Midwife

8.4K 48 2
                                    

Anton dan Retno merupakan pasangan muda yang saling mencintai. Mereka telah memadu kasih sejak di bangku kuliah. Setelah menyelesaikan perkuliahan mereka, Anton dan Retno pun memutuskan untuk mengabdikan diri di sebuah desa kecil bernama Sukasari. Anton yang telah bergelar insiyur pertanian, membantu warga sekitar yang hidupnya bergantung dari hasil bercocok tanam. Sedangkan Retno, mengabdi dari segi kesehatan sebagai seorang bidan.

Pasangan muda itu pun diterima dengan baik di desa Sukasari. Masyarakat desa Sukasari pun merasa begitu terbantu dengan adanya Anton dan Retno di desa mereka. Hal itu membuat Anton dan Retno merasa nyaman membangun keluarga kecil mereka di desa Sukasari. Malam ini seperti biasa, setelah menutup kliniknya, Retno pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam bagi dirinya dan sang suami.

Perut Retno yang makin hari makin membesar, tidak membuatnya menjadi malas-malasan. Wanita itu masih mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan baik. Bahkan di usia kandungannya yang memasukki minggu ke 37  ini, Retno masih membuka praktek di klinik kecilnya yang ada di depan rumah tinggalnya bersama Anton. Ketika tengah asik memasak, tiba-tiba sepasang tangan kekar memeluk perut buncitnya dari belakang.

"Mas Anton? Udah pulang? Kok aku ga denger kamu buka pintu Mas?"

"Kamu dari tadi sibuk mondar-mandir masak. Jadi ga denger aku pulang. "

"Bentar ya... Opor ayamnya bentar lagi mateng. Kamu mandi dulu sana Mas... Abis mandi kita makan malam.."

"Besok ga usah masak lagi ya Dek... Kita makannya beli aja sama Mbak Sari. Dia juga udah mau kok sekalian masakin kita. Mas tuh kasian liat kamu, perutmu udah besar banget masih buka praktek, masih masak, ngurus rumah..."

"Ga apa Mas, itung-itung sekalian biar nanti lahirannya lancar. Emang ibu hamil harus banyak gerak gini. Kalo diem doang malah susah nanti lahirannya."

Retno melepaskan lilitan tangan sang suami yang melingkari perut besarnya itu. Ia kemudian ia membalikkan tubuhnya dan meletakkan kedua tangannya di dada bidang Anton. Tapi dengan sigap, pria itu kembali memeluk pinggang sang istri

"Udah sana, mandi dulu..." ucap Retno sambil sedikit mendorong tubuh suaminya

Dengan sedikit terpaksa, Anton pun melepaskan pelukannya dari pinggang Rento dan menuruti istrinya untuk pergi mandi. Setelah Anton menghilang ke balik pintu kamar mandi, Retno pun kembali melanjutkan kegiatan memasaknya yang sempat tertunda karena kedatangan sang suami.

Tepat ketika Anton keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih sedikit basah, Retno baru saja selesai menata menu makan malam mereka di meja makan kecil mereka. Anton pun berjalan mendekat ke arah meja makan dan duduk di salah satu kursi sambil menggosok-gosok rambutnya yang masih basah. Retno langsung mengambil alih handuk untuk mengeringkan rambut sang suami. Setelah dirasa rambut Anton sudah cukup kering, Retno berlalu ke bagian belakang rumahnya untuk menjemur handuk yang tadi suaminya dipakai.

"Anak Ayah udah lapar belum?" tanya Anton sambil mengelus perut besar Retno begitu sang istri duduk di sampingnya.

"Iya Ayah... Udah laper nie... Makan yuk.."

Anton dan Retno memulai makan malam mereka dengan diselingi dengan obrolan-obrolan ringan. Setelah selesai makan malam, Retno kembali merapikan sisa-sisa makan malam mereka sedangkan Anton kembali ke kamar lebih dulu untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya. Begitu pekerjaannya selesai, Retno menyusul sang suami ke kamar mereka sambil membawa secangkir teh hangat untuk Anton.

"Diminum tehnya Mas." ucap Retno sambil meletakkan cangkir teh itu di meja kecil samping ranjang mereka

"Makasi ya sayang. Kangen..." kata Anton sambil menarik tangan Retno mendekat

Askara&Almira's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang