"A-apa maksudmu?" tanya Clara dengan gugup.
"Sebentar lagi kakimu akan berubah menjadi ekor ikan sepertiku," jawab Clarissa.
Pernyataan Clarissa itu membuat Clara terkejut, sebelumnya ia sangat tidak memercayai soal siren. Namun, kini ia akan menjadi makhluk yang tak ia percayai sendiri, yaitu siren.
"Tidak, tidak mungkin aku jadi siren," gumam Clara. Kemudian ia berusaha berenang ke permukaan. Malam itu, rembulan memancarkan sinarnya dengan terang. Ia hendak sampai di permukaan, tapi tiba-tiba saja kakinya kaku tak bisa digerakkan. Dimulai dari atas pusarnya berubah menjadi sisik ikan, hingga kakinya menjadi ekor ikan.
Clarissa yang melihat itu dari bawah, berenang menghampiri Clara. Terlihat Clara menangisi nasib dirinya. "Tenangkan dirimu, kau akan baik-baik saja. Aku berjanji padamu, aku akan menjaga dan membantumu sampai kau kembali menjadi manusia seutuhnya," ujar Clarissa.
"Lantas kenapa kau mengubahku menjadi siren?" tanya Clara.
"Ini hukuman buatmu, kami hanya ingin membuktikan bahwa kami ada. Kau beruntung bertemu denganku, aku tidak hanya menghukum, tetapi aku akan membantumu juga. Omong-omong, siapa namamu?"
"Clara."
"Hmm... nama yang cantik. Baiklah, Clara, pertama kau tidak boleh terlihat sedikitpun oleh manusia. Jika kau ingin melihat permukaan, berhati-hatilah, jangan sampai ada manusia yang melihatmu atau kau akan diburu olehnya.
"Sekarang kau ikuti aku, apa kau sudah bisa berenang menggunakan ekormu?" tanya Clarissa. Clara menjawabnya dengan menggelengkan kepala.
"Baiklah, cukup gerakkan ekormu ke atas dan ke bawah." Clarissa pun mengajarkan Clara dengan cara memegangi tangannya.
Clarissa mencoba melepaskan tanganya dan membiarkan Clara berenang seorang diri. "Ya, seperti itu."
Tiba-tiba saja terlihat jauh di belakang Clara tiga ekor hiu yang menghampiri mereka berdua. Clarissa pun kembali memegangi tangan Clara dan berenang lebih cepat. Clara yang menyadari bahwa Clarissa berenang lebih cepat dari sebelumnya bertanya, "ada apa, Sa. Kok kita berenangnya jadi cepat gini?"
"Gak ada apa-apa, Ra. Aku cuma pengin buru-buru sampai aja," jawabnya dengan santai. Ia berusaha untuk tidak membuat Clara panik. Namun, ketiga hiu itu berenang lebih cepat sehingga Clara dan Clarissa sekarang dalam ancaman. Keberuntungan berada di pihak mereka, Clarissa melihat sebuah bangkai badan pesawat di dasar laut, ia pun membawa Clara ke sana dan bersembunyi di dalam bangkai pesawat tersebut.
"Apa yang terjadi sebenarnya, Sa. Apa ada seseorang yang mengejar kita atau bagaimana?" tanya Clara.
Clarissa menghela napas. "Hiu, mereka mengejar kita."
"Hiu? Aku kira siren dan makhluk laut lainnya berteman."
"Dulunya memang seperti itu, tapi-" Tiba-tiba saja insting Clarissa mengatakan kalau hiu-hiu itu sudah berada di atas bangkai pesawat tersebut.
"Clara, kau tunggu di sini, ya? Aku akan pergi ke kerajaan siren dan meminta bantuan mereka, aku akan kembali secepatnya," bisik Clarissa.
"Tidak, Sa. Aku tak mau sendirian di sini, bagaimana kalau mereka menyadari keberadaanku?" ujar Clara.
"Maka dari itu sebaiknya kau tetap sembunyi di sini dan jangan membuat suara apapun." Clarissa pun hendak pergi dari sana, namun Clara memegangi tangannya.
"Cepatlah kembali," ucap Clara dengan mata yang berkaca-kaca.
Clarissa memegangi tangan Clara. " Tenang saja, Clara. Semua akan baik-baik saja, aku akan segera kembali."
Clara tak bisa lagi menghalangi Clarissa karena Clarissa pergi bukan untuk meninggalkan Clara, melainkan mencari bala bantuan. Clarissa pun berenang keluar dengan sangat cepat, hal itu pun memicu perhatian ketiga hiu tersebut sehingga Clarissa langsung dikejar dan diburu oleh ketiga hiu itu.
Bukannya Clara berdiam diri dan bersembunyi di bangkai pesawat tersebut, ia malah keluar untuk menjauhi wilayah tersebut. Rasa takutnya terhadap hiu-hiu ganas itu mengabaikan nasihat Clarissa untuk tetap bersembunyi. Walaupun ia belum sepenuhnya bisa berenang menggunakan ekornya itu, setidaknya ia berusaha walau dengan laju tidak begitu cepat.
"Harus pergi kemana lagi aku?" gumam Clara.
***
Di sisi lain, Rita ingin segera pergi dari pantai seorang diri, ia akan kembali ke rumah orang tuanya. Namun, Sonny tetap bersikeras melarang Rita, ia meminta maaf apa yang telah Tina katakan. Ia mengakuinya kalau Tina tak seharusnya cemburu pada Clara yang jelas-jelas Clara itu anak kandung dari Rita."Aku mohon sama kamu, ya, maafin Tina. Dia itu cuma anak kecil, aku juga mohon sama kamu jangan bentak Tina kaya gitu lagi, aku takut mentalnya jadi lemah." Beberapa kali Sonny membujuk Rita agar tidak pergi, kini dia berhasil membujuknya.
"Iya, Mas, aku maafin anak kamu. Aku juga minta maaf sama kamu,ya, Mas. Aku masih shock aja karena kehilangan Clara."
"Iya aku paham, sekarang kita balik lagi ke penginapan yu, udah larut malam gini."
Sesampainya di penginapan, mereka kebingungan mencari Tina yang tidak ada di kamar. "Lho, Mas, dimana Tina?"
"Gak tau, Bu. Tadi kan dia di sini, kok bisa gak ada ya?"
"Satpam!!" teriak Rita. Seorang satpam pun menghampiri mereka. "Ada apa Bu? Pak?"
"Apa kamu lihat anak perempuan dengan rambut sebahu, tingginya segini?" tanya Sonny sembari mengira-ngira tinggi Tina.
"Ohh, tadi saya lihat pergi ke pantai, Pak."
"Pantai? Ngapain dia ke pantai malam-malam gini?" Rita dan Sonny saling bertatapan karena merasa heran. Kemudian mereka pun pergi mencari Tina ke pantai.
Sesampainya di pantai, benar saja, gadis itu terlihat sedang menikmati semilir angin malam di pesisir yang diterangi dengan sinar rembulan. Mereka berdua pun menghampirinya.
"Tina," panggil Sonny. Tina pun menoleh ke belakang.
"Ayah? ngapain ayah kesini? Ini kan udah malam, emang gak dingin?" tanya Tina.
"Yang seharusnya nanya gitu tuh ayah, bukan kamu. Kamu sendiri ngapain di sini?"
"Enggak, Yah. Aku gak ngapa-ngapain kok."
"Jangan bohong, Tina. mata kamu kelihatan kayak abis nangis, lho."
Tina tak menjawab Sonny, ia langsung pergi tanpa berpamitan. Sesampainya di kamar penginapan, ia pun langsung tidur.
Keesokan harinya ...
"Tina, sarapan dulu yuk, Sayang! ibu udah masakin makanan kesukaan kamu nih."
Tina yang sudah bangun sedari tadi keluar kamarnya untuk pergi sarapan, kebetulan Rita memasak makanan favoritnya, yaitu kentang goreng dengan saos pedas. Namun, semenjak kejadian kemarin, Tina menjadi lebih pemurung. Ia canggung untuk berbicara pada ibu tirinya, hal ini sama persis seperti pertama kali Tina bertemu Rita.
***
Clara semalam tertidur di sebuah tempat yang tak ia kenali, ia tidur di sebuah gua kecil. Saat terbangun, ia masih bingung untuk pergi kemana. Namun, tiba-tiba saja jauh di dalam gua tersebut, terdengar suara keramaian. Hal itupun membuat ia penasaran, akhirnya ia berenang lebih jauh ke dalam gua tersebut.
Terlihat cahaya terang. Namun, nampaknya cahaya tersebut bukan dari sinar matahari. Saat keluar dari gua tersebut, benar saja, cahaya tersebut tersebut merupakan cahaya sihir yang diciptakan oleh siren. Tempat yang dalam dan tak bisa tersinari oleh matahari itu sudah seperti sebuah kota bawah laut yang sangat indah, kota itu berisi banyak siren yang sedang merayakan sebuah keberhasilan. Wujud para siren wanita yang nyaris sempurna itu membuat Clara terkagum-kagum, dan tiba-tiba saja seorang siren wanita itu melihat ke arah Clara.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren's Curse (COMPLETED ✔)
Adventure{Adventure, Mystery, Fantasy} TAHAP REVISI [Novel ini hanya tersedia di; Wattpad, NovelMe, Novelaku. Selain itu plagiat, tolong dm saya jika menemukan karya saya di plagiat] {Vote and komen ya biar tambah semangat mwehehe... Mau follow jga voleh} Bl...