PENUTUP

3.7K 196 13
                                    

Gue Gildan Ragasa. Masih memegang tanggung jawab besar untuk menulis bab ini. Bab terakhir yang akan memberikan banyak kesan kebahagiaan.

Pertama kali gue melihat Disa. Gue langsung merasa ditarik oleh manik matanya yang menyorot dengan tatapan mematikan milik Disa. Merasa soalah waktu berhenti saat itu juga. Saat itu gue sadar. Bahwa bidadari memang ada didunia ini. Dan bidadari itu adalah milik gue saat ini, besok, lusa, dan seterusnya. Semoga, doakan saja agar kami terus berjuang dan maju bersama.

"Gildan, kalau kamu bosen bilang ya. Nanti aku udahan nontonnya deh," pesan Disa. Cewek itu kini sedang menatap layar laptop. Menonton drama korea yang dia bilang seru banget.

Gue nggak tahu seberapa seru drama korea yang dia suka. Sampai dia mengabaikan gue selama hampir 1 jam.

"Nggak, Sa. Kamu nonton aja. Gapapa kok."

Mengeluarkan kata gapapa adalah jalan terakhir buat gue. Berharap dia akan peka dan berhenti menonton. Karena biasanya, saat seseorang berkata "gapapa" itu artinya dia sedang tidak apa apa. Namun Disa sangat tidak peka. Cewek itu malah mengangguk sambil menaikan ibu jarinya seakan berkata SIP.

"Ganteng banget, sih. Gemes banget sumpah!" teriak Disa.

Gue yang tadinya sudah merem menjadi fresh lagi. Akhirnya dia menyadari kegantengan gue.

"Song Joongki ganteng banget!"

What?

Gue terdiam. Ternyata hanya salah paham. Bukan gue yang ganteng, tapi si duda keren yang Disa bilang dia adalah cowok yang paling dia sayang dikorea.

Akhirnya gue merasa diabaikan. Dan memutuskan tidur dari pada harus berdiam diri seperti batu.

Belum lama gue terlelap dalam tidur. Cewek itu sudah membangunkan gue. Anehnya gue nggak kesel sama sekali. Justru sebaliknya. Gue seneng saat gue terbangun dari tidur, dan orang yang gue lihat saat membuka mata adalah Disa yang sedang tersenyum lebar ciri khasnya.

"Gildan bangun! Katanya mau double date sama bang Dandi!" katanya langsung nagih janji.

Tadi sebelum pergi kerumah Disa, gue bilang kalau gue mau ajak dia double date bareng bang Dandi dan pacarnya. Niatnya saat sampai dirumah Disa gue mau langsung ajak dia pergi. Tapi ternyata cewek itu malah memilih nonton terlebih dahulu. Dan baru menangihnya setelah dia menyelesaikan tontonannya.

"Gildan ayo!"

"Udah kelar nontonnya?" tanya gue mastiin.

"Udah kok! Seru banget!"

"Endingnya gimana?"

"Ya gitu. Pokonya happy ending," jawabnya nyengir.

Gue seneng, seneng banget. Karena sebenarnya gue tahu Disa tidak menonton dramanya sampai habis. Karena saat gue memejamkan mata, gue masih bisa mendengar saat Disa mengatakan-

"Gildan tidur? Pasti bete ya? Kasian banget Gildan. Oke Disa, jangan egois! Gildan kesini mau ketemu kamu, kamu jangan ngedrakor dulu!"

Itu yang bisa gue dengar. Dan kalimat yang paling membuat gue bersyukur sudah memilikinya adalah.

"Maaf ya Gildan. Kamu pasti kesel ya? Lain kali aku ngga akan kaya gini lagi deh. Aku mau berusaha untuk menjadi pacar yang baik, peka, dan nggak egois," begitu kata Disa. "Bunda, Disa tuh kenapa beruntung banget sih? Emangnya Disa udah jadi orang baik ya? Sampai sampai Allah kirimin orang baik, perhatian, penyayang, dan  ganteng banget kaya gini. Gildan tambah gemes kalo lagi tidur gini."

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang