Thirty One

7.6K 564 42
                                    


F A K E   L O V E R

Recommended Song :Taylor Swift — Labyrinth

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Recommended Song :
Taylor Swift — Labyrinth





Maafkan aku yang ngilang ya guys 🙏 soalnya aku kobam sama moment beruntun 🙏😭 sekarang aku kembali semoga kalian suka ya💚




****








Rain mematikan siaran TV lalu membanting remote nya ke sembarang arah. Tangannya terkepal kuat. Siapa yang menyebarkan video itu? Dan darimana orang itu mendapatkannya? Rain mengacak-acak rambutnya frustasi. Karirnya akan lenyap dalam hitungan jam. Mimpi yang ia bangun susah-susah bisa habis dalam kedipan mata.

"Sialan!! Bajingan mana yang beraninya ngusik hidup gue?!" teriak Rain emosi. Matanya merah dan tak lama ia menangis kencang sambil berteriak. Ruang dance khusus dibuat untuknya langsung berantakan karena Rain melempar apapun apa yang ia pegang.

"Ini ulah lo kan Chiara?" lirih Rain. Karena hanya Chiara yang sangat memungkinkan. Chiara pasti ingin berbalas dendam. Rain berdiri terburu-buru dan memakai jaketnya. Tapi suara dering ponsel mengentikan aksinya.

"Anak macam kamu, hah? Putri seorang anggota DPR melakukan kecurangan? Kamu tidak mikir apa akibatnya dari perbuatan sampahmu itu? Mau ditaruh mana muka Papa?!"

Rain menahan tangisannya mati-matian. Amukan sang Ayah justru membuatnya makin kalut. Bukannya lebih baik. "Aku melakukan ini demi Papa!"

"Apa maksudmu demi Papa?!"

"Papa bilang aku harus juara apapun yang terjadi. Kalau aku kalah Papa akan mengirimku ke luar negeri. Ini bukan salahku!" teriak Rain emosi. Tangisannya semakin sesenggukan.

"Dasar anak manja! Harusnya kamu berusaha keras! Bukan melakukan tindakan curang! Hah, sejak dulu kamu memang tidak pandai dalam hal apapun."

"Apa Papa pernah bertanya apa aku sudah makan? Apa lagu kesukaanku? Atau bertanya tentang kehidupan sekolahku? Yang Papa tanyakan hanya nilai! Aku jadi yakin kalau Papa tidak mengenalku sama sekali. Papa hanya bisa menuntut tanpa peduli aku sekarat atau tidak! Aku muak jadi anak Papa!"

Setelahnya hening karena Rain hanya terisak. Sang Ayah diseberang juga diam. Tak ada percakapan apapun dan ruangan kaca itu hanya dipenuhi suara tangisan Rain. Dadanya benar-benar sesak. Selama ini ia sudah berusaha keras untuk memenuhi semua tuntutan sang Ayah. Rain hanya tidak mau dikirim ke luar negeri. Tapi syaratnya, ia harus menjadi dancer terbaik di negeri ini. Rain tahu otaknya biasa dan ia tak bisa membanggakan nilai-nilai nya yang pas-pasan. Itulah kenapa sang Ayah menyuruhnya unggul dalam satu hal selain pelajaran.

Fake Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang