38. Tanpa kamu, menyakitkan

3.4K 141 29
                                    

VOTE DAN FOLLOW BAGI YANG BELOM

“Bimbang, aku di hadapkan oleh dua pilihan. Aku harus memilih antara melupakan atau bertahan namun menyakitkan”
-DisaArine

38. Tanpa kamu, menyakitkan

Hari ini adalah hari pertama aku resmi menjadi seorang jomblo lagi. Ini sangat mengenaskan. Tidak ada lagi pesan i love you dan tidak ada lagi berangkat bareng dengan nya. Ah, aku sudah terbiasa dengan Gildan sampai aku merasa kehilangan yang begitu terasa. Bahkan menyebut namanya saja sudah mulai terasa asing. Aku rindu padanya, tapi bukan berarti aku sudah tidak benci padanya lagi. Masih, dan sangat. Apalagi dia berangkat bareng Zoya.

Aku tidak mengerti apa maksudnya, yang jelas aku tahu. Zoya hanyalah seorang pelampiasan Gildan. Ya, aku percaya itu. Tapi setelah itu aku kembali cemberut, bagai mana kalau mereka memang sedang dekat? Apalagi Zoya bilang sebentar lagi mereka akan tinggal serumah. Aku berusaha untuk tidak mempercayai itu, karena ini bukan cerita tentang perjodohan atau nikah muda. Sangat aneh jika tiba-tiba mereka menikah, tapi bagai mana jika mereka benar-benar akan melakukan itu seperti di novel-novel? Lalu aku disini berperan sebagai apa sebenarnya? Seorang figuran,’kah?

Aku menatap keduanya lekat. Mereka baru saja datang, berdua, di motor yang sama. Memang sih Zoya tidak memeluk pinggang Gildan. Tapi dengan mereka berboncengan saja itu sudah membuat hatiku terasa sesak.

Bang Rigel menarik rambutku sengaja. Membuat aku tersadar dari lamunan.

“Masih pagi. Hukumnya haram kalau terlalu banyak liatin mantan!”

Aku memutar bola mata malas. Ternyata bang Rigel memergokiku.

“Ternyata bener, ya, Bang?” ujarku menggantung, membuat bang Rigel bingung.

“Bener apa?” tanyanya penasaran.

“Bener, kalau udah jadi mantan pasti makin cakep.”

“WOI KUTU KUPRET! Sadar lo, dia udah mutusin lo. Harusnya lo enek liat mukanya sekarang,” tegur bang Rigel kesal sendiri.

“Lupa Bang, yaudah kalo gitu aku masuk dulu,” pamitku langsung bergegas masuk kedalam area sekolah. Sebelum di dahului oleh Gildan dan Zoya.

Aku berjalan dengan santai. Suasana sekolah yang masih lumayan sepi, mungkin karena ini masih terlalu pagi. Sebenarnya aku sengaja datang lebih pagi, tadinya mau datang sebelum pintu gerbang di buka. Tapi bang Rigel nolak, katanya mau nonton tv dulu.

Biasanya aku berjalan dengan Gildan. Lalu aku akan berbicara banyak tentang hal apa saja yang aku lakukan dihari sebelumnya, atau menceritakan tentang mimpi apa aku semalam. Dan dia akan tertawa saat aku menceritakan hal yang menurutnya lucu. Tapi khusus hari ini dan seterusnya, semua itu tidak ada lagi. Aku harus belajar melupakannya mulai sekarang. Masalahnya hanya aku mau atau tidak, kalau aku mau sudah pasti aku bisa melupakan cowok itu.
Tapi kalau aku tidak mau, sekeras apapun aku berusaha untuk melupakannya, dia tetap tidak akan bisa aku lupakan.

Aku sudah berada di depan kelas. Pemandangan pertama yang aku lihat adalah Bulan dan Bintang yang sedang duduk berdua di kursi panjang depan kelas. Apakah mereka sengaja melakukan itu di depanku yang baru saja putus cinta? Atau memang aku yang sesial itu?

“Oi Disa!!”

Bulan menyapaku. Aku refleks senyum kaku, lalu ikut duduk di tengah-tengah antara Bulan dan Bintang. Sengaja biar mereka tidak berpacaran saat ada aku.

“Aku denger-denger kamu resmi putus sama Gildan?” tanya Bulan to the point.

Aku ngangguk jujur. Toh semua orang sudah tahu. Soalnya ada yang nulis artikel tentang kandasnya hubungan aku dan Gildan di instagram lambe Sma Angkasa. Orang memang suka gitu, menjadikan perderitaan orang lain sebagai konten. Sangat tega dan tidak punya hati.

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang