VOTE DULU YA.
Follow juga akun wattpad aku bagi yang belum
Selamat membaca:)Semua rasa yang pernah ada di antara kita itu tidak pernah hilang. Dia hanya dikubur paksa lalu kembali timbul karena tidak tahan untuk hilang terlalu lama.
-posesif Gildan40. Masih Sama
Hari sudah berlalu cukup lama. Satu minggu sudah aku lewati, namun rasa itu masih sama. Aku bingung bagaimana harus mengakhirinya, bagaimana harus melupakannya, atau bagaimana cara agar dia tidak berkeliling memutari otakku lagi. Aku capek, capek di landa oleh rindu yang yang tumbuh membesar namun aku tidak bisa apa-apa.
Aku mendribbling bola basket terus menerus. Melampiaskan rasa kesalku, entah kenapa aku jadi kesal.
Ini pertama kali aku datang kesini lagi. Sudah lama sekali aku tidak datang untuk latihan basket. Aku pikir aku sudah kelas 12, jadi tidak apa-apa jika tidak terlalu aktif di club basket. Karena sekolahku pernah memberi edaran kalau kelas 12 tidak perlu terlalu fokus ke hal-hal lain selain pelajaran.
“Akhirnya lo dateng juga,” ujar seseorang dari arah belakang.
Aku menoleh. Ternyata kak Raja. Sudah lama tidak bertemu. Jujur, ekpresinya kali ini tambah ngeselin dari sebelumnya.
“Udah lama lo nggak ke lapangan. Oh, denger-denger lo lagi patah hati, ya? Makanya lo ke sini. Mau ngelampiasin emosi, bener?” ujar kak Raja lagi.
Aku melempar keras bola basket di tanganku. Sehingga bola itu memantul cukup tinggi dan menimbulkan suara yang cukup keras juga.
Aku tidak menjawab ucapan kak Raja. Aku memilih untuk pergi dari lapangan ini, namun kak Raja kembali bersuara.
“Nggak mau jawab omongan gue?” katanya.
Aku berhenti melangkah. Aku menoleh dan menatapnya datar. Moodku benar-benar sedang rendah serendah rendahnya, sehingga aku jadi malas untuk menanggapi siapapun yang bicara padaku termasuk kak Raja.
“Apa kabar? Udah lama nggak ketemu,” kak Raja menyalami tanganku. Cowok itu mengambil tanganku sendiri. Memaksa agar kita berjabat tangan.
Tiba-tiba Gildan merangkul pundakku. Aku kaget bukan main. Cowok itu datang dari arah belakangku juga. Itu membuat detak jantungku mulai berdetak lebih cepat dari biasanya.
“Mau apa lo nanya-nanya kabar dia?” ujar Gildan datar.
Kak Raja tawa renyah sambil mengamati tangan Gildan yang merangkul bahuku.
“Masih lo ikut campur urusan dia? Lo pacar bukan temen bukan, tapi so-soan ikut campur,” ujar kak Raja.
Aku langsung melepaskan rangkulan Gildan. Membuat ekspresi terkejut di wajah Gildan keluar. “Kalo mau ribut, ribut aja. Aku males denger orang adu bacot. Kalo mau gelud aja sekalian di depan lapangan, biar semua orang tau kalo kalian jagoan,” pesanku lalu pergi.
Aku sudah tidak tahan dengan kedua orang itu. Apalagi dengan Gildan yang tiba-tiba datang dan sok ngelindungin, padahal dia bukan siapa-siapa aku lagi.
Kelas adalah satu-satunya tempat pelarianku dari kedua orang itu. Aku duduk di kursiku dan menidurkan kepalaku di meja.
“Disa, you fine?” tanya Bulan ngelongok wajahku yang membelakanginya.
“Fine,” jawabku.
Bulan menyuruhku menghadapnya, akupun nurut.
“Kamu fine atau enggak?” tanya Bulan sambil mengangguk dan menggeleng.

KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Gildan
Teen Fiction"Ucapan cinta aja nggak cukup, Dis. Tindakan di butuhkan untuk membuktikan bahwa aku benar-benar mencintaimu" Gildan Ragasa namanya. Cowok dengan wajah datarnya itu jatuh cinta dengan cewek super aktif dan cerewet seperti Disa Arine. Disa arine. Ce...