Part 50🌼

32.1K 1.2K 48
                                    

Happy Reading❤
¤¤¤¤

"Arya woy! Bengong aja, kesambet tau rasa lo!" ujar Eza.

"Perasaan gue gak enak."

Eza mencebik. "Halah, emang lo mikirin apa sih?"

Arya mengangkat kedua bahunya.

"Yaudahlah gak usah dipikirin, oh ya nanti jadi nongkrong kan?" Arya mengangguk.

"Lo sama Iren?"

"Gak, gue sendiri."

"Lah tumben tuh orang gak nempel mulu ke lo?"

Arya menatap datar Eza. "Ada temennya baru datang ke-Indo."

Eza ber 'oh' ria. Laki-laki itu mendudukkan bokongnya disamping Arya, jangan tanyakan keberadaan kedua temannya yang lain. Adit, pria itu pasti sedang sibuk menjahili Sabrina seperti biasa, mereka sudah dekat lumayan lama namun pria itu tak juga mengatakan apapun tentang hubungannya. Sedangkan Vino, tadi pagi laki-laki itu baru menyatakan perasaannya pada Audy, sudah di pastikan saat ini mereka sedang berduaan.

"Ar, kata cewek gue, Syella gak masuk? Tumben? Biasanya kan tuh anak gak pernah absen."

Arya terdiam, ia berniat ingin mengirim pesan pada gadis itu, namun ia urungkan ketika melihat kalimat diatas yaitu 'terakhir dilihat kemarin'.

Eza berdiri dari duduknya. "Gue jemput Ana, sama ngabarin yang lain kalo nanti ngumpul disini dulu."

▪▪▪▪

"Ar ini semua lo yang traktir kan?" tanya Eza menatap semua makanan yang ada di depannya.

"Hm."

"Gitu dong, yaudah yok makan." Eza serta yang lainnya memakan makanan yang sudah tersedia dan tampak lezat.

Suara dentingan sendok mengiringi acara makan mereka. Tak ada yang membuka suara sampai makanan habis.

"Ar, gue pengen liat private room's di sini, pasti ada kan?" tanya Adit menelisik seisi ruangan.

Arya menoleh sekilas. "Ada."

"Yaudah ayok lah!" Eza berdiri terlebih dahulu, kemudian disusul yang lainnya.

"Ar tunggu-tunggu, itu bukannya Iren?" tanya Eza sembari menunjuk kedua orang dimana salah satunya adalah gadis yang ia maksud.

"Hm."

"Kita samperin? Atau gak?"

"Samperin."

Arya bersama yang lain berjalan kearah dimana Iren berada. Iren memesan tempat khusus yang tidak bisa di masuki kecuali orang-orang tertentu. Jika kalian tanya, lalu bagaimana Arya bisa masuk? Tentu saja jawabannya mudah. Karena Arya pemilik dari restoran ini, tentu ia bisa masuk kemanapun dengan sangat mudah.

Arya menghentikan jalannya ketika melihat Iren tertawa keras, ia sedikit mengkerutkan alisnya prnasaran dengan apa yang gadis itu bicarakan.

"Ar kenapa?" tanya Eza sedikit berbisik.

"Kita duduk disana dan tutupi muka kalian." Entah mengapa ide itu terbesit dalam otaknya.

"Mau ngapain woy? Kita mau nyuri makanan?" tanya Adit.

"Diem, dan lakuin." Mereka semua mengangguk, tak mau berdebat.

Mereka berbalik mengambil apapun yang bisa digunakan untuk menutupi muka mereka. Arya menggunakan buku menu yang terletak di atas meja. Mereka duduk tak terlalu jauh, sehingga masih bisa mendengar percakapan kedua gadis itu.

Mereka terdiam mendengar semua ucapan yang terlontar dari bibir gadis yang berada di meja depannya.

"Jadi lo berhasil dong?"

"Ya gitu deh, bagus kan?"

"Bagus banget, lo dapet apa aja dari si Arya itu?"

"Belum, gue belum dapet apa-apa sih. Tapi bentar lagi, gue udah berhasil buat si Arya itu putus sama pacarnya dengan mudah."

Iren tersenyum puas. "Gue yakin, laki-laki bodoh itu pasti akan nurutin apapun yang gue mau, dan yang gue mau cuma hartanya."

"Ck, licik lo ya," ucap Celyn, teman Iren.

"Harus." Iren tertawa mrmbuat Celyn ikut tertawa.

"Maksud lo apa?!" Arya menatap Iren dengan mata memerah. Sudah cukup ia bersembunyi dari tadi.

"Eng-enggak seperti yang kamu pikirin..."

"Basi!"

"Dengerin penjelasana ku."

"Penjelasan apa lagi hah?!"

Iren menghela nafasnya lalu tersenyum miring. "Huh, lo udah denger semuanya?"

Arya sempat terpaku, selama ini gadis didepannya bahkan tidak pernah menggunakan kata 'lo-gue.'

"Bagus lah. Ya, yang barusan gue katakan itu semuanya benar. Kenapa? Lo kaget?"

"Anjing!" umpat Arya tak tertahankan.

"Ck, gue sih balik ke-Indo cuma mau nguras harta lo. Gue kira awalnya bakal sulit dapetin lo lagi, eh dengan gampangnya lo percaya sama gue." Iren tertawa. Sedangkan Celyn, gadis itu sudah pergi entah sejak kapan.

"Kenapa lo libatin Syella juga? lo gak sadar lo nyakitin Syella, padahal dia gak ada sangkut pautnya?!" tanya Ana. Ia benar-benar tak menyangka dengan apa yang dilakukan sepupu yang selalu ia bela. Setaunya kelakuan sepupu jauhnya ini tak seburuk ini.

"Gue? Nyakitin Syella? Lo pada gak nyadar, lo juga ikutan nyakitin dia?" Iren tersenyum miring melihat kebungkaman mereka.

"Awalnya gue gak mau nyakitin gadis yang sok kuat itu, tapi 'kan dia penghalang, jadi penghalang harus disingkirin. Kalian aja yang terlalu bodoh buat percaya sama orang yang baru, dari pada orang yang lebih lama kalian kenal. Kasian juga ada diposisi gadis malang itu." Iren berlalu pergi meninggalkan semua orang yang masih dengan keterdiamannya.

"Kita salah ya?" tanya Ana berucap lirih.

"Apa Syella masih mau maafin kita?" tanya Sabrina.

"Kita harus minta maaf," ucap Audy.

Sedangkan Arya, laki-laki itu menatap lurus dengan pandangan kosong. Sudah banyak kesalahan yang ia perbuat, banyak makian yang ia lontarkan pada gadis itu. Apakah dia masih mau memaafkannya? Arya merasa malu, ia malu untuk sekedar menampakkan mukanya di hadapan gadis itu.

"Gue yakin Syella masih mau maafin kita," ucap Eza membuat semuanya menoleh kearahnya.

Mungkin, mungkin gadis itu akan memaafkan mereka jika ia 'masih ada.'

"Kok pada keluar semua?" tanya Eza menatap semua pengunjung cafe keluar.

"Maaf, ada apa ya?" tanya Audy pada salah satu orang yang hendak keluar.

"Itu, didepan ada kecelakaan, korbannya katanya perempuan." Pria itu segera pergi meninggalkan mereka yang menatap satu sama lain.

"Jangan-jangan..."










🍰TBC🍰

892 word.

Tinggalkan jejak berupa vote atau komen.

See You🍃

Senin, 05 April 2021🍃

Salam dari,
hrlnmnca~

Sofferenza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang