Eighteen

10.6K 742 82
                                    


F A K E    L O V E R

Recommended Song :NCT DREAM — 고래 (Dive Into You)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Recommended Song :
NCT DREAM — 고래 (Dive Into You)

*******





"Ada lagi yang lo ingat?"

Chiara menggeleng. Ia jujur. Tidak ada lagi yang ia ingat. Meski ia memaksa pun tetap tidak muncul apapun. Yang ada kepalanya semakin berat. Ia dibawa lagi ke Royal Real Estate bersama Jemian. Kenapa Chiara dibawa kesana bukan dirumah?

Karena Haruna tiba-tiba menghilang.

Chiara semakin pusing. Sejak kejadian pemecahan kaca mobil itu, Haruna tidak pernah pulang ke rumah. Bilangnya dia lembur, tapi ponselnya sampai tidak aktif saat ditelepon. Sebenarnya Haruna juga jadi jarang pulang semenjak ia bertengkar dulu. Chiara merasa bersalah.

Apa Haruna sangat marah sampai-sampai tidak ingin menegurnya?

Rasanya Chiara ingin menghilang dari muka bumi. Berat sekali hidupnya. Selama ini ia tidak pernah bahagia. Ada saja yang menjadi perusak. Ingin meraih mimpinya saja selalu gagal. Apa Chiara harus mengubur lagi mimpinya yang ingin menjadi dokter? Lebih baik ia merelakan mimpinya itu daripada dijauhi Haruna. Chiara merasa sakit karena dijauhi oleh Ibunya sendiri. Meski sempat kecewa dan marah, tapi ia tetap menyayangi Haruna.

"I'm here, Naomi."

Chiara tersenyum. Naomi. Entah kenapa ia jadi suka saat Jemian memanggilnya Naomi. Dulu ia tidak suka karena itu nama kecilnya dan hanya Haruna yang boleh memanggilnya. Lambat laun malah menjadi candu. Bolehkah Chiara berharap kalau panggilan itu terus ada?

"Naomi. Keep calling my name like this. For a long time."

"Lo udah suka?" Jemian ikut tersenyum.

"Suka."

Tangan mereka saling bertaut saat berjalan menyusuri area lobi di Royal Real Estate. Chiara banyak bertemu orang yang tersenyum sopan ke Jemian. Anak tunggal pemilik apartemen mewah ini harus dihormati. Mereka berdua memasuki lift dan segera menuju lantai 90.

"Masih kepikiran nyokap lo?"

"Gue anak durhaka."

"Lo anak baik."

Chiara menggeleng. "Bunda kecewa sama gue. Gue juga berteriak pas bicara sama dia dulu."

"Gak ada salahnya lo memperjuangkan apa yang lo pengen."

"Gak. Orangtua gak mungkin salah. Semua orangtua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Kalau gue tetep ngotot jadi dokter tanpa restu Bunda, pasti gak akan berkah."

Jemian setuju juga. Ia banyak menjumpai kasus dimana restu orangtua itu memang nyata. Kalau masih nekat tanpa ada restu, pasti ada saja halangannya. Dan arahan orangtua itu selalu benar. Firasat dan feeling orangtua itu selalu benar. Wajar kalau Chiara merasa bersalah.

Fake Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang