Chapt 2: Siren Cantik Bernama Clarissa ✔

2.5K 345 6
                                    

Melihat terceburnya Clara ke dalam lautan membuat Rita semakin panik, ia memanggil nama anaknya itu dengan histeris kemudian berlari hendak menghampiri Clara. Namun, Sonny tak bisa membiarkannya, ia menahan Rita. Berkali-kali Rita berontak, tapi suaminya tak akan membiarkan hal itu terjadi. Bukan ia tak sayang dengan kedua anaknya, tapi rasanya mustahil jika orang yang tak berpengalaman berusaha menyelamatkan Clara dan Tina yang sedang terombang ambing di tengah lautan.

Dalam kesedihannya, Sonny tiba-tiba menarik keras tubuh Rita dan memeluknya dengan maksud menenangkan istri tercintanya itu. "Tidak apa-apa, Sayang. Mereka akan baik-baik saja." Kini Rita menangis sekeras-kerasnya di pelukan Sonny.

Clara yang tenggelam berusaha untuk kembali berenang ke permukaan dan kembali ke perahunya. Namun, kian lama gelombang air laut yang disertai badai semakin membesar, hal itu membuat Clara jauh dari perahu tersebut. Di sisi lain, Tina hanya bisa memanggil-manggil nama kakaknya dengan histeris. Ingin sekali ia menolong kakaknya itu, tapi ia tak bisa berenang, apalagi di tengah guncangan badai seperti ini.

Akhirnya, si penjaga pantai pun berhasil mendekati perahu yang dinaiki Tina. Ia kemudian membawa Tina, sedangkan lelaki tua itu masih berusaha bertahan seorang diri di perahu tersebut.

"Selamatkan mereka, Nak," ucap lelaki tua itu pada si penjaga pantai sembari menaikkan Tina ke speed boat.

Gelombang air yang terlalu besar membuat si penjaga pantai kesulitan untuk mengontrol speed boat-nya. Namun, dengan berbagai usaha ia berhasil mendekati Clara. Tina memegang tangan Clara dengan erat, tapi dengan dorongan gelombang yang sangat besar menghantam mereka, mereka pun kembali terlepas.

Harapan Clara untuk kembali ke speed boat itu kini telah sirna, ia sudah kelelahan melawan badai seganas itu. Di dalam lautan, tubuhnya sudah kejang-kejang karena kehabisan napas, dan akhirnya tubuh Clara pun tak bergerak lagi.

Tina berusaha mencari-cari dimana kakaknya. Mengapa ia tak kembali ke permukaan?

Melihat keadaan yang semakin memburuk, dengan berat hati, si penjaga pantai pun hanya mampu membawa Tina kembali ke pesisir. Tina berkali-kali meminta pada penjaga pantai itu untuk putar arah dan kembali mencari Clara, tapi si penjaga pantai tak menanggapinya, ia terus membawa Tina kembali ke pesisir. Setibanya di pesisir, Rita sangat terpukul, ia kehilangan anak satu-satunya. Ia tak mampu lagi berdiri, ia berlutut sembari memukul mukul pasir yang pada akhirnya ia tak sadarkan diri.

***

Malam hari pun telah tiba, Rita berdiri di depan penginapan sembari melihat ke arah laut dengan tatapan kosongnya. Ia masih tak menyangka kalau dirinya akan kehilangan putri tunggalnya, anak yang selama ini selalu menemani serta membantu Rita dalam hal apapun. Bahkan saat Rita bercerai dengan suaminya yang pertama, Clara yang merasa sedih pun selalu berusaha untuk menghibur Rita agar dapat melupakan kesedihannya itu. Kini ia akan merasa kesepian, tak ada lagi warna dalam kehidupannya.

"Sayang, kamu harus makan, ya. Aku gak mau kamu sakit." Sonny tiba-tiba datang dan membawa makanan untuk Rita. Tak ada jawaban sepatah kata pun dari Rita, ia tenggelam dalam kesedihannya. Tak ada lagi orang yang mampu untuk menghiburnya.

Tina datang dan mencoba untuk membuat ibunya itu makan. "Ibu, makan dulu, ya. Aku suapin nih." Rita sama sekali tak membuka mulutnya, ia malah menggelengkan kepalanya.

"Ibu, ibu lupain aja tentang kejadian hari ini ya, Bu. Aku juga sedih kehilangan kak Clara, dia orang yang sangat baik buat aku."

Rita menatap Tina. "Lupain kamu bilang?" Ia mulai angkat bicara dengan matanya yang berkaca-kaca. "Semudah itu kamu bilang lupain? dia itu anak saya satu-satunya!! tanpa Clara hidup saya tak berarti!"

"Tapi kan masih ada aku, Bu. Bukannya aku gak peduli sama kak Clara, tapi mau gimana lagi? Kak Clara itu udah pasti mati tenggelam. Aku juga anak ibu, aku berhak mendapat kasih sayang ibu." Entah mengapa, sikap Tina tiba-tiba berubah seratus depalan puluh derajat.

"Gak!! Kamu bukan siapa-siapa dalam kehidupan saya!! Kamu hanyalah anak tiri bagi saya dan itu tak berarti apa-apa dalam kehidupan saya."

"Rita! Kamu ini kenapa sih?! Bukannya kamu sudah janji sama aku kalau kamu akan menganggap Tina itu seperti anak kamu sendiri?!"

"Sampai kapanpun dia hanyalah anak tiri, itu tak akan merubah apapun! Apa kamu dengar tadi? Anakmu ini bilang kalau aku harus lupain semuanya! Kamu pikir mudah melupakan anak satu-satunya yang aku sayangi?!" Rita berbicara dengan lantang, air matanya mulai berjatuhan. Sonny tak mampu berkata apa-apa lagi.

"Di saat aku sedih seperti ini, anakmu menuntut kasih sayang dariku. Sedangkan, anak kandungku berada di tengah lautan sana, entah dia masih hidup atau mati. Bukannya dia menenangkanku, tapi dia malah cemburu akan kasih sayang." Apa yang dibilang Rita ada benarnya, bukannya Tina menghibur Rita saat sedang sedih, tapi ia malah menuntut kasih sayang pada Rita.

Setelah berkata demikian, Rita langsung pergi keluar penginapan yang kemudian disusul dengan Sonny karena takut terjadi apa-apa pada istrinya. Sedangkan, Tina hanya bisa merenungi kesalahannya seorang diri.

***
Nampaknya ia sudah tenggelam cukup dalam. Namun, matanya tiba-tiba saja terbuka dan mengeluarkan cahaya putih. Dalam posisi tubuh yang menghadap langit, dia mencoba bergerak menjadi posisi berdiri layaknya di daratan. Kini tepat di hadapan Clara terdapat seorang gadis cantik dengan tubuh setengah ikan.

Dia adalah ...

SIREN!

Aneh tapi nyata, tiba-tiba saja Clara mampu bernapas di dalam air. Matanya kembali normal, begitupun dengan kesadarannya, ia melihat sekeliling kemudian bergumam, "apa ini mimpi?"

"Tentu bukan, kau benar-benar sedang berada di dalam air," ujar seorang siren wanita yang berada di hadapan Clara.

"S-siren? Apa kau benar-benar siren?"

"Bagaimana kelihatannya?"

"Aku pasti bermimpi, seharusnya aku sudah mati tenggelam saat badai."

"Memang seperti itu seharusnya. Poseidon menginginkan kau mati karena kau tidak menganggap keberadaan kami," ujar siren tersebut.

"Poseidon? siapa dia?"

"Dia dewa laut yang bisa mengontrol cuaca di sekitaran laut, bahkan dia bisa mengendalikan para siren sesuka hati, termasuk kau."

"Aku? Aku manusia, bukan siren."

"Kau pikir manusia mana bisa berbicara di dalam air seperti ini? aku sudah memindahkan sebagian kutukanku padamu."

Clara benar-benar tak mengerti apa yang sebenarnya sedang ia alami, apakah ini nyata atau hanya sekedar mimpi saja. "Kutukan? apa maksudmu?"

"Namaku Clarissa, aku dulu manusia normal sepertimu, caramu menjadi siren jauh berbeda denganmu. Jika kau menjadi siren karena murka poseidon, kalau aku dulu menjadi siren karena sengaja menceburkan diri ke laut karena depresi. Aku pikir aku akan mati, aku pikir penderitaanku akan berakhir. Namun, seorang siren pria bernama Rana memindahkan kutukan terakhirnya padaku. Kini ia telah menjadi manusia seutuhnya, dan aku pun menyesal karena telah menceburkan diriku ke laut. Kehidupan dunia siren jauh lebih menakutkan dibanding saat aku hidup menjadi manusia normal," ujarnya panjang lebar.

"Dan sekarang, kau akan menjadi bagian dari kami."

To Be Continued

Siren's Curse (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang