21. Rahasia Gildan & Awal

4.1K 189 5
                                    


Vote dulu yuk!
Follow akun wattpad aku juga!

Selamat membaca!


"Ini adalah awal. Awal dari cerita kami. Tidak ada cerita tanpa suatu konflik yang menegangkan" -Disa Arine

21. Rahasia Gildan & Awal

"DENGAN KEKUATAN SUPER! NYALA LAH KAU MOTOR!" aku menunjuk motor Gildan yang mogok di jalan. Seolah aku adalah sang penyihir yang bisa menghidupkan motor hanya dengan ucapan dan tunjukan jari.

"kok gak nyalah sih?! Mungkin kurang doa kali ya," ujarku heran. Kemudian aku menarik napas ku panjang dan menghembuskannya kasar.

"BISMILAH YA ALLAH HIDUPKAN LAH MOTOR GILDAN RAGASA YANG JELEK SUKA MATI-MATI DI TENGAH JALAN!" sekali lagi aku berulah. Gildan sudah menatapku datar, itu membuatku nyengir malu.

"malu ya, Dan? Maaf deh. Sumpah Besok-besok gak gitu lagi! Abis motornya mogok gak tau tempat," ujarku meringis ngeri karena tatapan datar dari Gildan. Motor Gildan memang mogok di pertengahan jalan. Bahkan ini masih lumayan jauh dari sekolah.

Gildan mengabaikanku. Dia malah menuntun motornya kembali membuat aku mengikutinya dari samping.

"cewek kaya lo pasti gak pernah ngerasain naik motor terus mogok di tengah jalan kan," kata Gildan dengan tatapan yang lurus ke depan.

"eh kata siapa?" sanggahku cepat, "aku kalau naik motor sama Jo suka mogok di tengah jalan kok! Selalu mogok malah. Entah aku yang sial atau emang motor dia yang butut," jawabku setengah curhat. Kalau aku nebeng bareng Jo dan menggunakan motor meticnya itu. Pasti aku di ajak mogok sama Jo. Udah gitu aku ikutan dorong dan ikutan bayar bengkelnya. Udah jatoh ketiban tangga namanya.

"suka bareng sama Jo?" tanya Gildan.

Aku mengangguk, "iya suka dulu. Kalau bang Rigel nggak bisa jemput pasti nebeng sama dia, sebelum ada kamu juga aku suka nebengnya sama dia."

Gildan mengangguk lalu meminggirkan motornya ke tepi jalan dan memarkirkan motornya. Kemudian cowok itu berdiri di pinggiran jembatan yang pemandangannya langsung mengarah ke jalanan-jalanan besar.

"ngapain? Bosen hidup?" tanyaku menyusulnya.

Gildan ketawa mendengarnya, "gimana gue bisa bosen hidup kalau yang jadi teman hidup gue lo?" kata Gildan sukses membuat aku senyum malu-malu.

"labay!" cetusku menanggapinya.

"hidup gue itu terlalu rumit kalau gak ada lo, Sa," ujar Gildan.

"emangnya aku kenapa?"

"kamu itu sumber kebahagiaan aku," jawab Gildan. Kali ini aku tidak bisa menahan rona merah di pipiku. Kedua pipi ini sudah terasa panas.

"lo gapapa telat ke sekolah?" tanya Gildan melirik ku.

Aku mengangguk menjawabnya, "gapapa. Tadi udah chat Bulan. Izin datang terlambat."

"kamu gapapa telat?" tanyaku balik.

"orang kaya gue masih di tanya hal kaya gitu? Udah jelas lah jawabannya," jawab Gildan ada benarnya. Orang seperti Gildan tidak akan ada masalah kalau terlambat datang sekolah. Malah terlambat sudah jadi rutinitasnya.

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang