3. Dia berbahaya?

11.3K 408 14
                                    

VOTE DULU YA HYUNG
FOLLOW AKUN WATTPAD AKU

SELAMAT MEMBACA!

****

-Revisi tanda baca-

Hari selasa yang cerah. Khusus untuk hari ini, selasa adalah hari yang sangatku tunggu-tunggu. Karena hari ini aku bebas dari si oon Gildan! Akhirnya aku merdeka!

"Oi. Cengar-cengir mulu. Lagi bahagia, nih, kayanya," Datang datang Bulang langsung negur.

Aku tersenyum lebar.

"Bahagia banget Lan! Banget malah," sahutku semangat empat lima.

"Kenapa tuh? Menang lotre? Atau menang give away?" Bulan tertawa.

"Bukan itu. Ini lebih membahagiakan dari menang give away Lan! Aku bebas dari Gildan! Akhirnya aku bebas dari dia Lan!" jawabku heboh, saking senangnya bebas dari Gildan.

Bulan mengerutkan keningnya bingung. "Bebas gimana?" tanya Bulan.

"Ya dia gak akan ganggu aku lagi. Gak akan ngikutin aku lagi dan gak akan bilang aku pacar dia lagi," jelasku seneng.

"Haha. Mimpi, Dis? Orang dia didepan kelas tuh. Nunggu kamu katanya," ujar Bulan, sontak membuat aku kaget setengah mati.

Mataku langsung menyorot depan pintu kelas,  sayangnya Bulan benar. Si oon Gildan sudah berdiri di depan kelas dengan tangan yang dimasukan ke dalam saku celana abu abunya. Cowok itu berdiri dengan tampang datarnya.

"Kemarin, 'kan udah aku-"

"Udah sana samperin. Kasian udah nunggu lama," potong Bulan, dengan tega Bulan mendorongku agar keluar menemui Gildan.

Mau tidak mau aku menghampiri Gildan.

Aku menatapnya jutek.

Gildan juga menatapku datar.

"Apa?" tanyaku galak.

"Lain kali jangan berangkat duluan. Kan udah punya pacar," ujar Gildan dingin.

"Kamu jemput aku?" tanyaku mastiin.

Tapi sepertinya memang iya.

"Hm."

Nah kan bener.

"Kok jemput?" Aku heran. Padahal aku tidak menyuruhnya.

"Memang gak boleh?"

"Kan kemarin aku bilang aku gak suka kamu. Kamu juga udah ngerti, 'kan? Bukannya kemarin kamu marah? Sampai sampai pulang gak pamitan," Aku bingung sendiri. Pasalnya kemarin Gildan seperti orang yang sedang patah hati. Aku kira dia udah ngerti sama apa yang aku bilang kemarin. Makannya dia marah.

Tapi, kenapa hari ini dia masih di sini? Menemuin aku. Bahkan pagi tadi dia menjemputku. Gildan waras kah?

"Terus kenapa kalo lo gak suka? Gue tetep suka," jawabnya santai.

(Hah? Jadi dia biasa aja? Kemarin aku udah serius banget loh! Dan dia malah gak patah hati sama sekali? Gila sih."

"Loh, kamu gak marah?" Aku melongo.

Ini sih lama lama aku ikutan gila.

"Gak."

"Terus kemarin kenapa tiba tiba pulang?"

"Lupa matiin kompor."

"Kampret!"

Aku mengusap wajah, tidak habis pikir. Aku pikir Gildan marah dan kemungkinan besar tidak akan datang lagi padaku. Ternyata aku salah. Gildan hanya lupa mematikan kompor.

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang