Six

17.3K 860 50
                                    


F A K E   L O V E R

Recommended Song :IU — Ending Scene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Recommended Song :
IU — Ending Scene




********





Warning⚠️



Penthouse itu terlihat remang-remang karena sebagian lampu dimatikan. Ruangan luas itu terbantu penerangan dari sinar bulan yang menerobos dinding kaca. Jemian masih ada disana. Dia sibuk bertelepon dan tangan satunya masih setia mengelus surai orange yang begitu harum. Ia berbicara pelan sekali meski ia sangat ingin berteriak saking kesalnya.

"Kalian aku bayar mahal tapi mencari satu orang saja tidak becus? Sebenarnya anak buahmu itu bisa bekerja atau tidak?" urat-urat leher Jemian mencuat. Lagi-lagi ia harus mengontrol emosi karena seseorang yang tertidur di bahunya tampak terusik. Beberapa kali menggeliat sambil melenguh pelan.

"Dibanding Indonesia, Jepang kalah luas. Harusnya kalian lebih mudah mencarinya. Tanyai satu-persatu rumah sakit disana kalau perlu," tegas Jemian lagi. Ia menghembuskan nafas kasar. Susah sekali mencari orang itu. Jemian sudah mengubek-ubek seluruh Jepang tapi tetap tidak ketemu. Susah sekali mencarinya.

"Terserah. Laporkan ke aku besok."

Karena malas berdebat, Jemian langsung mengakhiri teleponnya. Ia memejamkan matanya sejenak. Mencoba menetralkan pikirannya yang berantakan. Jemian akan melakukan apapun agar orang itu ketemu. Apapun caranya, Jemian sanggup. Orang itu yang menolong hidupnya dulu. Bahkan Jemian masih ingat senyumnya seperti apa. Sangat manis dan menenangkan.

"Chia—ah, maksud gue Naomi." ditatapnya Chiara yang terlihat tenang. Wajahnya damai dan mirip anak kecil jika tertidur. Bulu matanya panjang, hidungnya mancung, wajahnya sangat kecil, pipinya chubby, dan bibir tipisnya yang candu.

"Gue kayaknya bakal manggil lo Naomi terus." Jemian menarik dagu Chiara dan kembali merasakan benda kenyal itu. Mengangkat tubuh Chiara agar duduk di pahanya dan kembali menyatukan bibirnya.

"Jemi, lo—"

Mata Chiara yang berat terpaksa terbuka dan ia langsung kewalahan mengimbangi permainan Jemian. Tangan kecilnya mencengkeram kerah kemeja Jemian saat tubuhnya ikut terbakar. Ini berbeda dengan yang sebelumnya. Tadi bibir mereka hanya menempel dan Chiara lebih dulu menghindar. Lalu ia diberi minuman lagi lalu ia tidak ingat apapun. Ia bangun pun karena merasa bibirnya dihisap.

"Putri tidur hanya bisa bangun dengan ciuman. Lo lupa?" cowok itu menjauhkan wajahnya. Membelai pelan bibir Chiara yang basah dengan sorot mata dalam. Dalam jarak sedekat ini Chiara baru menyadari kalau Jemian sangat tampan. Struktur wajahnya terpahat sempurna tanpa cela. Bulu matanya panjang dan lentik padahal dia lelaki. Rambut abu-abunya membuatnya terlihat jauh lebih tampan. Selama beberapa detik Chiara terpaku. Sampai tak sadar kalau Jemian mendekatkan wajahnya lagi untuk meraih bibirnya.

Fake Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang