Part 35🌼

16.5K 899 6
                                    

Happy Reading❤
¤¤¤¤

Syella bersiap dengan memakai seragam miliknya serta memasukkan buku pelajaran ke dalam tasnya. Keadaannya sudah lebih baik daripada kemarin, tapi tetap saja fisiknya terlalu lemah untuk mengikuti pelajaran olahraga nanti.

Iren belum pulang sampai sekarang, Syella pikir mungkin Iren menginap dirumah temannya atau sepupunya, Ana.

Syella berjalan menyusuri jalanan yang sudah biasa ia lewati, meskipun Ayahnya memberikan uang saku yang lumayan banyak, tetapi Syella tak mau menggunakannya, Syella menyimpannya didalam tabungan untuk biaya Kemo-nya. Jika bukan ia sendiri lalu siapa yang akan membayarnya? Diego, tidak Syella merasa sudah terlalu banyak merepotkan laki-laki itu.

Syella akui Jovan adalah pria yang sangat baik, ia yakin Ibunya pasti akan bahagia. Tak ada yang ingin Syella lihat kecuali kebahagian sang Ibu.

Mungkin sebagian orang akan membenci Dian setelah perlakuan kasarnya, tetapi tidak dengan Syella. Ia yakin Ibunya pasti masih menyayanginya meskipun hanya sedikit.

Tak sadar kini Syella sudah memasuki kawasan sekolahnya, kakinya terus melangkah sampai kelasnya. Syella menopang dagunya menggunakan tangannya.

"Syella!" Risa menepuk bahu Syella.

"Kenapa?"

"Lo kemarin kok gak masuk sih?"

"Gak enak badan."

"Oooh."

"Oh ya Syel, lo tau gak Kak Diego itu baik banget, terus orangnya ramah juga. Pokoknya gue sukaaa banget deh," ujar Risa dengan senyum yang mengembang.

"Iya." Syella malas berbicara hari ini.

"Syel, lo ikut olahraga?"

"Ikut."

"Tapi muka lo masih pucet."

"Gak pa-pa kok."

"Yaudah deh."

Mereka mengganti pakaian dengan baju olahraga. Sebenarnya Syella tak terlalu menyukai pelajaran ini mengingat fisiknya yang terlalu lemah.

"Syel, katanya Pak Joni gak ada. Jadi nanti digabung sama kelasnya Kak Arya pacar lo. Tapi nanti terserah mau main apa, tau gitu gue gak ganti baju tadi." Syella mengangguk paham.

"Gimana kalo kita ke kantin aja? Lagian gak ada yang ngawasin." Syella mengangguk membuat Risa tersenyum.

Mereka melangkahkan kakinya bersama menuju kantin, namun Syella tak sengaja menangkap pemandangan yang tak enak dimatanya.

Dilapangan, terdapat Arya serta Iren. Syella melihat Arya yang sedang mengajari Iren bermain bola basket. Posisi Arya yang berada di belakang Iren membuatnya seperti sedang memeluk gadis itu dari belakang. Banyak siulan dari siswa lain, tak sedikit pula yang menatap mereka kagum, mengingat Arya adalah Most wanted.

"Gak usah dilihat kalo gak kuat." Syella tersadar kala suara berat itu masuk di indra pendengarannya.

"Kak Diego? Kak Diego ngapain?" tanya Syella, sedangkan Risa menatap Diego dengan binar dimatanya.

"Ada kumpulan anggota Osis."

"Ooh, Kak Diego udah makan? Kalo belum ikut kita aja ke kantin dulu, Risa yang bayar."

Dengan cepat Risa menoleh. Tetapi tak lama ia mengangguk, tak apa hitung-hitung biaya agar bisa dekat dengan Diego.

Diego tersenyum. "Gak usah gue buru-buru, lain kali aja."

"Oke deh." Diego berjalan pergi, Risa juga menarik tangan Syella agar mengikutinya.

"Syel mau pesen apa?"

"Siomay aja."

"Gue pesen dulu, lo tunggu sini." Syella mengangguk lalu menyerahkan selembar uang berwarna hijau pada Risa.

Syella melihat siswa atau siswi yang berlalu lalang, mungkin mereka juga sama dengannya free class. Terkadang Syella merasa iri pada Iren, ia bisa dekat dengan siapapun tanpa melakukan apapun. Ia akui Iren itu cantik, bahkan sangat cantik. Syella tak membencinya, bagaimanapun Iren adalah saudaranya. Jovan, Ayah Iren juga baik kepadanya.

"Syel woy, bengong aja lo."

"Loh Kak Eza? Kok disini?"

"Kan gue juga olahraga," ucap Eza yang diangguki Syella.

"Yang lainnya kemana?"

"Yang lain? Nyariin yang lain atau Arya doang?" tanya Eza, bermaksud menjahili Syella.

"Hah? Yang lain juga kok."

"Iyadeh percaya. Yang lain lagi di rooftop, biasalah gibah," ucap Eza tertawa renyah.

"Ohh gitu ya, Kak Eza mau makan?"

"Eh enggak.  Gue cuma numpang duduk doang, gak pa-pa kan?" tanya Eza. Syella mengangguk, tentu saja lagian siapa dirinya yang berhak melarang orang?

"Lo sendirian?"

"Enggak. Tadi sama Risa, tapi lagi pesen siomay." Eza membulatkan mulutnya.

"Kak Eza udah jadian sama Ana?"

Eza mengangguk. "Iya, udah beberapa hari yang lalu."

"Wahh, bagus dong, pokoknya Kak Eza gak boleh buat Ana nangis, awas aja kalo Kak Eza buat Ana nangis aku santet online!"

Eza tertawa renyah mendengar penuturan gadis didepannya. Mereka terus berbincang bersama.

"Ngapain kamu disini?"

Eza dan Syella menoleh ke sumber suara. Syella tersenyum mendapati Ana yang berdiri disebelahnya.

"Hai Ana." Ana mengabaikan sapaan Syella ia beralih menatap Eza.

"Ngapain?"

"Ngobrol doang kok," jawab Eza ala kadarnya. Memang benar kan mereka hanya berbincang.

"Berdua?"

"Enggak tadi ada Risa tap--"

"Gue gak nanya sama lo!" Syella diam, ia tak melanjutkan kata-katanya.

"Lo tau Eza pacar gue?" Syella mengangguk.

"Terus ngapain lo deketin Eza?" Ana bersedekap dada.

"Aku gak--"

"Mau alesan apa?" Ana mengambil air yang berada di meja sebrang, lalu menumpahkannya di muka Syella. Itu hanya air putih biasa, bukan jus.

"Ana!" Eza membawa Ana pergi dari sana sebelum terjadi sesuatau yang lebih buruk.

"Syella! Lo gak pa-pa kan?" tanya Risa yang baru datang, ia membawa dua piring siomay.

"Gak pa-pa kok, tadi Ana gak sengaja numpahin airnya." Senyum terukir di bibir mungilnya.

"Sorry ya, gue lama soalnya antriannya panjang banget," ucap Risa merasa tak enak.

"Iya, aku ke kamar mandi dulu ya?"

"Oke gue tunggu disini."

Risa menatap punggung Syella yang menjauh. Padahal ia lihat sendiri kejadian dimana Ana menyiram Syella dengan sengaja.



🍰TBC🍰

867 work.

Vote dan komen.

Tandai jika ada typo..

See You🍃

Senin, 08 Maret 2021🍃

Salam dari,
hrlnmnca~

Sofferenza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang