Chapt 4: Siren Tampan Bernama Rick ✔

1.9K 251 0
                                    

Siren wanita yang menyadari keberadaan Clara pun langsung berenang menghampiri Clara. Sebaliknya, Clara malah berusaha melarikan diri dari siren wanita itu.

Clara berhasil keluar dari gua tersebut dan lolos dari kejaran siren wanita yang tak dikenali itu. Namun, lagi dan lagi ia ditimpa kesialan, ia dihadapkan kembali dengan hiu-hiu yang kemarin memburu dirinya dan Clarissa.

"Arghh, kenapa nasibku harus seperti ini?" gerutu Clara. Ketiga hiu itu kembali memburu Clara, Clara pun berenang secepat yang ia bisa. Berkali-kali ia hampir mati oleh hiu itu, tapi beruntung sekali ia bisa selamat.

Ia mencoba kembali bersembunyi di bangkai badan pesawat yang kemarin jadi tempat persembunyiannya bersama Clarissa dari para hiu ganas itu. Sayang, keberuntungan tak berpihak padanya. Di sisi kirinya seekor hiu martil sedang menatapnya hendak menyerang, saat itu juga ia hendak melarikan diri ke sisi kanannya yang jelas tak ada siapa-siapa. Namun, saat ia berbalik seekor hiu tikus siap melahapnya juga. Hatinya berdebar begitu kencang, ia sudah tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan, tak ada jalan keluar selain mati. Clara hanya bisa menunduk dan memejamkan matanya, kini ajal baginya telah tiba.

"Bukalah matamu, Clara," ucap seorang wanita tiba-tiba, tidak lain dan tidak bukan ia adalah Clarissa.

Clara membuka matanya. "Clarissa?"

"Sudahlah, ayok keluar! Jangan takut, mereka semua temenku."

"Jadi, ketiga hiu itu temanmu? Lalu kenapa kau kabur saat mereka mengejar kita?" tanya Clara.

Clarissa masuk ke bangkai badan pesawat tersebut. "Clara, maafkan aku. Aku hanya ingin mengujimu saja."

"Haruskah menguji dengan cara seperti ini? Aku ini siren yang belum mahir berenang dengan cepat! Untung saja aku tidak mati karena serangan jantung!" Setelah Clara meluapkan amarahnya pada Clarissa, ia langsung pergi keluar.

Clarissa merasa bersalah pada Clara. Ia menyusulnya untuk meminta maaf. Namun, Clara tak ingin memaafkannya karena menurutnya kemarin malam adalah mimpi buruk baginya.

"Clara, kau mau pergi kemana? Memangnya kamu sudah punya tujuan pergi kemana di lautan seluas ini?" tanya Clarissa sembari mengikuti Clara yang terus berenang hendak pergi ke suatu tempat.

"Tentu saja, aku akan pergi ke tempat dimana aku bersembunyi kemarin."

***

Beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya Clara sudah sampai di depan gua yang kemarin menjadi tempat perlindungannya. "Kau mau tinggal di gua ini?" tanya Clarissa setelah melihat gua tersebut.

"Ya, kenapa memangnya? Ini akan menjadi tempat tinggalku untuk selamanya."

"Tidak, aku tak akan pernah mengizinkanmu tinggal di tempat seperti ini. Gua ini sempit lho, Ra. Masa kamu mau tinggal di sini?"

"Aku tidak perlu izin darimu, Sa. Kau tidak pernah masuk ke dalam, itulah mengapa kau bilang gua ini sempit."

"Tidak perlu masuk aku sudah tahu lihat dari luarnya. Sudahlah, sebaiknya kau ikut aku saja yuk ke kerajaan siren! Di sana aku menjamin kau akan mendapat tempat yang lebih layak dari ini."

"Kerajaan siren kerajaan siren, dari kemarin kau bilang kerajaan siren, tapi tidak ada hasilnya. Tak ada bukti satupun yang membuatku percaya adanya kerajaan siren. Aku menyarankanmu untuk berhenti berhayal ya, Sa." Perdebatan mereka pun berakhir sampai di sini, sebelum Clarissa diberi kesempatan untuk berbicara, Clara sudah meninggalkan Clarissa dan masuk ke gua tersebut untuk menuju kota bawah laut yang sebelumnya ia lihat. Begitu pula dengan Clarissa, ia pergi dari sana dan membiarkan Clara.

Aneh, saat Clara sudah sampai di kota tersebut, ia tak melihat siapapun. Jika kemarin banyak sekali siren yang sepertinya sedang merayakan sesuatu, tapi kini berbeda, tak ada satupun siren yang ia lihat. Ia mencoba memasuki kota tersebut, tiba-tiba sebuah bayangan bergerak cepat dari belakang Clara, ia pun menyadari akan hal itu. Ia mulai ketakutan dan memutuskan untuk kembali dan menyusul Clarissa. Namun, baru saja ia hendak masuk ke gua, seorang siren membekam mulutnya kemudian membawanya ke suatu tempat.

Siren misterius tersebut melepaskan Clara. "Siapa kau?!" Tegas Clara sembari berbalik untuk melihat siapa yang membekam mulutnya. Terkejut bukan main, ternyata siren itu berwujud seorang pria tampan dengan kulit sawo matang dan berbadan atletik.

"Si-siapa kau?" tanya Clara yang tiba-tiba gugup setelah melihat siren pria itu.

"Namaku Rick, aku salah satu penduduk Underwater City, dan siapa namamu?"

"Aku Clara," jawabnya singkat.

"Dari mana asalmu? Berani-beraninya datang ke kota ini."

"A-aku ..."

"Hey, tenang saja. Tidak usah gugup seperti itu karena ketampananku," ucap Rick secara tiba-tiba.

Perkataan Rick tersebut membuat Clara sedikit kesal. "Siapa juga yang gugup lihat ketampananmu, memangnya kau tampan?"

"Jelas dong, aku adalah siren pria tertampan di kota ini."

Clara tertawa terbahak-bahak dengan apa yang dikatakan Rick, percaya diri sekali dia mengatakan kalau dirinya itu siren pria paling tampan. "Kau tahu kan kalau siren pria bukan hanya kau? Dan bagaimana mungkin kau menyebut dirimu sendiri siren paling tampan?"

"Tentu saja, bahkan kau juga terpesona saat melihatku untuk pertama kalinya, bukan?" Rick mengangkat kedua alisnya berkali-kali yang membuat Clara geli.

"Sudahlah, hentikan semua candaan ini. Apa aku bisa tinggal di kota ini untuk sementara waktu?" tanya Clara.

"Tidak bisa," jawab Rick dengan ekspresi yang tiba-tiba berubah menjadi serius.

"Apa maksudmu?"

"Ya, kau tidak bisa tinggal di sini. Selesai, cepat tinggalkan kota ini."

Clara diherankan dengan perubahan sikap Rick yang sangat drastis, yang sedari tadi selalu berusaha menggoda Clara untuk membuatnya tertawa kini tiba-tiba berubah menjadi serius.

Bagaimanapun Clara tak bisa memaksa Rick untuk mengizinkannya tinggal di kota. Ia pun memutus kembali ke gua tersebut dan tidur bersama beberapa kepiting yang kerap kali mencapit dirinya. Namun, sesampainya di mulut gua, Rick menghentikannya yang membuat Clara berhenti dan menoleh ke belakang.

"Jika kau memberi tahu orang lain soal keberadaan kota ini, nyawamu taruhannya." Ucapan Rick tersebut membuat Clara terkejut, apakah dia serius atau bercanda? Tapi, sama sekali tak ada raut wajah yang menandakan kalau dia bercanda, dengan kata lain apa yang dikatakan Rick itu serius.

"Kau pasti bercanda, Rick," ucap Clara.

"Apa menurutmu aku terlihat sedang bercanda?" Rick melipatkan kedua tangannya.

"Aku berbicara seperti ini hanya untuk memperingatkanmu saja, aku tahu kalau kau siren baru dan belum mengetahui apapun soal ini. Maka dari itu kuperingatkan untuk tidak memberitahu keberadaan kota ini pada siapapun, terutama temanmu, Clarissa."

Clara semakin dibuat bingung karena Rick mengenal Clarissa, apakah Rick adalah musuh Clarissa? Lantas, bagaimana ia bisa tahu kalau Clara itu berteman dengan Clarissa?

To Be Continued

Siren's Curse (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang