Chapt 22: Pesan Terakhir

687 111 9
                                    

Follow author kek kali kali mah😥
ENJOY!

"Jadi, kau mengancamku? Aku tidak takut denganmu, siren kecil," ucap Melody

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, kau mengancamku? Aku tidak takut denganmu, siren kecil," ucap Melody. "Rey, hukum dia!"

Siren pria bernama Rey itupun langsung membawa paksa Lula ke sebuah altar. Di sana hukuman mati untuk Lula akan disaksikan oleh seluruh penduduk Underwater City. Lula sendiri berharap kalau Poseidon akan membantunya karena ia pasti dilacak oleh Poseidon. Namun, tak ada juga tanda-tanda akan datangnya Poseidon atau pasukan Atlantis, kini ajal sudah menantinya. Ia tak akan langsung disuntik mati atau ditembak mati oleh Rey, melainkan akan ditembak di bagian tubuh yang tak membuatnya mati. Melody menginginkan kalau Lula tersiksa dulu sebelum mati, sama seperti apa yang siren Atlantis lakukan ratusan tahun lalu.

"TEMBAK DIA! SIKSA DIA!" sorak para siren yang sedang menyaksikan hukuman itu.

Lula hanya bisa berdiam diri, ia tak bisa melawan. Kedua tangannya di ikat, begitu juga dengan ekornya. Kini sudah waktunya bagi Rey untuk menghukum Lula.

Di sisi lain, Clarissa baru kembali ke Underwater City, ia merasa heran karena di kota begitu sepi tak biasanya. Ia pun mencari-cari kemana seluruh siren ini, kebetulan ia bertemu dengan seorang siren wanita. "Hey, dimana semua orang, kenapa sepi sekali?"

"Ada siren dari Atlantis yang segera di hukum mati, dia akan dihukum di altar dekat rumah Melody," jawab siren wanita itu. Lantas hal itupun membuat Clarissa terkejut, tak mungkin jika Clara yang dihukum mati karena seluruh penduduk Underwater City sudah mengetahui walaupun Clara berasal dari Atlantis, dia adalah siren dengan hati yang mulia.

"Satu ... dua ... tiga!! Tembak dia!!" sorak seluruh penduduk Underwater City, mereka begitu antusias menyambut kematian Lula.

"Tunggu!" teriak seorang wanita dari kejauhan, tidak lain dan tidak bukan dia adalah Clarissa. "Dia teman baikku, Lula."

"Terus kenapa jika dia teman baik kamu?" tanya Melody dengan santainya.

"Kamu gak seharusnya menghukum dia, Melody," balas Clarissa.

"Maaf, Clarissa. Kali ini aku tidak bisa mengabulkan keinginanmu, sekalipun kamu adalah sahabatku."

JLEB!

Ternyata Rey telah menembakkan anak panahnya yang tepat mengenai ekor Lula. Lula pun menjerit kesakitan, Clarissa hendak menghentikkan Rey yang akan membunuh Lula. Namun, ia ditahan oleh dua siren pria agar tak mengganggu proses hukuman mati ini.

Tembakkan kedua itu kembali dilepaskan oleh Rey tepat mengenai perut Lula, kini Lula merasa sedikit kesulitan untuk bernapas. Di sisi lain, Clarissa histeris menyaksikan sahabatnya diperlakukan seperti itu. Ia menangis sejadi-jadinya. Namun, ia tak bisa merasakan air matanya karena sedang berada di dalam air.

Tembakkan terakhir ini akan membuat Lula mati secara perlahan, Rey menembaknya tepat ke arah paru-paru Lula. Seluruh siren di sana tertawa dan bersorak melihat proses hukuman mati itu. Tidak terkecuali dengan Clarissa, hatinya sangat hancur karena teman baiknya itu mati dengan cara yang tak wajar. Dengan sekuat tenaga, ia bisa melepaskan diri dari kedua siren pria yang tadi memegangi tangannya itu. Ia langsung menghampiri Lula tanpa rasa takut apapun. Awalnya beberapa pengawal Melody hendak menyusul Clarissa, namun Melody melarangnya.

"Lula, maafkan aku," ucap Clarissa sembari melepaskan seluruh ikatan yang terikat pada Lula.

"Kamu kenapa bisa ada di sini, Lula?" tanya Clarissa.

"Clara ..." lirih Lula.

"Clara? Kenapa sama Clara?"

"Dia ... ada di Atlantis, kondisinya ... sangat lemah," jawab Lula dengan napas yang sangat berat.

"Sudahlah, aku akan membawamu ke ruang medis," ucap Clarissa.

Lula menggerakkan badannya yang berarti ia tak ingin diobati. "Tidak, Clarissa. Percuma, sebentar lagi ... aku akan segera mati. Dengarkanlah pesan terakhirku, jaga Clara baik-baik. Dia selalu nekad pergi ke sungai yang ada di tengah hutan, tadi dia kembali ke Atlantis dengan keadaan luka parah akibat serangan alkonost."

"Alkonost?" gumam Clarissa.

Setelah menyampaikan pesannya, Lula pun menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Clarissa. Clarissa yang menyaksikan hal itu, hatinya sudah sangat hancur berkeping-keping, ia tak menyangka kalau teman baiknya selama ini akan mati dengan cara seperti ini.

***
Malam hari pun tiba, Ardi dan Sonny sedang memasak mie instan di api unggun yang mereka buat. Sembari menunggu, Sonny bertanya-tanya soal alkonost pada Ardi.

"Jadi, alkonost itu makhluk penggoda? Sama seperti siren?" tanya Sonny setelah mendengarkan penuturan Ardi tentang alkonost dan siren.

"Ya, mereka itu sama tapi tak serupa. Walaupun mereka makhluk penggoda, mereka bermusuhan satu sama lain," jelas Ardi. Lantas Sonny pun menanyakan alasan utama alkonost dan siren bermusuhan.

"Dulu ada sepasang kekasih yang hampir saja menikah. Namun, tiga hari sebelumnya si lelaki ini tertangkap basah oleh pacarnya sedang selingkuh. Si perempuan memutuskan untuk membatalkan pernikahannya, awalnya mereka berdua saling mencintai, entah apa yang membuat si lelaki berpaling dari perempuan ini. Walaupun si lelaki ini berselingkuh, tetapi ia tak ingin kehilangan calon istrinya, ia bersikeras membujuk si perempuan untuk menikah dengannya. Tapi, si perempuan sudah terlalu merasakan sakit hati yang luar biasa, dia memutuskan untuk berlayar menggunakan perahu kecil seorang diri untuk meluapkan kesedihannya di tengah lautan. Kebetulan saat itu cuaca sedang hujan deras disertai badai, konon katanya perempuan itu berubah menjadi Poseidon si pemimpin para siren. Sedangkan, si lelaki pergi ke hutan ini untuk menemui seorang nenek-nenek yang bisa menggunakan sihir untuk membuat ramuan agar siapapun yang meminumnya akan tunduk padanya. Namun, kenyataannya bukan seperti itu, lelaki itu balah dijadikan bahan eksperimen oleh nenek-nenek itu. Dia malah memaksa lelaki itu untuk meminum ramuan yang dia buat sendiri, alhasil setelah meminum ramuan itu, lelaki itu pun berubah menjadi burung berkepala manusia," tutur Ardi dengan panjang lebar.

"Jadi, alkonost juga bukan hanya perempuan? Ada juga laki-laki ya?" tanya Sonny.

"Benar, lelaki itu bernama Robb. Kini dia telah menjadi pemimpin para alkonost dan bisa mengendalikan semua alkonost di hutan ini. Kemungkinan besar anakmu sedang berada dalam kendalinya."

"Kamu bilang seluruh alkonost di hutan ini bisa dikendalikan? Dari mana kamu tau kalo alkonost bersarang di sini?"

"Itu bukan menurutku, itu legenda tempat ini menurut masyarakat setempat, dan mereka bilang kalau alkonost gak akan pernah muncul sama sembarang manusia. Dia hanya akan muncul pada manusia tertentu, antar untuk dimakan atau untuk dijadikan alkonost seperti mereka."

"Sudahlah, ayok kita tidur! Mataku udah berat nih." Ardi menyimpan mangkuknya setelah makan mie, kemudian pergi ke dalam tenda.

Sonny masih berusaha memahami kata-kata Ardi yang katanya alkonost tidak akan muncul pada sembarang manusia. Kini Sonny beranggapan kalau Tina muncul bukan untuk membunuhnys, melainkan dia ingin bertemu dengan ayahnya. Namun, dia tak bisa mengendalikan tubuhnya karena dikuasai oleh Robb si raja alkonost.

To Be Continued

Siren's Curse (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang