15. Hanya permainan?

5.3K 213 9
                                    

SEBELUM BACA VOTE DULU GENGS!
FOLLOW JUGA AKUN WATTPAD NYA!
KOMEN VOTE DAN FOLLOW.

MAACIW

"emangnya cowok selalu kaya gitu ya, Dan? Cuma penasaran terus kalo ceweknya udah baper udah nyaman terus langsung di tinggal. Kamu juga gitu ya Gildan?"
-Disa Arine

15. Hanya permainan?

Hari ini aku tidak latihan basket. Karena Kak Raja masih sekarat alias masih tepar akibat kejadian kemarin. Lagi pula aku sudah tidak punya muka untuk bertemu dengannya. Jadi bagus kalau Kak Raja nggak datang.

Hari ini Sma Angkasa sedang ada acara belajar di luar. Bukan belajar juga, sih, tapi literasi. Katanya membaca itu penting. Membaca adalah jendela dunia. Yes, aku setuju. Tapi orang malas kaya aku mana pernah baca buku. Mentok-mentok cuma buku novel fiksi remaja yang tokohnya ganteng.

"JALAN-JALAN KE SURABAYA
JANGAN LUPA MEMBELI BARANG
EH NENG DISA
MAU NGGAK DI LAMAR SAMA ABANG!" Reza tiba-tiba datang membawa pantun.

Aku langsung menatapnya geli.

"kamu pantun apa ngeden? Nggak jelas amat," cetusku tega.

Atlas langsung menertawakan temannya itu, "sad banget gue jadi lo, Za. Udah setengah mati mikir pantun. Eh malah di bilang ngeden!" ujar Atlas ketawa.

"yaelah lo, Dis. Tega bener lo ama gue," komen Reza sedih.

"tapi lo mau nggak di lamar sama gue?" tanya Reza ngaur.

"berani lo nyet?" tanya Atlas nggak yakin.

"lo kira gue takut? Ya iya!"

Aku memutar bola mata malas. Nggak ada Gildan, tapi masih ada dua anak buahnya. Nggak ada yang waras pula. Capek deh!

"eh. Lo baca apaan, Dis?" tanya Atlas mengamati buku yang aku bawa.

"novel fiksi remaja,"

"lo apaan, Lan?" tanya Atlas pada Bulan.

"sama kaya Disa. Novel juga," jawab Bulan sambil memperlihatkan buku novelnya.

"lo mah pada nggak asik bukunya. Lo liat nih gue baca apaan," ujar Reza menunjukan buku yang ia bawa.

Reza memperlihatkan bukunya dengan semangat. Judulnya "seribu cara menaklukkan hati cewek". Buaya tingkat tinggi banget nih si Reza. Apa-apaan dia baca buku kaya gitu? Mau jadi buaya darat yang profesional?

"apaan? Baca kok buku kaya gitu. Nggak jeles! Nggak mendidik!" kesalku.

"seribu cara menaklukkan hati cewek. Kamu mah tanpa liat buku itu juga udah jago, Za. Kamu udah pro dalam masalah rayu merayu," kata Bulan entah dia mendukung Reza atau gimana.

"wo ya jelas! Sekali lirik langsung dapet," sahut Reza bangga.

"iya tapi liat-liat dulu lah. Masa ngelirik mantan gue. Nggak asik amat," celetuk Atlas sepertinya sedang menyindir. Duh. Aku nggak ikutan deh!

"ya maap, bro. Cuma anter pulang aja," sahut Reza.

"emangnya kamu mau gebet siapa lagi?" tanyaku ke Reza.

"ada lah. masih seangkatan sih sama kita,"

"adik kelas mau di kemanain? Terus kakak alumni juga mau di kemanain? Terus temen kelasan aku juga? Kamu itu terlalu banyak cewek, Za,"

"lah justru itu. Makin banyak cewek makin banyak gue tau sifat-sifat cewek. Biar nggak kaget kalo punya istri nanti,"

"tua pikiran lo bego. Masih piyek udah mikir istri! Emak lo noh lagi meriang kerokin!" sambar Atlas menyemprot Reza.

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang