Chapt 7: Kisah Emilia-Sang Poseidon ✔

1.3K 209 4
                                    

Terlihat Clara tetap setia menunggu Clarissa di hadapan lubang itu. Ia terus berharap kalau Clarissa baik-baik saja diluar sana dan akan kembali ke Atlantis. Namun, sudah menunggu dari kemarin malam sampai matahari kembali terbit pun tak ada tanda-tanda kemunculan Clarissa.

"Hey, apa yang kau lakukan di sini?" tanya seorang siren wanita yang tak sengaja melintas dan melihat Clara sedang menatap lubang besar itu.

"Untuk apa aku menjawab pertanyaan siren tidak punya hati sepertimu?" balas Clara dengan cueknya.

"Aku hanya bertanya. Kenapa kau menjawabnya seperti itu?"

"Bukan urusanmu."

"Baiklah, nampaknya harus aku yang mengawalinya. Namaku Lula, dan aku adalah siren baik hati yang akan membantumu," ujar Lula, siren cantik dengan kulit hitam manis dan rambut yang ikal.

"Siren baik hati? Apanya yang baik hati? Kau tidak membantu temanku saat dihempaskan oleh Poseidon." Clara melipatkan kedua tangannya.

"Dihempas? Jadi, Poseidon marah pada temanmu itu?" tanya Lula.

Clara menatap Lula. "Kau tak perlu sok polos seperti itu, Lula. Aku tahu kau melihat semuanya."

"Aku memang tidak tahu kejadiannya karena kemarin aku sedang tidak ada di Atlantis seharian, aku mengurus sesuatu diluaran sana."

Ekspresi Clara berubah saat mendengar kalau Lula ternyata bisa keluar dari kota. "Jadi, kau bisa keluar lewat gua ini?"

"Tentu saja, semua siren mampu melakukannya, termasuk aku."

"Kalau begitu, tolong cari temanku diluar sana terus bawa dia kesini."

Lula mengalihkan pandangannya. "Tidak semudah itu, sebelumnya kau terlihat kesal dan tak ingin bicara padaku. Tapi sekarang kau berbicara baik-baik padaku dan meminta bantuanku. Kenapa aku harus membantumu?"

"Maafkan aku, Lula. Aku kira kau sama seperti siren lain, ternyata kau berbeda, kau memang siren baik hati."

Siren cantik dengan tinggi tubuh sama persis dengan Tina itu tersenyum saat dirinya disebut baik hati oleh Clara. Kemudian ia pun memutuskan untuk membantu Clara, yaitu membawa Clarissa kembali ke kota.

"Siapa nama temanu? Dan bagaimana ciri-cirinya?" tanya Lula.

"Namanya Clarissa, dia memiliki ciri-ciri rambut panjang dengan warna hitam dan ekor berwarna warni sangat indah."

"Clarissa? Baik, aku tahu dia. Akan kucari dia dimana, kau tunggu di sini."

"Sebentar, siapa namamu?" tanya Lula sebelum pergi.

"Clara."

"Baiklah, selamat tinggal Clara!!" teriaknya saat berenang melesat memasuki lubang dengan arus keras itu. Clara hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya itu.

***
Malam pun telah tiba, kini Clara terus setia menunggu Lula kembali, ia duduk seorang diri di sebuah batu yang cukup besar di dasar laut itu.

"Hey, sudah malam seperti ini kenapa kau masih di sini? Masuklah ke kerajaan dimana Clarissa biasa beristirahat di sana, jangan diluar seperti ini. Bahaya malam-malam diluar sendirian," ujar Jonas

"Aku masih belum mau istirahat, Jonas. Pergi saja kau dari sini, lihat wajahmu saja aku langsung pengin muntah," balas Clara.

"Terserah. Sekarang jawab pertanyaanku dengan jujur, sedang apa kau di sini sendirian?" tanya Jonas.

"Menunggu temanku," jawabnya singkat.

"Clarissa?"

"Bukan."

"Terus siapa?"

"Kau terlalu banyak bertanya, Jonas! Memangnya kau ini dulunya wartawan, ya?" bentak Clara.

"Ya bukan lah. Aku ini dulu seorang pengusaha yang sukses, jauh dengan wartawan yang kau maksud."

"Kalau kau sukses, kenapa nasibku berakhir menjadi siren seperti ini?" Clara tertawa terbahak-bahak setelah berkata demikian pada Jonas.

Jonas pun menyudahi pembicaraan mereka, ia pergi dari sana terlebih dahulu. Sementara itu, Clara masih menunggu Lula kembali membawa Clarissa.

Setelah lama Clara menunggu Lula, akhirnya Lula pun kembali. Namun, ia kembali dengan tangan kosong, tak membawa Clarissa kembali. Lantas Clara pun langsung menghampirinya dan bertanya mengapa sebenarnya Lula tak membawa Clarissa kembali.

Dengan mata yang sayu Lula menjawab, "maaf, Ra, aku tak bisa bawa Clarissa balik lagi ke sini. Dia sudah di-blacklist di kota ini."

Terkejut bukan main, tidak mungkin Clarissa di blacklist dari Atlantis hanya gara-gara ia telah membela Clara. "Di-blacklist atau tidak, bukankah dia hanya perlu mengikuti arus saja untuk masuk ke sini?" tanya Clara.

"Kau salah, Clara. Siren yang telah di blacklist tak akan pernah bisa masuk ke sini lagi, dia akan berada di laut lepas seorang diri, atau mungkin dia akan menemukan siren lain yang bernasib sama."

"Bernasib sama? Jadi, bukan hanya Clarissa yang terkena blacklist dari Atlantis?"

Lula pun menjelaskan bahwa pada lima tahun sebelumnya, banyak siren yang menentang Poseidon. Siren-siren tersebut saling membantu satu sama lain, Poseidon tak menyukai itu. Poseidon menginginkan kalau siren itu hidup mandiri.

Seluruh siren tercipta dari sebuah kesedihan, termasuk Poseidon. Dulunya ia seorang wanita cantik dengan nama Emilia, ia memiliki pacar bernama Robb. Mereka berdua saling mencintai satu sama lain. Setelah hubungan mereka sudah tiga tahun, mereka memutuskan untuk segera menikah. Namun, tiga hari menjelang pernikahan, pihak ketiga hadir di dalam hubungan mereka. Emilia menangkap basah kalau ternyata Robb sedang berada di kamar hotel bersama seorang wanita yang tak ia kenali, ditambah lagi saat menggrebek Robb, ia melihat kalau Robb sudah tak memakai baju. Hatinya sangat hancur, ia tak menyangka kalau calon suami yang ia idamkan malah 'menggauli' wanita lain.

Kebetulan kejadian tersebut tak jauh dari pantai, Emilia pun pergi ke pantai dengan perasaan sedih. Sesampainya di sana, ia menaiki perahu kecil seorang diri, kemudian menangis sejadi-jadinya. Dalam doanya, ia memohon kepada Tuhan agar dirinya diberi kekuatan dalam cobaan seperti ini. Tiba-tiba saja badai keras menerjang Emilia. Sudah jatuh tertimpa tangga, setelah mengetahui calon suaminya telah berpaling darinya, kini ia kembali ditimpa kesialan yang lebih parah, bahkan nyawa adalah taruhannya.

Dalam tangisnya, ia berusaha bertahan di perahu kecil tersebut dari keganasan gelombang laut saat itu. Ia menganggap kalau Tuhan sudah meninggalkannya, tak ada bantuan sedikitpun dari Tuhan. Malah yang ada ia terus menerus ditimpa oleh kesialan.

"Aku tidak mempercayaimu, Tuhan!!!" teriaknya. Tiba-tiba saja gelombag besar datang menghantam perahu itu dan akhirnya perahu yang ditumpanginya terbalik. Emilia yang tak bisa berenang hanya bisa pasrah, mati sekali pun ia tak peduli, justru itulah yang ia inginkan.

Ia mengira dirinya sudah mati, saat ia membuka matanya, betapa terkejutnya dia. Kalau ternyata kakinya sudah menjadi ekor ikan, ekor yang sangat panjang. Namun, walaupun kakinya berubah menjadi ekor, wajahnya bertambah cantik. Terlebih lagi ia mampu mengendalikan hewan-hewan laut. Hingga beberapa hari kemudian ia mampu mengendalikan cuaca di sekitar laut tempat dimana ia berada. Emilia kini mencoba eksperimen baru, yaitu menjadikan kaum siren lebih banyak lagi, dengan cara memancing para nelayan pria dengan nyanyian indahnya kemudian membawanya ke dasar laut dan mengutuk orang tersebut menjadi siren. Bahkan lebih parah, ia memengaruhi pikiran manusia-manusia yang sedang sedih di pantai untuk segera menceburkan dirinya ke laut, setelah orang tersebut memutuskan untuk bunuh diri, ia akan mengutuknya menjadi seorang siren.

To Be Continued

Siren's Curse (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang