After Office Hours

9K 29 0
                                    

Suara gemericik air menyapa gendang telinga Bastian saat pria itu baru saja terbangun dari tidurnya. Ia meraba sisi sebelah kanannya yang ternyata sudah tidak berpenghuni. Dari situ ia yakin bahwa suara gemericik air itu berasal dari Sabrina yang tengah mandi.

Bastian langsung bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah pintu kamar mandi yang ada di sudut kamarnya. Ia mulai menggerakkan handle pintu itu dan ternyata tidak dikunci. Ia membuka pintu itu dan mendapati seorang wanita dengan perut membuncit besar tengah berada di bawah guyuran shower.

Dengan segera Bastian melucuti semua celana pendek yang masih menempel di badannya dan berjalan ke arah shower. Ia melangkah mendekat dan memeluk wanita itu dari belakang. Ia melingkarkan tangannya ke bagian bawah perut besar itu dan mengangkatnya lembut.

"Bas... Aaaah..." desah kelegaan terdengar dari mulut wanita hamil itu

"Apa nyaman?"

"Ya. Anakmu makin hari makin berat..." ucapan wanita itu sambil bersandar di dada Bastian

Sabrina, istri Bastian, tengah mengandung buah cinta pertama mereka. Usia kandungannya sudah mendekat waktu persalinan. Perut Sabrina yang membuncit tidak sedikit pun melunturkan kecantikannya. Malah membuat Bastian makin bergairah pada istrinya itu.

Seperti sekarang, hanya dengan memeluk tubuh polos Sabrina seperti ini, kejantanan Bastian telah menegang. Benda tumpul itu telah menelan bagian belakang tubuh Sabrina.

"Bas..."

"Dia bangun lagi nie... Sekali lagi ya sayang..."

"Semalem kan udah sayang..."

"Mau lagi... Bentar lagi aku bakal puasa lama lho setelah kamu lahiran... Boleh ya sayang..."

"Kamu ih..."

Tidak ada tanda penolakan dari Sabrina yang Bastian anggap itu sebagai persetujuan. Bastian melepaskan pelukan di perut sang istri. Wanita itupun mulai menunggingkan tubuhnya. Kedua tangannya menekan tembok di hadapannya supaya saat suaminya nanti bergerak perutnya tidak menghantam tembok.

Bastian meremas kedua gundukan yang menggantung di dada Sabrina. Gundukan yang membesar berisi cairan nutrisi untuk jabang bayi dalam kandungan wanita itu pun memuntahkan isinya saat Bastian meremasnya. Cairan putih itu membasahi tangan Bastian.

"Uugghh... Bas..."

Sambil terus menggesekkan benda tumpul kebanggan Bastian yang mengeras ke bokong Sabrina, tangan pria itu turun mengelus perut besar sang istri. Makin turun hingga membelai putik paling sensitive di tubuh Sabrina.

"Aaaah..."

"Aku masuk ya..."

Sebelah tangan Bastian memegangi pinggul Sabrina, sedangkan tangannya yang lain mengarahkan kejantanannya masuk ke dalam Sabrina.

"Aaakkhh..."

"Kamu sempit..."

Bastian mengusap-usap perut besar sang istri sebelum ia mulai bergerak. Seolah-olah tengah meminta ijin pada sang bayi untuk mengganggu ketenangannya dalam perut ibunya.

Desahan Sabrina mengalun bagai melody yang meningkatkan gairah Bastian. Pria itu bergerak makin lama makin cepat. Dia menarik dan mendorong masuk miliknya lebih dalam.

"Oooh..."

Tubuh wanita itu ikut terdorong bersamaan dengan gerakan Bastian. Namun tangan Sabrina berusaha sekuat tenaga menahan supaya perut besarnya tidak menghantam tembok.

"Bastiaannhh..."

Seruan Sabrina yang memanggil namanya, membuat pria itu makin bersemangat menambah tempo permainannya.

"Eemmhh..."

"Sabrina..."

Hasrat Bastian telah terkumpul di ujung laras panjangnya. Bersiap untuk segera ditembakkan.

"Aaaah..."

Keduanya mendapatkan puncak kenikmatannya bersamaan. Pelepasan yang dirasakan Sabrina menimbulkan rasa lega luar biasa, namun menyisakan rasa lemas di tubuhnya. Dengan sigap Bastian menopang tubuh sang istri yang bersandar padanya.

"Kita berendam ya..."

Bastia mengangkat tubuh Sabrina dalam gendongannya. Ia membawa tubuh sang istri ke dalam bath up. Keduanya berendam dalam air hangat yang mengisi bath up itu.

Punggung polos Sabrina menempel di dada bidang Bastian. Kulit mereka saling bertemu. Kedua tangan pria itu melingkari tubuh istrinya. Ia mengusap-usap bagian depan tubuh wanita itu. Setiap gundukan di tubuh istrinya itu membuatnya gemas. Kedua belah buah dadanya serta perut buncitnya merupakan favorite Bastian.

"Bas.. Aaaah... Stoopphh... Akuh harus ke kantor... Eemmhh..."

"Apa? Ke kantor?!"

"Iyaah... Ada klien penting yang harus aku temui..."

"Sab, due date kamu minggu ini. Kamu masih mau ke kantor?!"

"Klien ini susah banget ditemuin sayang... Dia cuma bisa ditemuin hari ini..."

"Tapi kamu sebentar lagi akan melahirkan. Gimana kalo tiba-tiba kamu kontraksi di kantor?"

"Aku cuma sebentar kok sayang... Janji aku ga akan lama. Abis meeting aku langsung pulang."

"Terserah kamu!"

Bastian keluar dari bath up begitu saja. Pria itu marah dengan keputusan Sabrina untuk tetap bekerja saat kandungan sudah sangat besar dan turun. Bahkan perkiraan dokter, wanita itu akan melahirkan dalam minggu ini.

*

Hai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai...
Seperti biasa lanjutkan ceritanya bisa temen-temen baca di karya karsa ya...
See you there
Happy reading
Happy weekend

Askara&Almira's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang