My Husband is Superman (2)

13.8K 167 6
                                    

Sepertinya bayiku protes karena malam ini dia tidur tidak ditemani sang papa. Dia menendangku kuat membuatku meringis ngilu. Aku coba duduk bersandar di kepala ranjang sambil mengusap perutku.

"Sayang, papanya lagi kerja. Kamu tidur dulu ya. Jangan nakal ya sayang. Nanti papa pulang main lagi sama dedek. " ujarku pada bayi dalam kandunganku.

Tiba-tiba aku mendengar suara pintu dibuka. Apa Askara sudah pulang? Tapi kenapa cepat sekali? Biasanya hampir seharian dia baru pulang jika sedang menangani kasus seperti ini.

Dengan tangan kiri menyanggah perutku yang sudah makin berat dan tangan kanan di pinggangku, aku berjalan perlahan untuk melihat apa yang terjadi di luar kamarku.

Lampu ruang tv masih gelap. Mungkin aku salah dengar, tidak ada orang lain di dalam apartemenku. Tiba-tiba ada tangan dengan sebuah saputangan putih membekap mulut dan hidungku. Setelah itu tubuhku lemas dan tak sadarkan diri.

*

Saat aku membuka mata, aku melihat kalau aku disekap di sebuah gedung tua tak terawat. Tanganku diikat ke belakang kursi yang aku duduki, begitu pun dengan kedua kakiku. Mulutku ditutup dengan lakban. Aku tak mengerti kenapa mereka menyekapku.

Ada 3 orang pria  datang menghampiriku. Salah satu dari mereka membawa kamera dan yang lain membuka lakban di mulutku dengan kasar. Seorang lain yang aku duga adalah bos mereka, mendekati aku dan mencengkram rahangku. Dia mengangkat daguku supaya aku memandang wajahnya.

"Bilang ke suamimu untuk melepaskan bos besar kami! " ucapnya sambil mencengkram daguku.

" Aku tidak mau. "

" Kau mau mati ditangan kami? Mau anakmu kami bunuh juga? Hah?! Cepat bilang pada suamimu! " Mereka menyalakan kameranya dan menyorot padaku.

" Askara, jangan turuti apapun yang mereka minta. Kami baik-... " laki-laki itu menamparku keras hingga sudut bibirku berdarah.

" Bodoh! Sudah kubilang, suruh suamimu itu melepaskan bos kami! Kau kira aku tak berani membunuhmu dan bayimu hah?! " Katanya sambil memukul perut besarku dengan keras.

" Aaaah... " bayiku melonjak di dalam perutku.

Laki-laki itu mencekik leherku kemudian mengarahkan kamera ke arah kami.

" Askara, kau lepaskan bos Yogi maka kami akan lepaskan istri dan anakmu. Jika tidak, maka kau akan menerima mayat istrimu beserta bayi dalam kandungannya!"

Dia mematikan kamera itu dan melepaskan cekikannya di leherku.

"Jangan coba-coba kabur, mengerti?! "

" Aaaah... " teriakku kesakitan karena remasan tangan si penculik itu di perutku sebelum mereka pergi meninggalkan aku yang terikat sendirian.

" Huh huh huh.. Eeemmm... "

Aku mencoba mengatur nafas demi meredakan rasa sakit di perutku akibat tamparan dan remasan yang mereka lakukan pada perut besarku. Dalam hati aku berdoa supaya anakku sudah mewarisi kekuatan papanya. Semoga apa yang mereka lakukan tadi tidak menyakiti anakku.

*

Lelah yang mendera tubuhku membuatku sempat tertidur. Aku mendengar suara ribut dibalik pintu ruangan tempat aku disekap. Beberapa saat kemudian pintu itu dibuka paksa dan menampilkan wajah khawatir Askara.

Dia berlari ke arahku. Dia bergegas untuk membuka ikatan di tangan dan kakiku. Kemudian dia menangkup kedua belah pipiku. Matanya menyiratkan kekhawatiran.

"Kamu ga apa-apa kan, sayang? "

Aku mengangguk. Askara langsung memelukku erat. Dia mengecup puncak kepalaku berkali-kali sambil menggumamkan kata maaf. Lalu Askara melepaskan pelukannya dab beralih ke perut besarku. Dia mengelus perut hamilku dan menciumnya juga membisikkan kata maaf untuk anak kami.

Askara&Almira's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang