Forty Four

1.7K 113 4
                                    

Hi, I'm back after a long time!



Ada yang kangen gak?? Hehehehe.

Sumpah, butuh waktu lama buat mikirin endingnya gimana. Terus juga kesibukan di rl jadinya story ini jadi lama update. Maaf ya. Ini aku kembali lagi, kok. Dan next chapter fiks ending ya. Kalau gak muat di next chapter, mungkin bakal aku buat jadi dua part. Aku juga gak yakin bisa end dalam satu chapter, takut kepanjangan.

Kira-kira endingnya gimana nih?👀

Dan, aku udah nyiapin pengganti story ini dong. Tentunya akan ada story baru setelah ini tamat. Sebenarnya ada dua kandidat di draft dan aku sibuk milih kira-kira mana yang akan aku publish untuk mengganti story ini. Aku juga mempertimbangkan sequel atau universe gitu.

Kalau misal aku buat story tentang anak mereka gimana ya??👀

Oke, segitu dulu cuap-cuap dari aku. Selamat membaca dan met malming guys ❤️




⚠️ Jangan lupa streaming Spicy, Broken Melodies, ISTJ, sama Better Things ⚠️














⚠️ Jangan lupa streaming Spicy, Broken Melodies, ISTJ, sama Better Things ⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Recommended Song :
V — Love Me Again



















2 jam sebelum interogasi.

Jemian memasuki ruang rawat inap Chiara dengan wajah muram. Ia dapat melihat kalau Chiara sedang melepas infusnya sendiri. Karena terkejut, Jemian langsung menghampiri Chiara dan menghentikan tindakan bodoh gadis itu.

“Apa yang kamu lakukan? Kamu nyaris mati 3 kali dan masih belum jera? Disaat orang-orang bersusah payah menghindari maut, kamu malah mengejarnya. Tidak bisakah istirahat dulu sebentar setidaknya sampai cairan infusmu habis?” omel Jemian panjang lebar. Ketakutannya makin bertambah saat melihat kondisi Gita tadi. Dimana Gita dan Chiara sama-sama orang yang ambisius. Jemian hanya takut Chiara melakukan hal yang sama seperti Gita.

Dan itu juga menambah rasa sakitnya.

“Bukannya aku sudah pernah bilang kalau aku justru ingin mati? Tapi kamu terus mencegahku, kan?” sahut Chiara santai. Ia harus segera pergi ke kantor polisi untuk memberi kesaksian.

Jemian tak bisa mengelak dan hanya bisa menarik nafas panjang saat melihat Chiara dengan mudahnya melepas jarum itu. Lalu tanpa beban juga berjalan cepat keluar ruangannya. Jemian saja bingung. Bisa-bisanya gadis itu tidak merasakan sakit apapun? Atau Chiara memang menahannya? Tapi Chiara terlihat biasa dan ekspresinya cenderung datar. Itu membuat Jemian makin cemas.

“Kamu yakin tidak apa-apa?”

“Bohong kalau aku bilang baik-baik saja.”

“Juanda masih mengintaimu. Kamu yakin?” Jemian masih mencoba membujuk.

Fake Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang