44. Posesif Gildan (Kisah Untuknya)

9.2K 228 28
                                    


Helo!
Vote dulu yuk sebelum baca!

Happy reading

"Jika dihalaman pertama kamu membaca tentang awalan cerita. Maka dihalaman terakhir kamu akan membaca kalimat penutup. Singkatnya, cerita itu telah selesai."
-PosesifGildan

44. Posesif Gildan (Kisah Untuknya)

Tahu sebahagia apa aku saat ini? Sangat. Bahkan tidak bisa di deskripsikan oleh kalimat apapun. 

Mendapatkan kembali orang yang aku suka adalah hal paling menyenangkan dalam urusan percintaan.

Aku masih tidak percaya kalau dihari ini, menit ini, dan detik ini aku akan merasa sebahagia ini.

Dulu aku memiliki cita-cita ingin menjadi pacar dari cowok ganteng, lemah lembut, dan pengertian. Aku kira cita-cita tertinggiku itu hanyalah sebuah cita-cita yang akan menjadi angan-angan saja. Hari di mana Gildan datang sambil mengklaimku sebagai pacarnya adalah hari di mana aku mengira kalau cita-cita yang aku harap akan menjadi kenyataan sudah hancur lebur karenanya.

Gildan yang dulu dimataku adalah cowok kasar, tidak jelas, nyebelin, pemaksa, dan selalu berbuat semaunya. Gildan sangat jauh dari apa yang aku harapkan. Tapi ternyata aku salah. Hari itu justu adalah hari di mana harapanku menjadi kenyataan. Hanya saja aku yang terlambat menyadari. Bahwa Gildan Ragasa lebih dari kata "terbaik"

Sempurna, itulah kata yang tepat untuknya. Gildan adalah pelengkap, tanpanya aku hanyalah cewek bodoh yang selalu berkhayal tentang betapa menyenangkannya memiliki seorang pacar yang sempurna.

Aku baru saja sampai  di depan pintu gerbang sekolah. Berangkat bareng bang Rigel membuat moodku jadi rusak kerena cowok itu terus nyerocos nggak ada habisnya.

"Inget, lo, pulang jangan terlalu sore. Gue tau, ya, lo udah balikan sama si Gildan. Jadi pasti lo nggak langsung pulang," ujar kak Rigel wanti wanti.

Aku mengangguk lemah, "iya abangku yang ganteng mirip lutung!"

Bang Rigel berdengus. "Lo tuh kaya lutung. Udah sana masuk, gue langsung ngampus nih," pamitnya, ku balas dengan anggukan.

"Yaudah sana, hati-hati."

"Hampir lupa," bang Rigel menoleh lagi. "Bunda titip salam buat Gildan," ujar bang Rigel. Mampu membuat ekspresiku berubah, saking kagetnya.

"What? Nggak salah denger nih?" Aku melogo tidak percaya. Pasalnya bunda tidak suka Gildan. Latas ada apa dengannya hari ini? Kenapa tiba-tiba titip salam?

"Iya budek. Bunda lo kepicut oleh kegantengan pacar lo," balas bang Rigel dengan wajah bete. Biasanya kalau wajahnya bete gitu tandanya dia iri, "semalaman ngestalkin instagram cowok lo mulu. Heran gue, umur udah tua kelakuan masih kaya abg," tambah bang Rigel geleng-geleng kepala.

Aku tidak kalah habis pikirnya dengan bang Rigel. Kalau soal cowok ganteng, udah pasti bunda maju paling depan. Yang katanya dulu tidak suka Gildan, pas tahu Gildan ganteng langsung diidola-idolain. Ternyata benar, goodlooking selalu di depan.

"Disa gue berangkat! Jangan pulang kesorean lo!" bang Rigel sudah menancap gas.

Setelah kepergian bang Rigel. Mataku mendapatkan Gildan yang baru saja datang. Cowok itu hari ini berangkat sendiri. Aku melaimbaikan tangan ke arahnya.

Gildan memasuki area parkir Sma Angkasa. Dengan helm full face berwarna merah, jaket kulit hitam yang melekat pada tubuh cowok itu, dan motor ninja berwarna hitam. Benar-benar menambahkan kesan coolboy campur badboy blastesan goodboy. Ah, pokoknya cocok di semua vibes.

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang