27. Peraturan Baru

3.4K 160 13
                                    


Vote dan FOLLOW bagi yang belum

Sedikit info, cover cerita Posesif Gildan aku ganti. Soalnya aku ambil gambar dari pinterest waktu itu, dan aku takut yang punya gambar gak kasih izin dan tersinggung karena karyanya diambil tanpa izin. Makanya aku buat cover sendiri. Gak bagus sih tapi seengganya gak ambil art orang lain.

Semoga aja bang Bright Vachirawit gak marah ye fotonya ku pakai buat cover wattpad. Gak dikomersilkan juga kok.
****

"Ucapan cinta aja nggak cukup, Dis. Tindakan dibutuhkan untuk membuktikan bahwa aku benar-benar mencintaimu"
-Gildan Ragasa

27. Peraturan Baru

Suasana belakang sekolah kali ini sangat sepi. Bukan kali ini, sih. Tapi setiap hari emang sangat sepi karena sudah tidak digunakan lagi. Hanya saja anak-anak gabut atau anak nakal yang mau merokok akan datang kesini dan merokok ngumpet-ngumpet. Seperti Gildan dulu. Saat aku melihat dia untuk yang pertama kalinya.

"Kalo diinget-inget lucu banget, ya, Dan! Dulu aku mergokin kamu sama temen-temen kamu pas ngerokok. Bukan kalian yang panik eh malah aku yang panik dan langsung kabur," ceritaku pada Gildan. Mengingat betapa bodohnya aku dulu.

(Sampai sekarang pun masih bodoh sih!)

"Ngomong-ngomong soal rokok. Kamu masih ngerokok sampai sekarang?" tanyaku penasaran.

"Kadang. Kalau lagi merasa suntuk aja," jawab Gildan apa adanya.

Aku menggut-manggut menanggapi. "Harusnya sekarang gak usah merokok lagi, Dan. Kan udah ada aku, aku bisa jadi tempat cerita saat kamu lagi suntuk atau ada masalah," ujarku menyarankan.

Itu memang salah satu fungsi aku sebagai pacar Gildan kan? Menjadi tempat untuk cowok itu bercerita. Walaupun aku tau, Gildan bukan tipe orang yang gampang terbuka dan mau menceritakan masalahnya. Selama aku berpacaran dengan Gildan. Dia tidak pernah bercerita tentang hal yang sedang dia alami. Dia cuma bilang kalau dia bisa menghadapi semuanya sendiri.

"Masalah gue terlalu berat buat dibagi ke lo, Sa," sahut Gildan.

"Nah, justru itu! Karena terlalu berat makanya harus dibagi dua," balasku gak mau kalah.

"Masalah gue biarlah menjadi masalah gue. Yang penting lo ada didekat gue aja udah bikin beban pikiran gue berkurang," ujar Gildan mampu membuat aku senyum.

Gildan berjalan agak menjauh dari tempat aku duduk. Lalu cowok itu merogoh kantung celananya dan mengeluarkan satu bungkus rokok serta 1 korek api. Perlahan ia mulai menyalakan koreknya dan mendekatkan satu puntung rokoknya ke api yang menyala.

Baru saja aku bertanya. Dan dia sudah melakukan itu sekarang. Tepat didepan mataku. Ini menandakan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja.

"Jangan mendekat," ujar Gildan yang menyadari langkah ku yang ingin menghampirinya.

"Kenapa?" tanyaku tetap maju dan mendekatinya. Walaupun aku tidak terlalu suka asap rokok, tapi aku tetap mendekat.

Beberapa detik kemudian Gildan membuang puntung rokok itu. Padahal masih sangat utuh dan hanya dihisap beberapa kali saja. Mungkin dia tidak mau aku menghirup asap rokok darinya.

"Kalo ada yang mau diceritain boleh kok. Telinga aku udah lama gak denger orang curhat," ujarku menyarankan.

Gildan diam. Cowok dengan slayer hitam yang melilit ditangannya itu lalu bersandar dipohon besar.

Wajahnya kelihatan sedang kacau dan banyak pikiran. Tidak biasanya dia seperti ini. Biasanya hanya wajah datar yang menjadi ekspresinya. Tapi hari ini tidak, ada ekspresi lain diwajahnya.

Posesif Gildan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang