Selamat menunaikan ibadah puasa, bagi yang menjalankannya..
Maaf baru bisa update sekarang.
.
.Happy Reading❤
Seorang laki-laki keluar dari mobil, ia memandang toko bunga yang akhir-akhir ini sering ia datangi.
"Mau beli bunga lagi Mas?" tanya seorang pedagang bunga.
Laki-laki bertubuh tegap dengan balutan jas itu mengangguk sebagai jawaban.
"Lily putih 'kan?" tanya pedagang tersebut memastikan.
"Hm."
"Baik, tunggu sebentar." Pelayan tersebut berbalik badan untuk menyiapkan bunga yang di pesan.
Tak lama, pelayan itu kembali dengan membawa sebuket bunga lily putih.
Pelayan itu menyerahkan buket kepada sang pembeli dengan tersenyum ramah. "Pasti pacarnya seneng dibawain bunga setiap hari."
Pria itu hanya menatap bunganya datar tanpa menjawab perkataan yang dilontarkan pelayan itu. Ia memang sering datang ke toko ini untuk membeli bunga lily putih, tapi bukan setiap hari. Lebih tepatnya tiga kali dalam seminggu. Bahkan ia membuat itu sebagai rutinitasnya.
Ia menyerahkan dua lembar uang merah muda, tanpa menunggu kembalian ia berbalik untuk keluar dari toko tersebut.
Pria berpawakan tinggi dengan kulit putih itu memasuki mobilnya. Ia mengendarai mobil tersebut ke tempat yang ia tuju.
Tak berselang lama ia sudah sampai ke tempat yang tak akan pernah ia lupa. Kaki jenjangnya melangkah masuk ke dalam. Senyuman terpampang di wajahnya, bahkan ia tak pernah menunjukkan senyuman itu pada siapapun.
Ia berjongkok, ia menatap lekat tanah yang berada di depannya. "Hai, aku dateng lagi."
Ia mengusap nisan yang bertuliskan nama seorang gadis yang ia cintai. Ya, ia sedang berada di pemakaman umum.
Arya meletakkan buket bunga di tanah di depannya, senyuman tipis lagi-lagi tercipta di bibirnya. Ya, laki-laki itu Arya, bahkan sampai sekarang ia masih belum bisa melupakan gadis ini.
Ternyata beberapa tahun, masih tak bisa mengubah perasaannya pada gadis itu.
Syella berpengaruh besar dalam kehidupan seorang Arya. Sepeninggalan gadis itu, Arya lebih menyibukkan dirinya, bahkan laki-laki itu tak pernah tersenyum pada siapapun, ia berubah menjadi dingin seperti dulu, atau mungkin lebih dingin.
Dulu, jika ada yang mengejar-ngejarnya atau bahkan menembakkan secara terang-terangan ia akan langsung menolaknya secara mentah-mentah. Tak jarang banyak yang mendekati dirinya dengan cara memberikan laki-laki itu makanan, namun tak segan Arya akan langsung membuangnya.
Tak akan ada yang bisa menggantikan posisi Syella di hatinya. Syella memiliki tempat tersendiri yang tidak akan bisa digeser oleh siapapun.
Sekarang ia sudah menjadi CEO muda yang terkenal. Meskipun sibuk dengan pekerjaannya laki-laki itu akan tetap mrluangkan waktunya untuk mengunjungi makam Syella.
"Syella, gak kerasa ya udah lama. Udah lama lo ninggalin gue tapi gue masih tetep berada di penyesalan yang entah kapan ada akhirnya," ucap Arya membuang nafas pelan.
"Oh ya, bulan depan Ana mau nikah sama Eza. Mereka keliatan bahagia banget. Andai aja lo masih ada, pasti kita yang nikah duluan."
"Oh satu lagi, tadi kata penjual bunga kamu pasti seneng aku bawain bunga setiap hari. Kamu tau kenapa aku pilih bunga lily putih?" Arya menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. Bercerita seperti kali ini sering ia lakukan ketika berkunjung. Laki-laki itu akan menceritakan banyak hal walaupun ia tau itu tidak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sofferenza [END]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum membaca🤗] Jika keluarga berpotensi menorehkan luka, lantas apa gunanya rumah yang kalian sebut sebagai tempat berbagi suka duka? ____________ Sofferenza dalam bahasa Italia yang memiliki arti penderitaan. Penasaran sama cerita...