29. Nilai Tertinggi

2.7K 140 14
                                    

Sebelum nya VOTE DAN FOLLOW DULU BEB.

29. Nilai Tertinggi

Disa Arine
Matematika: 95

Aku melongo melihat nilai yang terpampang nyata di mading. Sekarang aku benar-benar tidak menyangka kalau aku bisa mendapat nilai matematika setinggi itu.  Dan ini pertama kalinya namaku ada diurutan pertama dalam pelajaran matematika.

Hari senin kemarin memang sudah diadakan tryout pertama. Dan memang aku mengerjakan dengan sangat teliti. Mungkin ini hadiah untuk semua kerja keras selama beberapa minggu belajar.

"Cie dapet nilai tertinggi. Nggak sia-sia tuh belajarnya," goda Bulan. "Selamat ya. Pertahankan, Dis," ujar Bulan lagi.

Bahkan aku membalap nilai Bulan. Biasanya aku dan Bulan nilainya atas bawah. Sekarang tidak. Aku berada dipaling atas dan Bulan ada dipertengahan.

"Aku gak nyanka Lan. Otak ku kok bisa ya?" Aku masih cengo. Benar-benar diluar ekspetasi.

"Berguru sama jin ape lo?" seseorang menyambar kurang ajar.

Jo, Fahri, dan Bintang menghampiri kami. Jo yang tadi berceletuk pun melihat nilai ku dan menegaskannya lebih dalam. Cowok itu seperti tidak percaya kalau aku mampu mendapatkan nilai sebagus itu.

"Curiga gue sama lo Dis," ujar Jo.

"Kok bisa otak lo berjalan dengan lancar sampe bisa dapet nilai sebagus ini?"

Aku mengubah ekspresi menjadi sepede mungkin. Dan bertingkah seolah semua itu mudah bagi seorang Disa. "Kan aku pinter dari sananya."

"Pret! Perkalian aja nggak bisa sok bilang pinter," sahut Fahri.

"Jangankan perkalian, Ri. Tambah-tambahan aja kaga bisa!" semprot Bintang makin tega.

Bukannya ucapin selamat kek gitu. Lah ini malah ngecengin. Dasar temen.

"Udah lah gak usah pada iri. Makanya belajar biar gak iri kalo aku dapet nilai bagus," cetusku lalu melangkah pergi

"MAU KEMANA LO KUPRET?" tanya Fahri.

"KETEMU PACARLAH," jawabku sama teriaknya.

Lalu aku langsung pergi ke kelas Ips. Mencari Gildan untuk menyampaikan kabar bahagia ini. Aku yakin dia pasti senang. Gak mungkin dia gak seneng pas tau pacar tercantik dan tercintanya dapat nilai tertinggi dan terbagus.

Kebetulan Gildan sedang duduk didepan kelasnya. Ada kedua temannya juga. Seperti biasa Reza dan Atlas sedang asik melontarkan lelucon. Sedangkan Gildan hanya menyimak saja ditengah-tengah antara Reza dan Atlas.

"Ehh ada neng Disa  cuantik. Mau apa nih masih pagi udah ngapel ke sini? Kiww," goda Reza, cowok itu langsung ditatap Gildan serem.

"Maksudnya paling cantik dimata Gildan. Dimata gue mah biasa aja. Yoi gak Tlas?" ralat Reza yang takut dengan tatapan Gildan.

Atlas mengangguk kuat.

"Bener banget Za. Karena neng Disa hanya untuk abang Gildan ragasa. Anjay mabar," kata Atlas.

Aku terkekeh. "Bisa aja kutil badak. Dah sana pergi. Aku mau ngomong sama Gildan," ujarku mengusirnya.

Keduanya tersentak kaget.

"Buset. Lo ngusir kita?" tanya Reza tidak terima.

Aku ngangguk yakin. "Iyalah. Udah sana minggat, aku mau ngomong empat mata sama Gildan," Aku mengulangi sekali lagi.

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang