34. AMARAH DAN KEPINGAN PUZZLE

3.6K 188 29
                                    

⚠part ini mengandung kata-kata kasar. Kalo gak suka sensor sendiri aja⚠

Part ini lumayan panjang. Dan khusus part ini, di ambil dari sudut pandang author ya. Maaciw.

Jangan lupa vote!

Terkadang, tanpa kamu sadari. Sebenarnya kamu sendirilah orang yang sudah membuat hidupmu menjadi rumit.
-PosesifGildan

34. AMARAH DAN KEPINGAN PUZZLE

AUTHOT FOV

"DANDI BANGSAT!"

Umpat Gildan saat membaca ribuan pesan yang dikirim Disa. Cewek itu mengira Gildan dalam bahaya karena Dandi. Padahal, Gildan sama sekali tidak dalam bahaya.

Justru cowok itu sedang berada dirumah sakit. Seseorang telah menyabotase alat oksigenasi Mamanya. Sehingga pemenuhan oksigen dalam tubuh Mamah Gildan tidak stabil. Itu membuat kondisinya semakin parah. Nyaris mati. Karena itulah Gildan tidak masuk sekolah, bahkan tidak sempat mengabari siapapun. Karena fokusnya tertuju pada Mamanya.

Reza dan Atlas yang melihat Gildan marah pun penasaran. Kedua cowok itu memang baru saja mendapat kabar soal Mamah Gildan. Makanya mereka berkunjung untuk memastikan keadaan Gildan dan juga Mamanya. Keduanya tau, Gildan sangat tidak bisa melihat Mamanya sekarat.

"Lo kenapa njir?" tanya Reza.

Gildan tidak menjawab. Cowok dengan wajah yang sudah memerah karena emosi itu bangkit dari duduknya. Mengambil jaket kulitnya dan memakainya dengan kasar.

"Lo mau kemana woi?" kali ini Atlas yang bertanya. Kedua teman Gildan kebingungan. Karena Gildan terlihat sangat marah.

Gildan juga mengabaikan pertanyaan Atlas. Tangannya membuka kenop pintu kamar rumah sakit dengan kasar. Rahangnya mengeras, pikirannya tertuju pada gadis yang menjadi dunianya sejak beberapa bulan lalu. Tidak, tidak ada satupun orang yang boleh menyentuh nya. Seujung kukupun. Atau orang itu akan habis ditangan Gildan.

"Lo mau kemana Gildan?" Reza manahan. Mencekal tangan Gildan. Cowok itu tidak bisa membiarkan Gildan pergi dengan emosi yang menggebu.

"DISA DI CULIK DANDI BANGSAT! Lepas Za. Lo gak tau apa-apa!" Sentak Gildan. Lalu cowok itu pergi dengan langkah kaki yang sangat cepat. Tanganya mengepal kuat. Seolah tidak sabar untuk menumpahkan darah seseorang.

Reza dan Atlas menyusul Gildan. Mereka tau, Gildan tidak boleh pergi sendirian. Apalagi dengan kondisi yang sedang kalap. Bisa habis semua orang ditangan Gildan.

"Tenang dulu, Dan! Jangan kaya gini lo nya." Reza menahan Gildan lagi.

"GIMANA GUE BISA TENANG NJING?! DISA DI CULIK DANDI! GIMANA GUE BISA TENANG GOBLOK?!" Gildan mencengkeram kerah seragam Reza. Cowok yang masih mengenakan seragam sekolah itu wajahnya mulai memerah, hampir kehabisan nafas karena cengkraman Gildan yang terlalu kuat. Gildan tidak sadar, cowok itu terlalu terbawa emosi. Sampai tidak bisa menahan emosinya untuk tidak melampiaskan marahnya pada Reza.

Atlas menarik Gildan kuat. Menjauhkan cowok itu dari Reza. "Lo bego, ya, Dan? Anak orang hampir mati gara-gara lo bego! Emosi boleh, asal jangan kelewatan," tegas Atlas mengingatkan.

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang