28. Peraturan Dibuat Untuk Dilanggar

3K 154 9
                                    


VOTE DULU BEP.

Tidak ada orang yang tidak marah jika peraturan yang dia buat dilanggar oleh orang yang sudah menyepakati aturannya.
-PosesifGildan.

28. Peraturan Dibuat Untuk Dilanggar

Suasana kantin sangat ramai. Jo serta Fahri sedang fokus ke layar hapenya. Keduanya sejak tadi sibuk bermain game online. Mumpung si Fahri lagi megang hape katanya. Biasanya kan hape Fahri di sita mulu sama Ayahnya.

"HAPE TEROSSS," sindirku merasa dikacangi. Jelas aku merasa terkacangi, Fahri dan Jo sibuk bermain hape sedangkan Bulan dan Bintang sibuk berpacaran. Dan aku? Aku seperti orang cengo yang gak ada kerjaan.

"YANG SATU HAPE TROSSS, YANG SATUNYA PACARAN TEROSS."

Bulan dan Bintang yang merasa tersindir pun menoleh, kemudian kembali pacaran lagi. "Astagfirullah miskahh! Kenapa pada tega banget sih miskah!" Aku mulai prustasi, karena tidak ada yang peduli.

"ADUH, KUPRET BACOT BINGIT. Gak liat gue lagi fokus-fokus trulala apa?" kesal Jo, merasa terganggu.

"Eh anying! Lo fokus nyerang aja bege! Lo hiraukan aja si kupret, bagen dia ngebacot kaya apa juga," ujar Fahri pada Jo. "Dia aja ninggalin kita-kita mulu tuh dari kemarin," tambahnya menyindir.

Memang,  beberapa hari kebelakangan ini aku jarang bergabung dengan mereka. Paling cuma datang sebentar jika berkumpul, hanya menampakan muka, basa-basi lalu pergi. Pergi untuk belajar bareng Bang Dandi. Itu alasanya aku jarang kumpul bareng. Kadang pas ada waktu dijam istirahat, Gildan mengajakku untuk makan bersamanya.

"Giliran seneng ke pacar giliran susah ke temen. Emang gitu ciri-ciri temen gak ada akhlaknya," cetus Jo. Cowok itu menaikan sebelah kakinya dibangku. Berasa duduk diwarteg.

"Dih gak gitu Jo Ahmad yang guangteng. Aku itu lagi berjuang buat dapetin nilai yang sempurna! Bukan pacaran sama Gildan," sanggahku gak terima dituduh yang enggak-enggak.

"Enggak. Lo kemarin gue liat masi disekolah beduaan ama pacar lo. Lo pikir gue gak tau?" kata Fahri. Pasti cowok itu melihat aku dan Gildan dikantin kemarin siang. Tapi kan itu memang belajar, bukan berbucin ria.

"Lagian lo mah kaga usah belajar, Dis. Otak lo kan udah ditakdirkan bego. Mau belajar kaya apa juga kaga bakalan pinter!" ujar Jo kurang ajar.

"Otak siput dia mah. LE-MOT." Bintang menyambar dengan tega. Mengundang tawa dari yang lain.

"Bukan otak siput lagi, tapi otak UDANG!" tawa Jo makin jadi.

"ASTAGFIRULLAH miskahh! Kalian ini berdosa banget," ujar Bulan. Seengganya dia masih peduli dengan ku. "Tapi gak papa. Lanjutkan. Saya suka!"

Njir.

Aku kira dia beda dari yang lain. Ternyata sama aja. Minim akhlak.

"Temen-temen ku yang baik hati. Aku itu lagi berjuang biar pinter. Harusnya kalian dukung lah. Masa malah gituin aku. Parah amat," Aku ngambek. Merasa tidak dianggap temen.

Si Fahri menaruh hapenya dimeja. Lalu cowok itu melirikku sambil menaikan kedua alisnya. "Minta hotspot dulu, baru gue dukung. Cuma liat Wa aja kok! Suer!" Fahri mendadak sok baik. Padahal tadi ikutan mojokin.

"5 menit buka Wa. Setelah itu buka youtube, lalu update aplikasi di playstor, kemudian buka ig, lalu membuka tiktok, setelahnya membuka ome tv-"

"Gak gitu cara bongkar kartu nyet!" Damprat Fahri menoyor kepala Jo tega.

"Lah kan emang gitu? Katanya doang buka Wa, faktanya buka seluruh aplikasi yang ada dihape kamu miskah." Jo terkekeh, merasa puas membongkar kartu si Fahri. Yang kalau minta hotspot gak kira-kira. 5 menit udah bisa menghabiskan 1GB.

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang