Chapt 13: Tekad Clara ✔

810 131 5
                                    

Update lagi uwuwu kan tiap hari😎

ENJOY!

Ia kembali ke Atlantis seorang diri, tapi saat di perjalanan ia melihat sebuah ekor siren yang nampaknya setengah badan siren itu berada di permukaan. Ia pun berenang ke permukaan untuk melihat siapakah siren tersebut. Betapa terkejutnya Clara, ia melihat Lula mengobrol dengan seorang wanita di sebuah perahu kecil.

Ia kembali menyelam dengan membuat suara menggunakan ekornya secara sengaja, lantas Lula dan wanita itu pun menoleh ke arah sumber suara tersebut. Lula begitu ketakutan kalau ia akan ditangkap basah oleh Poseidon, ia langsung berpamitan pergi pada wanita itu. Baru saja ia menyelam, Clara sudah berada di hadapannya. "Clara? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Lula.

"Bagus, kau melanggar peraturan siren untuk tidak terlihat oleh manusia. Akan ku laporkan pada Poseidon," ucap Clara.

"Aku mohon jangan laporkan aku, Clara." Lula memegang tangan Clara. "Dia ibuku, dia sangat terpukul saat kehilanganku. Bahkan dia hampir kehilangan akal sehatnya, tapi aku tak akan membiarkan hal itu terjadi. Lebih baik aku melanggar peraturan ini daripada membiarkan ibuku gila."

Seketika Clara teringat dengan ibunya, yang ada di pikirannya sekarang adalah ibu. Ia takut kalau ibunya akan gila juga saat kehilangan Clara, ia ingin sekali menemui ibunya, namun ia menyadari kalau ia tak bisa senekad itu. Clara pun mengurungkan niatnya untuk melaporkan Lula pada Poseidon.

Sesampainya di Atlantis ia mengurung diri di kamar, semenjak ia mendengar Lula membicarakan soal ibunya, ia menjadi terus menerus memikirkan Rita, ibunya.

"Apakah aku harus senekad Lula?" tanya Clara pada diri sendiri. Tiba-tiba ia memiliki sebuah ide, kenapa ia tidak meminta saran saja pada Rachel, dia pasti akan membantu.

Kini ia bisa dengan mudah memasuki kondisi super sadar dan bertemu dengan Rachel untuk meminta saran apakah dia harus mencari ibunya atau diam dan menjalani kehidupan barunya menjadi siren?

"Aku bukan ahlinya memberi saran seperti itu, Clara. Tapi, jika kau memaksaku untuk memberi saran, aku sarankan kau untuk mencari ibumu saja. Aku tahu kau sangat merindukannya, dia pasti sedang mencarimu juga. Jangan takut pada siapapun, termasuk Poseidon, karena aku akan selalu ada saat kau membutuhkan bantuanku," tutur Rachel.

"Jujur saja aku sedikit terkejut denganmu, Rachel. Aku kira kau akan memberiku saran agar tetap menjalankan kehidupanku menjadi siren, ternyata kau membiarkanku untuk mencari ibuku," ucap Clara.

"Aku sudah tahu kebaikan ibu padamu, dia sangat menyayangi dan mencintaimu sejak kau masih kecil, aku berada dalam dirimu bukan saat kau menjadi siren saja. Sejak kau masih kecil, aku sudah ada di dalam tubuhmu ini, hanya saja kau jarang sekali marah."

"Jadi, kau akan menguasai diriku saat aku marah?" tanya Clara.

"Ya, tapi aku tak bisa menguasai tubuhmu sepenuhnya kalau kau tidak memberiku izin."

"Baiklah, aku paham. Terima kasih, Rachel. Aku akan pergi sekarang." Rachel menjawabnya dengan anggukan. Clara pun keluar dari kondisi super sadar, namun saat ia membuka mata, terdapat Mira di hadapannya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Mira.

"A-aku hanya mencoba masuk kondisi super sadar, tapi baru kali ini aku gagal dan tidak bisa masuk. Sepertinya aku harus dibantu olehmu atau Master Yu agar aku bisa berhasil."

"Hmm ... kau kesulitan lagi masuk kondisi super sadar rupanya, tapi kau sudah bisa keluar masuk dari Atlantis. Sudahlah, kalau begitu kita ke tempat Master Yu lagi. Kau harus benar-benar menguasai alam bawah sadarmu, aku tidak mau kau sampai di kuasai energi gelap."

"Maaf, Mira. Aku tidak bisa melakukannya sekarang, aku sudah ada janji sama Lula untuk jalan-jalan di luar kota Atlantis, dia janji kalau dia akan membawaku ke tempat yang indah."

Untung saja kali ini Mira memberinya izin untuk pergi. Clara pun pergi menemui Lula, kemudian keluar dari Atlantis. "Apa yang mau kau bicarakan, Clara?" tanya Lula.

"Aku akan pergi menemui ibuku, aku harap ibu masih ada di pantai," jawabnya.

"Kau gila, Clara. Kau tidak bisa senekad itu, di pantai banyak orang yang akan melihatmu nanti. Bahkan Poseidon akan mengetahui posisimu."

"Dia tidak akan mengetahui posisi Clara," ucap seorang siren lelaki dari belakang mereka, tidak lain dan tidak bukan dia adalah Rick. Lantas mereka berdua pun menoleh ke arah Rick.

"Siapa kau?!" tegas Lula.

"Dia temanku," ucap Clara.

"Dialah yang memberi tempat untuk Clarissa tinggal," lanjutnya.

"Baiklah, maafkan aku. Apa yang kau maksud tadi bahwa Poseidon tidak akan mengetahui posisi Clara?"

"Clara memiliki alter ego, dengan kata lain dia tak akan pernah bisa dilacak oleh siapapun," ujar Rick.

"Kenapa bisa begitu? Memangnya siapa kau berlaga sok tahu seperti ini?" tanya Lula dengan sinisnya.

"Aku dulu merupakan pacar Emilia. Saat dia belum menjadi Poseidon, dia sangat ramah dan selalu membantu siapapun. Namun, semenjak dia mengakui dirinya sebagai dewa laut, dia sangat angkuh, dia membenci semua siren yang senang saling tolong menolong. Termasuk aku sendiri yang dia buang dari Atlantis," tutur Rick.

"Selama aku berpacaran dengannya saat dia belum menjadi Poseidon dan menguasai banyak sihir seperti ini, aku selalu melihatnya belajar berbagai ilmu sihir, termasuk melacak semua siren. Dia tidak pernah bisa melacak siren yang memiliki alter ego, karena alter ego siren tersebut akan melindunginya dari apapun, termasuk dilacak oleh siren lain."

***
Sudah menjelang sore hari seperti ini, Sonny tak mendapatkan apapun, bahkan ia tak mendapatkan tanda-tanda anaknya ada di hutan. Ia terjatuh tepat di dekat pohon kerai payung yang besar, badannya kembali menggigil, wajahnya begitu pucat.

"Tina ... maafkan ayah. Ayah tidak bisa menjagamu," lirih Sonny.

Di sisi lain, Rita yang sedang dalam perjalanan untuk menyusul Sonny pun istirahat sejenak dan makan terlebih dahulu untuk mengisi tenaga. Ia sama sekali tak menikmati makanannya itu, baru kali ini ia merasa sangat mengkhawatirkan suaminya itu. Ia takut terjadi apa-apa pada suaminya.

"Mas, aku harap kamu baik-baik aja di sana," gumamnya.

Saat Rita sedang mengisi tenaga, tiba-tiba saja walkie talkie yang ia bawa berbunyi, lantas ia pun mengambilnya dari ransel dan mendengarkan siapa yang berbicara.

"Rita, kamu dimana?" tanya seorang lelaki dengan suara yang bergetar, ia adalah Sonny. Napasnya begitu tak beraturan, ia sangat kedinginan.

"Mas, kamu dimana, Mas? Kenapa suara kamu gemetar gini, Mas?" tanya Rita dengan panik.

"Tenda aku jatuh ke sungai, kemarin malam aku tidur di sebuah batu besar tanpa alas. Nampaknya sekarang aku masuk angin, tubuhku sangat kedinginan."

Rita yang mendengar itu mulai menitikkan air matanya, kini ia tak memedulikan rasa laparnya. Ia memutuskan untuk segera menjemput Sonny. "Ya udah aku akan jemput kamu sekarang ya, Mas. Aku udah setengah perjalanan, sekarang kamu kasih tahu aku dimana posisi kamu?"

"Entahlah, aku tidak tahu posisi aku dimana, yang jelas sekarang aku sedang berteduh di bawah pohon kerai payung." Suaranya semakin bergetar.

"Baik, aku mohon sama kamu tahan sebentar lagi ya, Mas. Aku akan segera ke sana."

To Be Continued

Siren's Curse (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang