26. Dalam Ruang Yang Sama

3.3K 212 15
                                    

VOTE DAN FOLLOW DULU BAGI YANG BELOM FOLLOW

"Tadi itu pertama kali setelah sekian lama gue gak duduk bareng Dandi"
-Gildan Ragasa

26. Dalam Ruang Yang Sama

Seperti yang dibilang Bang Dandi kemarin. Hari ini, tepatnya setelah pulang sekolah aku akan belajar bareng Bang Dandi. Cowok itu akan menjadi tutor sebayaku seperti yang diperintahkan Pak Agung.

Bel sudah berbunyi, aku dan Bulan pun sudah keluar kelas. Namun, langkah kami dihentikan saat Gildan datang sambil melempar kunci motornya. Untung aku segera menangkapnya dengan cepat.

"Gue tunggu diparkiran. Jangan sampai lo pulang bareng Dandi," ujarnya lalu meninggalkan aku yang melongo karnanya.

"Bukannya hari ini kamu mau belajar bareng Dandi?" tanya Bulan.

Aku mengangguk. "Harusnya, sih, gitu. Tapi kunci motor pacarku udah ada ditangan ku.  Gimana dong?" Aku masih mangap. Mungkin sedikit lagi bakal keluar air liur dari mulutku.

"Yaudah, Gildan ikut belajar aja. Biar gak takut ceweknya ditikung Dandi," saran Bulan semakin membuat aku diam kaku.

(Gildan dan Bang Dandi disatukan dalam ruangan yang sama? Apa yang akan terjadi?)

Aku langsung menggeleng menepis segala pikiran buruk itu. Lagian, mana mau Gildan disatuin dalam ruangan yang sama bareng Bang Dandi.

"Aku keparkiran duluan ya! Pasti Gildan udah nunggu! Bye Bulan!" pamitku langsung ngacir meninggal Bulan yang cuma bisa ngeliat aku pergi menjauh.

Saat aku sudah sampai diparkiran, mataku sudah bisa melihat Gildan yang sedang bersandar dimotor ninjanya. Yang lebih menyeramkan lagi, tepat disamping motor Gildan ada motor Bang Dandi beserta orangnya yang juga sedang bersandar dimotor.

Mereka benar-benar mirip. Entah itu dari ekspresi yang sama-sama datar, motor yang sama hanya dibedakan oleh warna, perawakan yang sama-sama tinggi. Bahkan bola mata dua cowok itu sama-sama menatapku tajam.

Seketika langkahku menjadi memelan. Keduanya menatapku dengan tatapan seakan mereka mau memakanku hidup-hidup.

"ASIK DITUNGUIN DUA COGAN!" seru Jo yang sedang mengeluarkan motornya bersama Fahri.

"GAS DUA-DUANYA AJE, DIS!" goda Fahri kurang ajar. Dia kira aku cabe-cabean apa!

Aku bingung mau mendekat ke siapa. Harusnya sih ke Bang Dandi. Soalnya aku harus belajar bareng dia siang ini. Tapi mata Gildan sangat menyeramkan saat menatapku sekarang.

Tanpa aba-aba Gildan mendekat dan mengambil kunci motornya dari tanganku.

"Pulang bareng gue. Gak ada tutor-tutoran hari ini, besok, atau kapanpun itu. Apalagi tutornya cowok brengsek kaya dia," kata Gildan langsung menarikku dan menyuruhku naik ke atas motornya.

Tiba-tiba Bang Dandi melemparkan segumpal kertas yang sudah dililit karet ke arahku. Aku langsung menangkapnya tepat sasaran. Dan membuka kertasnya karna penasaran. Gildan pun ikut menyaksikan.

Aku langsung bete, malu, kesal, dan marah. Semua campur aduk saat melihat kertas yang sengaja dilempar Bang Dandi. Cowok itu memberiku lembar ulangan MTK ku yang nilainya mendapat 20,35,40 bahkan ada yang dapat 0. Sungguh memalukan.

(Kenapa aku harus terlahir sebagai anak yang buta angka Bunda? Kenapa?)

"Yakin masih mau kabur setelah ngeliat nilai lo yang jelek gitu? Bahkan ada nilai telur mata sapi alias nol," tegur Bang Dandi, membuat aku tidak punya pilihan lain.

Aku langsung menghampiri Bang Dandi dan memutuskan untuk menjadikan dia sebagai tutor sebayaku. Setelah melihat nilaiku yang super duper mengenaskan itu aku langsung gak peduli apa-apa lagi. Yang penting nilaiku akan membaik jika ditutorin sama Bang Dandi. Lagi pula kan dia memang pinter, jadi sudah bisa dipastikan nilaiku akan membaik jika ditutorin sama dia.

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang