11. Berseminya cinta

5.3K 229 7
                                    

Halo semua!
Jangan skip VOTE KOMEN DAN FOLLOW!

Pulish awal: 26 November 2020
Revisi: 23 Januari 2022

-Revisi tanda baca dan beberapa kata yang kurang tepat-

"Mencoba untuk mengenal dan memahami Gildan adalah tugas baruku."
-Disa Arine

11. Berseminya cinta

Aku pernah menyukai seseorang. Tapi aku tidak pernah menyukai orang sampai selebay ini. Membayangkan setiap kejadian yang terjadi bersamanya. Tersenyum sendiri seperti orang yang tidak waras. Mungkin benar, bahwa cinta bisa membuat orang menjadi tidak waras.

Saat Gildan mengantarkanku pulang kemarin, dia bilang kalau aku adalah perempuan pertama yang dia sukai. Katanya aku akan menjadi yang pertama dan terakhir. Dan tidak ada yang bisa menghempasku dari hatinya. Sebenarnya itu tidak bisa dipercaya, tapi karena aku sedang dimabuk cinta maka aku mempercayainya.

"Oi Disa!" Nunung memanggil.

"Kenapa, Nung?" sahutku.

Nunung baru saja balik dari kantin. Aku tahu karena dua tangannya memegang jajanan kantin.

"Di cariin Kak Raja tuh! Di suruh nemuin dia di lapangan, sekarang katanya," ujar Nunung memberi tahu.

"Ngapain?" tanyaku. Penasaran sekaligus bingung karena aku tidak memiliki urusa dengannya.

"Gak tau. Coba aja samperin. Buruan, nanti keburu masuk," ujar Nunung lagi. Kemudian langsung pergi begitu saja.

Aku nurut apa kata Nunung. Kini aku sudah berada di lapangan, melambaikan tangan saat melihat Kak Raja yang  sedang duduk di tribun paling ujung.

Aku menghampirinya.

"Hai Kak!" sapaku ramah.

"Kak Raja cari aku?" tanyaku langsung.

Kak Raja yang tampak jutek itu menyodorkan laporan absen latihan basket. "Kemana aja gak pernah latihan?"

Aku nyengir kikuk. Kemarin aku bolos latihan demi jalan-jalan bareng teman-teman. Tidak salah kan? Aku juga butuh holiday!

"Maaf Kak, aku kemarin itu.. Hmm," aku berpikir keras. Namun otakku tidak mau bekerja.

"Itu apa? Jalan-jalan bareng pacar?" ujar Kak Raja. Aku rasa dia lagi nyindir.

"Kalo kamunya kaya gini gimana tim basket Angkasa bisa menang?" Kak Raja menatapku serius.

Aku panik. Kak Raja terlihat sangat serius dan tidak tanda tanda kalau dia sedang bercanda atau ngeprank.

"Maaf Kak. Aku janji tim basket kita bakal menang!" aku bertekat serius.

"Kita gak butuh janji. Kita butuhnya bukti. Kalo kamu bolos dan males latihan gimana mau menang?" Kak Raja semakin menyerangku.

Entah kenapa kayanya Kak Raja berlebihan banget. Padahal aku cuma bolos satu kali, dan itu pun sudah izin sama si Nunung yang statusnya sebagai kapten.

"Maaf Kak. Aku gak akan bolos lagi kedepannya," ujarku sambil nunduk. Rasanya sudah tidak ada keberanian untuk menatap wajahnya.

"Dimaafin. Lain kali jangan bolos lagi. Kasihan temen kamu latihannya gak lengkap," sahut Kak Raja.

Aku lega. Setidaknya sudah dimaafkan. 

"Makasih Kak. Kalau gitu aku balik ke kelas dulu," aku mengangkat wajah, pamit pada kak Raja.

"Disa," panggil Kak Raja.

Aku menoleh lagi. "Kenapa Kak?" tanyaku.

Kak Raja diam beberapa detik, sampai akhirnya dia bersuara.  "Lo pacaran sama Gildan?"

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang