2. Kejujuran

15.2K 491 7
                                    

Publish pertama 7 oktober 2020
-Revisi tanda baca dan sedikit ubat kata kata aja kok. Alur gak ada yang berubah-

Kamu tau apa yang paling aku suka di dunia ini? Jikaku jawab jujur maka jawabannya adalah perkumpulan cowok ganteng alias cogan. Jika kamu minta jawaban terbaik maka jawabanya adalah aku sangat mencintai bumi dan keindahannya.

Hari ini Sma Angkasa sedang bersiap untuk melaksanakan upacara rutin setiap hari senin. Udara yang cukup mendukung karna tidak terlalu panas ditambah sedikit tambahan angin sepoy sepoy. Bukan upacaranya yang aku tunggu, tapi para perkumpulan cowok ganteng atau adik kelas ganteng dengan wajah imutnya.

Entahlah, yang muda lebih menggoda.

Angin sepoy-sepoy membuat rambut seorang cowok ganteng, baik hati, dan ramah itu bergerak mengikuti tiupan angin. Ya! Reza Pradipa! Cowok humoris dengan senyum digiginya itu melambaikan tangan ke arahku.

"Oi Disa! Sokin sini," ajaknya mengode agar aku gabung dengannya.

Aku yang melihat ada Gildan sedang berdiri disamping Reza dengan tangan menarik ujung kaus Reza pun langsung menggeleng.

"Gak deh, Za, males ada temen kamu. Jelek," tolakku sambil melirik Gildan.

Cowok itu malah menatapku datar. Marah kah?

"Jelek-jelek gini, 'kan juga pacar lu, Dis," ujar Reza lagi.

"Stoberi mangga apel. Sori gak lepel!" sahutku tega.

"Buset. Berani banget cewek lo, Dan," Reza nyenggol Gildan. "Untung Gildan sayang, coba kalo kaga, abis lo di gebukin," Reza berteriak padaku lagi.

"Kalo Disa yang ngomong mah bukan digebukin tapi dielusin," goda Atlas.

"Cayang gemes banget sihh. Peyuk dong," Reza meledek geli. Membuatnya langsung mendapat geplakan dari Gildan.

"Jiji sat."

Reza ketawa ngakak. "Resep bego ngeledekin lo berdua."

"Disa lo baris dimana? Sini aja Dis biar bos gue tenang hidupnya," ujar Atlas menepuk pundak Gildan.

"Gak. Aku gak mau baris sama dia," tolakku mentah mentah.

"Yah abangnya kecewa," Atlas mengelus pundak Gildan.

"Kasian gue sama Gildan. Udah ganteng macam sekuteng belum mateng aja masih ditolak," Reza meratapi dirinya.

"Iya apalagi elo yang macam kentang gini ya, Za. Gak kebayang berapa cewek yang bakal nolak lo," Atlas malah semakin menistakan Reza.

"Anjim. Gak gitu juga, ya, Tlas. Kentang-kentang gini juga kalo gue tebar pesona ditiktok laku gue. Banyak yang komen, bang ganteng banget si, bang mau wa nya dong, bang udah punya pacar blom bang. Gitu," adu Reza merasa bangga.

"Gak ngerti lagi gue sama cewek yang demenin lo ditiktok. Cakep kaga burik iya."

"Pesona gue, 'an cetar membahana," jawab Reza sambil membenarkan rambutnya. Sok ganteng banget tuh bocah. Bener kata Atlas.

"Aku kebarisan dulu ya," pamitku melewati Gildan yang sejak tadi hanya menjadi penyimak.

"Tiati neng Disa. Buaya berkeliaran di sini," pesan Reza.

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang