43. Jawaban dan Aksinya

4.3K 179 36
                                    


HEI! JANGAN LUPA VOTE YA!
LOVE YOU ALL

"Disa sudah menjadi yang terbaik untuk saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Disa sudah menjadi yang terbaik untuk saya. Maka saya juga ingin menjadi yang terbaik untuk Disa" -Gildan Ragasa

43. Jawaban dan Aksinya

"DEMI ALEK GUE NGGAK LAGI MIMPI, 'KAN?" Fahri melotot.

Bukan cuma Fahri, tapi aku, Jo, Bulan, Bintang. Ya, kami semua melotot kaget karena malihat dua cogan berwajah datar berboncengan motor. Gildan dan bang Dandi berangkat bareng. Suatu kejadian langka. Harus di catat dalam buku sejarah.

"Masuk masuk langsung bikin satu sekolah heboh anying!" kata Jo geleng-geleng heran.

Bagaimana dia tidak menggeleng? Orang kedatangan mereka membuat hampir seluruh murid Sma Angkasa menontoninya. Bahkan banyak yang menjerit heboh.

"IH KALO GUE GAK DAPET GILDAN DAPET BANG DANDI JUGA BOLEH DEH!"

"SUMPAH MEREKA BIKIN GUE MELUPAKAN SEMUA OPPA OPPA GANTENG DI KOREA KARENA KEGANTENGAN MEREKA YANG SUPER DUPER GANTENG."

"NAH GITU, 'KAN ENAK. PARA SUAMI GUE AKUR."

"PAS MASIH MUSUHAN AJA GUE UDAH TEPESONA APA LAGI KALIAN AKUR. TAMBAH TERPESONA AKU BANG!"

Aku memutar bola mata malas dengernya. Sumpah lebay banget. Belom pernah aku selepet tuh mulut?

Ya, memang. Ini adalah hari pertama mereka kembali kesekolah setelah meliburkan diri selama dua hari kemarin. Kedua cowok itu pasti butuh waktu untuk menenangkan hati dan pikiran, makanya mereka meliburkan diri.

Tapi aku ikut senang karena mereka sudah berdamai. Jadi tidak akan ada lagi yang mamanya sesi bogem membogem.

"Bangga banget gue ngeliatnya," ujar Fahri masih menikmati momen itu.

"Ngapain bangga njir?" sahut Jo heran.

"Ya banggalah. Kapan lagi dua manusia berwajah datar akur."

Senyumku melengkung melihat Gildan dan bang Dandi yang sedang jalan berdua sambil berbincang. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi kayanya mereka sangat menikmati hal itu.

"Masih nggak nyangka kalau mereka saudara kandung," celetuk Bulan samanya denganku. Bahkan sampai sekarang pun aku masih nggak nyangka. Dua orang yang selalu mengibarkan bendera permusuhan ternyata saling memiliki hubungan darah. Baiknya lagi, sekarang mereka sudah akur, sangat membuatku makin nggak nyangka.

"Hai Disa," sapa bang Dandi berhenti, cowok itu senyum manis.

"Mau musuhan lagi lo sama gue?" tegur Gildan serem, membuat bang Dandi ketawa.

"Duluan, ya, Dis. Majikan gue udah mau ngamuk," ujar bang Dandi berpamitan.

Aku dan teman-teman mengangguk saja. Masih melongo menatap kepergian keduanya. Kami cengo berjamaah.

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang