Thirteen

13.3K 790 57
                                    


F A K E   L O V E R

F A K E   L O V E R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Recommended Song :
JojiGlimpse of Us


Ada hint besar di chapter ini👀


******


Rain terlihat tidak fokus saat menghafal gerakan untuk lomba dance nanti. Ia selalu salah gerakan. Terus berulang seperti itu sampai Rain frustasi sendiri. Tubuhnya melorot dan ia menatap dinding kaca didepannya dengan kosong. Ia sulit berkonsentrasi. Otaknya terus memikirkan hal lain yang terus membuatnya takut. Meski sudah lewat 3 tahun, Rain selalu terbayang-bayang.

"Bukan gue yang bunuh dia. Gue cuma ngunci dia di gudang atap. kenapa dia bisa keluar dari gudang itu dengan luka tusukan?" Rain menjambak rambutnya sendiri. Mencoba mengingat-ingat lagi siapa tahu ada yang keliru dengan otaknya. Setiap kali ia berusaha mengingat, jawabannya selalu sama. Ia tidak melakukan itu.

"Gue ingat dengan jelas. Gue cuma ngunci dia di gudang. Itu saja. Gue yakin. Yang bunuh dia bukan gue.!! Bukan!!" teriak Rain kencang. Ia tidak mungkin salah mengingat. Otaknya normal dan ia tidak amnesia.

"Lalu siapa yang bunuh Clarissa? Gue harus cari tahu pelakunya lebih dulu. Kalau orang-orang tahu gue sempat ngunci Clarissa di gudang atap, gue bisa dituduh jadi tersangka."

Rain menunduk dalam. Dalam hati ia menyesali perbuatannya dulu. Kalau saja ia tidak emosi. Kalau saja ia tidak nekat mengunci Clarissa sendirian disana malam-malam. Ini semua tidak akan terjadi. Ia jadi ingat peristiwa saat MPLS dulu.

"Jadi lo yang namanya Rain? Anak SMP Antareja?"

Rain yang sibuk melihat kolam di halaman tengah sekolah sontak menoleh. Ada cewek asing yang menghampirinya dan wajahnya terlihat marah. Rain tidak mengenal cewek ini. Kenapa cewek ini marah padanya?

"Kenapa—"

PLAKK!!

Rain membulatkan matanya kaget. Ia menyentuh pipinya sendiri yang terasa panas. Apa-apaan cewek ini? Datang-datang langsung menamparnya? Ia balik ingin menampar tapi rupanya cewek itu lebih gesit. Tangan Rain dicekal lebih dulu dan dipelintir ke belakang. Membuat Rain menjerit kesakitan.

"Lo siapa anjir?! Maksud lo apa datang-datang nampar gue? Gak tau sopan santun?!"

Cewek itu malah tertawa. "Buat apa gue sopan sama iblis kayak lo?"

Fake Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang