Part 23🌼

12.5K 784 10
                                    

Happy Reading❤
¤¤¤¤

Arya termenung memikirkan kembali perkataan Iren saat di taman, ya ia sempat berbincang dengannya sebelum kejadian di kantin. Bahkan ia sempat terkejut dengan keberadaan Iren.

Flashback_

"Eh woy katanya ada murid baru," ucap Adit antusias.

"Siapa?"

"Gak tau, tapi katanya sih perempuan sekelas sama Syella."

"Beneran?" 

"Iya, kalau cantik pengen gue gebet!" ujar Adit.

"Lo mah playboy cap kadal," sarkas Eza melirik Adit malas.

"Bodo amat penting banyak ceweknya, gak kayak lo gak laku!"

"Wah enak aja lo! Gue tuh jomblo bukan karena gak laku ya!" tukas Eza.

"Terus apa?" tanya Vino menimbrung.

"Ya.. karena gak ada yang mau aja." Eza menggaruk tengkuk belakangnya yang tak gatal.

"Sama aja dodol!" Adit menggeplak kepala Eza.

"Ar, lo tau gak murid barunya?" tanya Vino.

Arya menghedikkan bahunya acuh. Toh memang dia tak tau, lagi pula apa urusannya dengannya.

Mereka melanjutkan makannya hingga ada yang menduduki bangku sampingnya yang kosong.

"Kak kita boleh gak duduk sini?" tanya seorang perempuan.

"Ha?" Adit, Vino, Eza menatap salah satu dari keempat perempuan.

"Boleh."

"Ar." Adit menyenggol lengan Arya agar mau mendongakkan kepalanya.

Arya mengeritkan alisnya, Adit memberi kode agar Arya menolehkan kepalanya. Arya terkejut mendapati seseorang perempuan yang sudah lama ia rindukan, Iren. Iren menatapnya dengan senyum lebar. Jantungnya berdegup kencang. Dengan cepat ia menarik tangan Iren keluar kantin.

"Lo?"

"Hai," sapa Iren tersenyum ramah.

"Lo ngapain balik lagi?" Arya dapat melihat senyum Iren luntur.

"Maaf, maafin aku."

Arya tersenyum remeh. "Segampang itu?"

"Aku minta maaf, aku tau dulu aku salah."

"Hm."

"A-aku bener-bener minta maaf, dulu aku gak selingkuh, kamu salah paham."

Iren menceritakan kejadian dulu dan berharap Arya percaya padanya.

"Terus kenapa lo pergi? Ngilang gitu aja tanpa pamit!"

"Aku pindah karena pekerjaan papa aku. Aku mau pamit sama kamu, tapi kamu masih marah sama aku gara-gara kesalah pahaman itu." Iren menghela nafasnya. "Aku bener-bener minta maaf."

Arya diam, dulu ia tak sedingin ini. Bahkan dulu dia anak yang suka berbaur hingga Iren meninggalkannya. Bilang saja Arya bodoh karena sangat mencintai gadis seperti Iren.

"A-aku mau kita balik kaya dulu," ucap Iren. Arya sempat terkejut namun ia bisa mengkontrol rasa terkejutnya.

Arya tak menjawab, ia meninggalkan Iren menuju kearah kantin untuk melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

Flashback off_

Arya mengacak rambutnya. "Argh!"

▪▪▪▪

Disisi lain Syella tengah termenung di kamarnya yang selalu sepi, ia rindu kebersamaan keluarganya. Ia rindu dimana ia mendapatkan kasih sayang. Syella selalu merapalkan doa agar semua bisa kembali seperti dulu. Ia berharap bisa hidup lebih lama hanya untuk melihat orang tuanya bahagia. Bahkan ia akan melakukan apapun agar orang tuanya bisa bahagia.

"Mama kapan sayang sama Syella?" Syella berucap lirih.

"Papa kenapa gak pernah kesini? Syella rindu."

"Mama jarang pulang pa, Syella sendiri," adu Syella pada sebingkai foto yang memperlihatkan mereka begitu bahagia. Ia mengusapnya penuh rasa rindu.

"Ma, pa Syella rindu kalian."

Tak sadar air matanya keluar begitu saja tanpa ijinnya. Ia menangis, hatinya kembali sesak ketika mengingat kejadian di kantin.

"Kalian gak akan ninggalin aku kan?" Syella menatap foto kebersamaan dengan temannya yang sengaja ia cetak.

"Aku harap kalian gak akan ninggalin aku." Syella tersenyum mengusap air matanya.

Syella memegangi kepalanya yang terasa pusing, darah menetes dari hidungnya. Dengan cepat ia menghapusnya kasar. Tidak ia tidak boleh lemah. Namun semakin lama pusing di kepalanya semakin hebat. Suhu tubuhnya panas, Syella memejamkan matanya menahan rasa sakit.

"Ma- Syella bu-tuh ma-ma." Nafasnya tersenggal-senggal, Syella mencoba mengatur deru nafasnya. Dengan cepat Syella membuka laci lalu meminum sesuatu dari sana. Syella ingin tidur, tapi sakit di kepalanya tidak kunjung hilang membuatnya muak.

"Argh!" Syella memukul kepalanya berkali-kali hingga kesadarannya menghilang.

Ceklek. Pintu utama di buka, nampaklah Dian dengan muka merah padam.

"Syella!"

"Dasar anak itu!"

"Syella dimana kamu!"

Dian menuju ke kamar Syella dengan langkah lebar. Membuka pintunya dengan paksa.

"Enak banget tidur." Dian menatap Syella penuh amarah.

"Bangun kamu!" Dian mengguncang tubuh Syella namun tak ada pergerakan sama sekali.

Byur. Dian menyiram muka Syella dengan air minum yang terletak di atas nakas hingga membuat Syella terbangun.

"Mama?"

"Sudah saya bilang jangan panggil saya mama!"

"I-iya."

"Kamu kenapa gak bukain pintu untuk saya hah!" Dian berucap dengan penuh amarah. Ia menarik rambut Syella kencang hingga membuat sang empunya meringis kesakitan.

"Maaf," ucap Syella. Hanya itu yang mampu ia ucapkan, lagi pula Dian tak akan mendengarkan alasannya bukan?

"Enak banget kamu! Ikut saya." Dian menyeret Syella paksa hingga hampir membuat Syella terjatuh karena pusing yang masih ia rasakan.

Dian membawanya ke gudang. Syella hanya pasrah dengan apa yang akan Dian lakukan.

"Mulai besok kamu cari kerja! Saya di pecat dan itu semua salah kamu."

Syella menghembuskan nafas pelan. "Salah Syella apa ma?"

"Gausah banyak tanya!" Dian menatap Syella dengan kilatan amarah di matanya.

"Awas aja kamu gak dapat pekerjaan! Saya usir kamu! Dasar gak berguna! Parasit!" Dian menendang tubuh Syella lalu meninggalkannya sendiri.

"Hati Syella sakit ma," ucap Syella lirih saat Dian benar-benar meninggalkannya.

Dengan tubuh yang setengah basah Syella kembali mencoba memejamkan matanya. Kepalanya masih berdenyut sakit, Syella menahan isak tangisnya. "Syella sayang mama."





🍰TBC🍰

861 work.

Hallo👋 Makasih udah mampir.

Jangan lupa vote🌟 & komen💬.

See You🍃

Rabu, 24 Februari 2021🍃

Salam dari,
hrlnmnca~

Sofferenza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang