Chapt 5: Lubang Besar Menuju Atlantis ✔

1.5K 219 3
                                    

"Tunggu, bagaimana kau tahu kalau aku berteman dengan Clarissa?"

"Karena kami mengawasimu, dan dia adalah musuh terbesar kami."

Clara terperanjat, benar dugaannya kalau ternyata Clarissa merupakan musuh Rick.

"Bagaimana bisa dia menjadi musuhmu?" tanya Clara.

"Dia membuang kami dari Atlantis. Kau pikir kenapa kota ini sepi saat kedatanganmu? Kami semua mengalami trauma akan kaum siren yang berasal dari Atlantis, mereka sangat kasar, termasuk teman barumu, Clarissa. Dia sombong sekali bahkan dia hendak membunuh kami semua jika kami tak mau pergi dari atlantis."

Sulit dipercaya, ternyata selama ini keberadaan Atlantis itu nyata. Namun, walaupun Rick bercerita dengan penuh percaya diri, Clara tak bisa memercayainya langsung. Ia tak ingin pikirannya dimanipulasi oleh orang yang baru ia kenal untuk membenci Clarissa yang telah menyelamatkannya dari kematian.

"Kau tidak percaya padaku? Coba saja tanyakan pada temanmu Clarissa itu, semoga dia akan menceritakan semuanya secara jujur. Namun, ingat! Jangan pernah kau memberi tahu dia keberadaan Underwater City ini, nyawamu berada di tanganku, Clara."

Clara pergi memasuki gua hendak keluar dari kota itu tanpa merespon apa yang diucapkan oleh Rick. Sesampainya di luar, ia kehilangan arah, tak tahu harus kemana ia pergi. Hanya satu tempat yang ia tahu dari lautan ini, tidak lain dan tidak bukan yaitu bangkai pesawat yang dimana tempat tersebut menjadi tempat persembunyiannya. Clara berdiam di atas bangkai pesawat itu menanti akan kedatangan Clarissa, ia berharap temannya itu akan kembali mencari dirinya.

***
Malam hari pun telah tiba, sudah waktunya bagi Rita dan keluarga kecilnya untuk makan malam di penginapan tersebut.

"Tina kamu mau kemana, Sayang?" tanya Rita sembari memasak. Ia melihat Tina hendak pergi keluar, entah dengan maksud apa ia pergi keluar, mungkin ia pergi ke pesisir lagi untuk menikmati angin atau melakukan hal lain .

"Aku mau keluar bentar ya, Bu. Gak lama kok," balas Tina.

"Iya, tapi kamu pake jaket gih biar gak kedinginan."

"Enggak, Bu. Cuman di halaman kok," jawabnya yang kemudian membuka pintu dan pergi keluar.

Rita pun selesai memasak, ia dan Sonny sudah bersiap, hanya tinggal menunggu anak mereka pulang. Namun, anehnya Tina belum pulang juga, mereka takut terjadi apa-apa dengan Tina. Bahkan Sonny telah memutuskan untuk mencari Tina ke pesisir. Hasilnya tetap nihil, kini Tina tak ada di pesisir. Mereka berdua semakin cemas, tiba-tiba saja mereka mendengar teriakan seorang gadis tepat di hutan belakang penginapan mereka. Sontak mereka berdua pun berlari keluar dan melihat ke arah hutan tersebut.

Tangan Rita yang gemetar memegang tangan suaminya itu. "Mas, aku takut kalau itu Tina, Mas."

"Kamu jangan berpikiran aneh-aneh, Sayang. Mana mungkin Tina berani masuk ke hutan sendirian, dia kan masih kecil."

"Tapi sebelum Tina keluar aku lihat di saku celananya dia bawa senter, dan aku sama sekali gak berpikiran kalo dia bakal ke hutan, karena dia sendiri yang bilang mau pergi ke halaman doang."

Sonny sedikit terkejut dengan apa yang dijelaskan oleh Rita. Apa Rita tak curiga dengan Tina yang membawa senter dan pergi keluar seorang diri? Apa mungkin kalau sebenarnya Rita tidak peduli pada Tina karena Tina bukanlah anak kandungnya?

Semua pikiran negatif itu tiba-tiba saja muncul di benak Sonny. Ia memutuskan untuk membawa senter di dalam kamar kemudian hendak pergi ke dalam hutan seorang diri. Namun, Rita menghalanginya karena tak ingin terjadi sesuatu pada Sonny.

"Rita, kamu pikir aku bisa tenang setelah aku mendengar suara jeritan seorang gadis di dalam hutan? Sedangkan Tina juga tidak ada di kamar dan di pesisir," ucap Sonny dengan nada yang sedikit kesal.

"Jangan mentang-mentang kalo Tina itu bukan anak kandung kamu, kamu gak peduli sama dia," lanjutnya.

Rita melepaskan tangan Sonny. "Lho, kok kamu jadi gitu sih, Mas? Aku kayak gini cuma gak mau terjadi apa-apa aja sama kamu, kamunya aja malah negatif thinking."

"Argghh udah! Males aku debat sama orang kayak kamu gini, egois." Sonny pun pergi ke dalam hutan seorang diri. Di sisi lain, hati Rita hancur lebur. Ia tak menyangka kalau suaminya akan berkata demikian, air matanya perlahan berjatuhan.

***
Mentari kembali terbit, Clara yang kemarin menununggu Clarissa di bangkai pesawat itu tak membuahkan hasil. Ternyata Clarissa tak kembali untuk mencarinya lagi.

"Apa aku pergi saja dari sini?" tanya Clara pada diri sendiri.

Setelah beberapa menit berpikir, akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari sana. Tak tahu pergi kemana, ia hanya bertujuan untuk menemui siren lain dan bertanya dimana letak Atlantis. Ia tak ingin kembali ke Underwater City karena merasa takut, ia mengira kalau Underwater City-lah yang sebenarnya memusuhi bangsa Atlantis.

"Tidak mungkin kalau Clarissa sejahat itu, pasti itu hanya karangan Rick agar aku membenci Clarissa," gumamnya sembari terus berenang di laut lepas tanpa ditemani siapapun.

Saat ia pergi ke dasar laut, tak sengaja ia melihat sebuah lubang yang cukup besar. Awalnya ia takut, namun ia memberanikan diri untuk berenang ke sana dan berharap menemukan seseorang. Semakin ke dalam laju Clara semakin cepat, padahal ia berenang dengan normal.

"Tunggu, ada yang aneh, kenapa bisa secepat ini?" gumamnya. Akhirnya ia menyadari kalau lajunya begitu cepat. Ternyata lubang tersebut menyedotnya semakin dalam. Merasa ada sesuatu yang janggal, ia memutar arah untuk kembali. Ia mencoba melawan arus sekuat tenaga.

Usahanya sia-sia, arus tersebut semakin kuat dan akhirnya Clara terbawa arus. Beberapa meter terseret, akhirnya ia sampai di suatu tempat. Kepalanya pusing karena terseret arus kuat itu.

Setelah semuanya dirasa baik-baik saja. Clara melihat sekelilingnya, ia melihat sebuah kota dengan bentuk pusat kota dikelilingi dengan bangunan lainnya. Bisa disebut kota tersebut dikelilingi dengan tiga cincin, tidak lain dan tidak bukan kota tersebut adalah Atlantis. Kota yang hilang berabad-abad lalu.

"Tidak mungkin, aku benar-benar ada di Atlantis," gumamnya.

Banyak sekali siren yang lalu lalang di sekitaran kota tersebut. Bukan hanya siren, bahkan makhluk-makhluk laut lainnya pun ada, seperti hiu, paus, pari, dan ikan-ikan indah lainnya. Ia pun memutuskan menghampiri kota tersebut.

"Jangan bergerak, penyusup!" Tiba-tiba saja terdengar suara seorang lelaki dari belakangnya. Clara pun hendak berbalik. "Aku bilang jangan bergerak, ada crossbow di tanganku!" tegasnya

"Siapa namamu? dan apa tujuanmu kemari?" tanya lelaki tersebut.

"Aku Clara, aku tak punya maksud tertentu kemari. Aku tersesat dan melihat sebuah lubang besar, aku masuk ke lubang tersebut kemudian terseret kemari. Bahkan aku sendiri tak pernah tahu kalau Atlantis itu benar-benar ada."

"Alasan yang tidak masuk akal, Nona. Aku akan membunuhmu sekarang juga."

To Be Continued

Siren's Curse (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang