18. SMA ANGKASA vs SMA RASPATI

3.7K 180 18
                                    

Follow dulu ya!
VOTE DONG. GUMUS DEH JADINYA KALO GA VOTE :*

Typoku suka meresahkan. Maaf yes!


Kekalahan terbodoh adalah kalah sama ego sendiri
-PosesifGildan

18. SMA ANGKASA vs SMA RASPATI

Aku menikmati dinginya masker yang membaluti wajahku. Masker dengan varian bengkuang itu baru saja di keluarkan dari kulkas. Mumpung besok sudah tanding basket. Jadilah hari ini aku maskeran supaya muka cantik ku ini tidak kusam dan tetap cerah sepanjang hari. Kalau bisa sampai besok.

"DISA GITAR GUE LO KEMANAIN KAMBING?" Bang Rigel mengetuk pintu kamarku sambil bersuara toa.

"nggak tau. Gitar-gitar abang, kenapa nanyainnya ke aku," sahutku sambil merem merasakan sejuknya maskeran di atas kasur yang empuk.

"kemarin lo yang mainin, Dis. Ngaku nggak lo?"

"bukan aku. Bunda kali," sanggahku malah menuduh Bunda. Padahal memang ada di kamarku. Sengaja aku umpetin, soalnya senar gitarnya putus. Kalau bang Rigel tau bisa di amuk aku.

"GUE ITUNG SATU SAMPAI TIGA KALAU NGGAK NGAKU GUE DOBROK PINTU KAMAR LO" ancam bang Rigel. Aku langsung bangun dari posisi tidur. Nggak maulah pintu kamarku yang estetik ini di dobrak.

"PLISS JANGAN! IYA AKU BAWAIN GITAR KESAYANGAN MU ITU!" teriakku terpaksa harus memberikan gitarnya yang sebagian tanpa senar.

Aku membuka pintu dengan takut. Dan memberikan gitarnya lalu segela menutup pintu, namun sayang sebelum aku menutupnya bang Rigel sudah lebih dulu menahannya. Mata bang Rigel menatap ku tajam.

"sumpah aku nggak berniat mutusin! Itu udah takdir, bang!" sergahku cepat.

Bang Rigel menggeleng nggak percaya. Lalu dia menatapku semakin tajam.

"GANTIIN SENAR GITAR GUE! BELIIN CEPET!" suruh Bang Rigel.

Aku melotot lebar. Nggak maulah di suruh-suruh. Apalagi tentang senar-senaran. Mana paham aku soal begituan.

Aku menggeleng kuat, "ogah!" tolakku cepat, "mana ngerti, Bang, aku soal gituan?" lanjutku kesal.

"terus gue peduli? Nggak ya. Sana buruan! GP TRIPLE L! GAK PAKE LEMOT LAMA LELET,"

Aku berdecak kesal. Nyusahin banget punya Abang tengil selengean kaya gini. Nggak ngertiin adiknya banget. Kadang aku nggak ngerti sama orang yang mau punya Abang. Aku yang punya aja males. Mau ku buang rasanya. Tolong yang mau Abang nggak ada akhlak bilang aku. Ntr aku jual di shoppe! Gratis ongkir! Mumpung lagi shoppe 12.12

"beli aja sendiri! Wlee!" aku langsung kabur menghindari bang Rigel. Masa bodo dia terus meneriakiku. Aku sama sekali tidak memperdulikannya.

Matahari yang cukup panas membuat aku yang sedang melarikan diri malah mampir ke kedai eskrim deket rumah. Udah lama juga nggak makan eskrim. Sekarang waktu yang tepat untuk menghilangkan setres dengan cara makan eskrim rasa coklat. Katanya eskrim coklat bisa mengurangi rasa setres. Cocok banget buat aku yang lagi setres karena memiliki abang seperti bang Rigel, dan setres karena di tinggalin Gildan.

Bahkan apa status hubunganku dan Gildan saja aku sudah tidak tahu lagi. Sebenarnya aku dan dia itu hubungannya apa. Temen? Pacar? Mantan? Aku sendiri tidak mengerti. Memikirkan itu membuat kepalaku semakin pusing.

Di tengah-tengah aku menikmati eskrim coklat tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kedai eskrim yang sedang aku kunjungi. Orang itu Dandi. Cowok yang terlihat maco dan cool itu ternyata juga suka makan eskrim.

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang