Our CEO (4)

19.1K 182 17
                                    

Hari sudah menjelang malam. Tapi pembukaan Almira belum juga bertambah. Hanya rasa sakit yang terus menghantam perutnya. Sudah sepuluh jam Almira merasakan kontraksi sejak pagi tadi.

"Ssshh... As... Sakiith...Huuuh... Huuuh..."

"Kamu ga boleh mengejan dulu sayang. Pembukaannya belum lengkap."

"Aku udah ga kuat... Aaaah... Lakukan sesuatu... Aaaah..."

Pria itu segera mengambil telpon genggamnya dan menghubungi seseorang.

"Pembukaan Almira belum bertambah sejak pagi. Dia sudah sangat kesakitan. Apa yang harus dilakukan?" tanya Askara pada orang yang sedang ia hubungi.

Askara dengan serius mendengarkan apa yang dibicarakan oleh orang di seberang telpon. Askara pun mondar-mandir untuk mempersiapkannya beberapa hal.

"Oke. Gue ngerti."

Askara segera melucuti pakaian Almira. Perut Almira yang membuncit menarik perhatian Askara, ia mengelus perut Almira tempat anak mereka berada. Perut besar Almira terasa keras di bawah telapak tangan Askara.

"Askara... Kamu mau apa? Ssshh... Kenapa bajuku dilepas?"

"Aku mau bantu kamu melahirkan bayi kita, sayang..."

Askara melumuri miliknya dengan cairan. Ia pun menelungkup di atas tubuh Almira. Kedua tangannya berada di sisi tubuh Almira supaya tubuhnya tidak menindih Almira dan perut besarnya. Dengan bibirnya, ia mengecup leher, dada dan payudara Almira. Bahkan pria itupun menjilat tubuh Almira dengan sensual.

"Aaaah... Askaraaah... Apaah yang kamu lakukan? Aaaah..." tanya Almira di tengah desah kenikmatan yang bercampur dengan sakit akibat kontraksi.

"Aku harus memasukimu sayang. Obat untuk membuatmu bisa melahirkan harus harus dimasukkan dengan cara ini."

"Tapi perutkuh sakiiith... Aaaah..."

"Tahan sebentar sayang..."

Ternyata obat yang Askara oleskan pada miliknya itu berfungsi untuk membuka jalur lahir Almira. Askara menuntun miliknya yang sudah berdiri tegang ke depan mulut vagina Almira dan mendorongnya masuk.

"Aakkhh... As... Sakiith... "

"Maaf sayang... Ini emang harus dimasukin semuanya. Supaya aku bisa pecahin ketuban kamu. Tahan bentar ya sayang..."

Askara menggenjot Almira dengan kuat. Bahkan wanita itu sampai ikut berguncang karena gerakan Askara. Perut Almira makin sakit, kontraksinya makin intens.

"As... Pelan... Ssshh... Sakiith... "

"Ga bisa sayang... Maaf ya... "

Bayi dalam perutnya bergerak keras akibat kegiatan yang dilakukan kedua orang tuanya itu. Almira mengcengkeram punggung Askara untuk menyalurkan rasa sakit yang ia alami.

Askara terus menggerakkan pinggulnya untuk memompa Almira. Bahkan keduanya pun bisa merasakan bahwa kejantanan Askara menyentuh kepala bayi dalam perut Almira yang sudah turun ke panggul.

"Askaraah..."

"Almira... Bersama sayang..."

Mereka pun mengeluarkan cairan orgasme bersama-sama. Askara menembakkan cairan spermanya di dalam perut Almira. Namun ketuban Almira belum juga pecah.

"Ketuban kamu belum pecah ya?"

"Sepertinya belum..."

"Kita coba sekali lagi ya..."

"Tapi aku udah ga kuat telentang begini... Ssshh... Engap..."

"Oke. Miring ya sayang..."

Tanpa melepaskan penyatuan mereka, keduanya pun berpindah posisi. Almira berbaring ke samping dengan Askara di belakangnya. Askara yang kembali menegang di dalam Almira, langsung kembali menggenjot Almira.

Askara&Almira's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang