Happy Reading❤
¤¤¤¤"Lo ngapain buly adek kelas sih," tanya seorang laki-laki menahan amarah.
"Dia bikin gue marah!"
"Apa salah dia sama lo."
"Lo kok belain dia sih," laki laki itu tampak menghembuskan nafas gausar.
"Gue gak belain dia Meyra!"
"Sory gue gak sengaja bentak lo."
"Gue mau maafin lo, tapi lo harus ngelakuin sesuatu."
laki-laki itu mengerutkan alisnya, "Apa?"
Meyra membisikkan sesuatu, hingga membuat laki-laki itu menatapnya.
"Lo gak usah bercanda."
"Lo tau gue gak suka bercanda," ucap Meyra dengan smirk yang tercipta di bibirnya.
"Gue gak mau."
"Terserah lo, itu artinya lo gak sayang sama gue."
"Argh, oke gue mau!"
"Bagus," Meyra melangkah meninggalkan laki-laki itu dengan tersenyum puas.
▪▪▪▪
"Saya mau cerai!"
"Kenapa?! Ohh karena kamu selingkuh sama perempuan murahan itu! Iya!" Dian menatap nyalang Bram.
"Terserah! Yang penting saya mau cerai! Dan kamu urus saja anak gak berguna itu!"
"Kamu bawa pergi saja dia! Saya tidak membutuhkannya!"
"Kamu ibunya jadi kamu yang harus mengurusnya! Saya tidak mau anak pembawa sial itu!" Bram melangkah cepat mebinggalkan rumah istrinya ralat mantan istrinya itu.
Syella yang berada di kamarnya hanya terdiam, ia dapat mendengar semua perkataan yang membuat hatinya sakit. Syella memang bodoh, ia berharap mereka akan saling merebutkan dirinya, namun nyatanya tidak ada yang menginginkannya.
Syella melihat ke arah pintu yang dibuka, Dian berjalan dengan mata yang memerah menuju dirinya.
"Semua ini gara-gara kamu!"
"Salah Syella apa ma? Kenapa Syella selalu disalahin atas perbuatan yang enggak Syella lakuin?"
"Diam kamu! Gausah banyak omong!"
"Saya benci kamu! Kenapa kamu lahir di dunia! Dasar gak berguna! Mati aja kamu!" cacian itu membuat hati Syella berdenyut sakit.
"Syella juga gak mau dilahirin ma kalau kayak gini."
"Bagus kamu sadar diri! Cepet mati!"
"Mau saya bantu?" tanya Dian menatap anaknya dengan senyum smirk.
Dian pergi membuat Syella bernafas lega, ia sempat mengira Dian akan melakukan hal yang buruk terhadapnya.
"Mama?" Syella berucap ketika melihat Dian kembali membawa sebuah ikat pinggang.
"Kamu itu gak berguna, jadi lebih baik kamu mati," Dian mencambuk tubuh Syella menggunakan ikat pinggang yang ia bawa dengan cukup keras.
Splash
"Akh, ma sakit," erang Syella membuat Dian tersenyum puas.
Splash
"Saya gak peduli!"
Splash
"Ampun ma," Syella menangis tersedu-sedu, sudah dipastikan banyak memar di tubuhnya setelah ini.
"Baiklah, kali ini cukup sampai sini," Dian melenggang pergi tak peduli dengan Syella yang terus terisak.
Syella merasakan pusing dikepalanya, ia meringis kesakitan. Semua tubuhnya terasa sakit. Dengan darah yang terus menetes dari hidungnya. Ia tersenyum, senyum yang memiliki banyak arti.
"Syella akan tetep sayang mama setelah apapun yang mama lakukan."
Syella mengambil benda tajam dari meja lalu mulai menggoreskan pada pergelangan tangannya, ia hanya menggoresnya tidak sampai membuat urat nadinya putus. Untuk saat ini Syella masih kuat ia tidak akan melakukan hal itu.
Syella tidak memperdulikan darah yang terus menetes dari hidung dan pergelangan tangannya, ia sibuk memejamkan matanya berusaha untuk segera tidur. Ia berharap hari esok akan lebih baik dari hari ini.
🍃
"Ma, Syella berangkat dulu," ucap Syella saat hendak menyalimi tangan Dian.
"Pergi aja kamu! Gausah pulang!" ujar Dian meninggalkan Syella tanpa mau tangannya disentuh.
"Yang sabar non," ucap bi Asih menatap Syella kasihan.
Syella tersenyum, dengan segera mengambil tangan bi Asih lalu menyaliminya, "Makasih bi."
"Aduh non, tangan bi Asih kan kotor."
"Gak pa-pa kok bi, yaudah Syella berangkat ya."
"Iya, hati-hati."
"Ayo mang Jojo berangkat."
"Siap non."
Mang Jojo melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Hingga sampai di depan gerbang sekolah dengan selamat.
"Syellaaa," teriak Sabrina menggema.
"Jangan teriak-teriak bego, diliatin orang tuh!" ujar Ana memukul kepala Sabrina pelan.
Audy menatap mereka jengah, lalu kembali menatap Syella.
"Lo masih gak enak badan?" tanya Audy menatap Syella dengan alis berkerut.
Sabrina dan Ana langsung mengarahkan perhatian mereka pada Syella.
"Eh iya Syel, kok lo masih pakek jaket?" tanya Ana.
"Emm, iya cuman kurang enak badan sedikit, tapi lebih mendingan kok," jawab Syella. Ia berharap semoga teman-temannya tidak curiga.
"Yaudah yuk kita ke kelas, bentar lagi bel," ujar Audy, yap sedari tadi mereka mengobrol di dekat gerbang.
"Eh iya kan sampek lupa, yaudah yuk keburu bu Ira masuk nih!" ucap Ana menarik ketiga tangan temannya.
"Huft, untung bu Ira belum masuk," ucap Sabrina bernafas lega.
"Oh iya Syel, hubungan lo sama Arya baik-baik aja kan? Masa lo baru pacaran gak ada uwu-uwunya gitu?" tanya Ana.
Syella yang mendengarkan penuturan Ana hanya diam. Ia tidak tau harus menjawab apa, uwu-uwu? Ketemu aja gak saling sapa gimana mau uwu.
"Ck, lo kan tau sendiri Arya cuek kayak gitu," jawab Sabrina menyenggol tangan Ana.
"Hehe iya juga sih, emang enak ya pacaran sama cowo dingin?"
"Menurut gue sih enak-gaenak, enaknya dia kan cuek tuh nah pasti gak bakalan selingkuh, gaenaknya itu gak dia gak bisa romantis."
Bukan Syella yang menjawabnya, melainkan Sabrina.
"Gue tanya ke Syella ya, kok lo mulu sih yang jawab!" ucap Ana menatap sabrina sinis.
"Ya..gue kan cuma bantuin Syella jawab," balas Sabrina menatap Ana tak kalah sinis.
"Udah-udah kok kalian malah ribut sih!" ucap Audy menatap kesal pada mereka berdua.
"Hehe ampun buk Audy," ucap Ana dan Sabrina kompak, mengangkat tangan mereka membentuk paece.
Akhirnya mereka terus mengobrol hingga salah satu guru datang.
🍰TBC🍰
879 work.
Vote, kritik dan saran sangat diperlukan:)
See you🍃Senin, 15 Februari 2021🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
Sofferenza [END]
Roman pour Adolescents[Follow dulu sebelum membaca🤗] Jika keluarga berpotensi menorehkan luka, lantas apa gunanya rumah yang kalian sebut sebagai tempat berbagi suka duka? ____________ Sofferenza dalam bahasa Italia yang memiliki arti penderitaan. Penasaran sama cerita...