32. Ancaman

2.9K 153 6
                                    

Vote komen dan follow:)Maaciw untuk yg masih setia baca cerita ini:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote komen dan follow:)
Maaciw untuk yg masih setia baca cerita ini:)

Marah hanya membawa seseorang pada jurang penyesalan.
-PosesifGildan

32. Ancaman

Hari ini aku sangat ceria dan lebih bersemangat. Aku juga sudah bangun pagi, bahkan ayam aja kalah pagi. Sengaja bangun pagi-pagi buta. Mau masakin makanan untuk Gildan.

Setelah kejadian kemarin aku menjadi sadar. Kalau aku juga harus peduli dan perhatian ke Gildan. Bukan maunya dipeduliin dan diperhatianin aja.

Ternyata, cowok juga butuh yang nama perhatian dan bukti rasa sayang ceweknya ke cowok. Maklum, sih, jika aku kemarin terlalu fokus ke segala perhatian yang Gildan kasih. Lagian Gildan perhatiannya kebangetan. Sampai aku lupa buat perhatian balik ke dia.

"Selamat pagi Gildan!" Sapaku saat motor Gildan sudah berhenti didepan rumah. 

Cowok dengan seragam yang dibaluti almet merah itu menaikan kaca helmnya. Lalu senyum manis melengkung dibalik helmnya itu. Aku jadi terpesona.

"Liat aku bawa apa!" Aku menunjukan kotak makan berisi makanan yang sudah ku siapkan untuknya.

"Ini buat kamu loh. Aku buatin spesial banget! Pasti kamu suka!" Aku mulai pede tingkat provinsi. Padahal belum tentu masakan yang ku buat itu layak dimakan atau enggak sama sekali.

"Makasih. Kalo gitu naik dulu. Nanti telat gak bisa makan masakan lo," kata Gildan ada benarnya.

Segera aku naik ke atas motor. Perlahan tapi pasti, motornya melaju menelusuri jalan raya. Hingga akhirnya sampai didepan gerbang besar sekolah yang bertulisan Sma Angkasa.

"Cie cie yang udah dua-duan lagi!" goda Reza. Cowok berjaket levis itu dibonceng dengan Atlas. Reza kan memang gitu, gak modal. Maunya nebeng mulu.

"Cie Disa udah gak teriak-teriak kaya orgil baru lagi."

Si Atlas rupanya masih membahas hal kemarin. Dasar cowok cemen! Beraninya bongkar kartu As.

"Cie Reza sama Atlas kemarin nyolong pulpen anak kelas Ipa," sahutku gak mau kalah. Sedikit meluapkan dendam aja, karena kemarin dapat laporan kalau kelasku banyak yang kehilangan pulpen. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Reza dan Atlas si maling pulpen!

"Dih. Gue mah gak nyolong. Tapi nemu."

"Kita mah nemu ya Tlas?" tambahnya, mengajak Atlas ikutan ngebela.

"Yoi bro! Ngapain nyolong? Dosa," jawab Atlas. "Maap maap aja nih, dosa si Reza udah penuh sampai malaikat bingung mau nyatet dimana lagi."

Reza langsung menabok bahu Atlas. "Eh sue! Ngapa lo jadi menghina gue?"

"Kenyataan anjrit. Napa lo sewot?" tanya Atlas melotot. "Mau lo pulang jalan?"

Reza menciut mendengar kalimat ancaman Atlas. "Dosa gue cukup gue ama Tuhan aja yang tau. Gitu maksud gue Tlas. Elah baper amat si ganteng."

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang