
"Makasih ya kak, dan maaf ngerepotin" ujar Syella tersenyum.
"Iya, lo gak ngerepotin kok, kalau ada apa-apa lo bisa minta tolong ke gue lagi, gausah sungkan."
"Kak Diego kok bisa nemuin Syella?"
"Ehm, jadi gini..."
Flashback on_
KAMU SEDANG MEMBACA
Sofferenza [END]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum membaca🤗] Jika keluarga berpotensi menorehkan luka, lantas apa gunanya rumah yang kalian sebut sebagai tempat berbagi suka duka? ____________ Sofferenza dalam bahasa Italia yang memiliki arti penderitaan. Penasaran sama cerita...