Happy Reading❤
¤¤¤¤Diego membuka matanya, ia melihat ke arah Syella yang masih tertidur. Semalam Diego memutuskan untuk menemani Syella, lagi pula ia bisa tidur di sofa. Diego juga sudah izin kepada orang tuanya.
Diego memutuskan untuk pulang sebentar guna membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.
Syella terbangun, ia menatap sekelilingnya, namun tak terdapat siapapun.
"Mungkin Kak Diego ada urusan," gumam Syella.
Syella mencoba mengambil handphonenya yang berada di atas nakas, siapa tau ada info penting. Ia tersenyum masam melihat tak ada notif satupun di handphonenya. Yang Syella dapat hanyalah ia telah dikeluarkan dari grup yang dibuat para sahabatnya. Syella berfikir keras apa kesalahannya.
"Kalau aku punya salah seharusnya kalian bilang." Syella tersenyum miris menatap foto kebersamaannya dengan para sahabatnya di handphonenya. Ia meletakkan kembali handphonenya diatas nakas, kepalanya masih sedikit pusing membuatnya kembali memejamkan matanya.
Diego membuka pintu, ia membawa semangkuk bubur di tangannya. "Masih tidur ternyata, apa gue bangunin aja ya," gumamnya.
"Syella." Diego menepuk pelan tangan Syella.
Syella terbangun. "Kak Diego?"
"Hm, makan dulu." Diego menyerahkan semangkuk bubur yang dibawanya, namun Syella tak kunjung menerimanya.
"Makasih, tapi aku gak laper."
"Tapi lo harus makan biar cepet sembuh." Syella menggeleng, ia tetap kukuh dengan pendiriannya.
"Makan sendiri atau gue suapin?" tanya Diego tersenyum jahil.
"Iya-iya aku makan sendiri." Syella merebut mangkuk bubur yang berada di tangan Diego.
"Pinter."
Diego membiarkan Syella memakan buburnya. Ia melangkah menuju sofa, mengeluarkan ponselnya lalu memainkan sebuah game.
"Udah." Syella meletakkan mangkuknya di atas nakas, ia hanya memakan tiga sampai empat sendok bubur. Ia benar-benar tidak nafsu makan hari ini.
Diego mendongak mengalihkan pandangannya pada semangkuk bubur yang masih tersisa banyak. Ia mematikan handphonenya lalu berjalan kearah Syella.
"Makannya dikit banget?"
"Gak nafsu." Diego mengangguk mengerti, biarlah yang terpenting Syella sudah makan meskipun sedikit.
"Sekarang aku boleh pulang kan?" Diego terdiam sejenak lalu mengangguk.
"Boleh, gue anter."
"Iya."
Selama di perjalanan Diego terus berbicara agar keadaan tidak hening. "Lo dirumah sama siapa?"
Syella terdiam memikirkan jawaban yang tepat. "Sama Mama."
"Ooh, kemaren lo udah bilang kan kalau lo di rumah sakit?"
"U-udah kok."
Diego sempat berpikir bahwa Syella ada masalah keluarga karena tak ada satupun yang menjenguknya.
"Kak Diego mau mampir?"
"Lain kali aja, gue duluan." Diego melajukan mobinya setelah mendapat anggukan.
Tepat setelah mobil Diego pergi, ada sebuah mobil yang memasuki area rumahnya. Syella yang ingin masuk mengurungkan niatnya.
"Waah bagus ya, udah jalan sama laki-laki lain." Arya menatap Syella datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sofferenza [END]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum membaca🤗] Jika keluarga berpotensi menorehkan luka, lantas apa gunanya rumah yang kalian sebut sebagai tempat berbagi suka duka? ____________ Sofferenza dalam bahasa Italia yang memiliki arti penderitaan. Penasaran sama cerita...