ᴛᴡᴇɴᴛʏ ᴛʜʀᴇᴇ

423 90 14
                                    

ᴇxᴘʟᴀɴᴀᴛɪᴏɴ
■~■~■~■~■

/Happy Reading/







"Aku?" Jisung melongo layaknya orang bodoh. Matanya berkedip cepat dengan tangan yang menunjuk diri sendiri "Kenapa harus aku?"

Renjun menatap datar. Bocah yang satu ini... pusing dia dibuatnya. "Ya, karena cuma kamu yang bisa melakukannya, Jisung Pwark!"

"Tapi..."

"Tapi, tapi, nyenyenye... Lakukan saja! Kita tak punya waktu lagi," tukas Renjun memperingati, sambil melihat pertarungan api dan air yang tak ada habisnya.

Jisung menatap Jaemin penuh harap. Dia tak mau melakukan ini. Hei! Ini operasi pembunuhan!

Namun, harapannya pupus ketika Pemuda Na itu hanya memberi anggukan dan gerakan penyemangat. Lekas ia tersenyum

Tak ada cara lain. Dia harus melakukannya.

"Kau pasti bisa!"









Jisung memandangi pertempuran di depannya. Benar saja, waktu mereka tidak banyak. Haechan mulai terpojok dan terlihat begitu kelelahan. Tinggal menunggu waktu sebelum lelaki itu tumbang.

Netranya beralih pada dua Exitium di sana. Satu wanita yang sedang fokus dengan naga airnya dan satu pria yang sedang... bersantai? Twinblade tidak melakukan apa-apa selain diam dan mengamati.

Seketika Jisung—dengan segala pemikirannya—berkata. "Bagaimana jika lelaki Exitium itu sadar dan menggagalkan rencana ini?" 

Itu bisa saja, bukan? Mengingat lawan mereka adalan Exitium; tentunya sudah berpengalaman.

Detik berikutnya, gagasan ngawur kembali keluar dari lidahnya. "Kalau aku salah tembak, tak apa, kan?"

"Masalah yang pertama, biar aku yang urus," tiba-tiba Jaemin menghentakkan kaki dan terbang di udara, kemudian menatap Jisung sebal "untuk masalah kedua, aku yakin kalau kau tidak sebodoh itu."

"Pastikan saja telekinesismu tepat sasaran."




Lantas, Jaemin melayang melintasi arena pertempuran, berniat mengalihkan perhatian Twinblade.








Jaemin berputar disekeliling Twinblade, membuat gestur menyebalkan guna mengambil atensinya.

"Sekarang giliranmu, cepatlah!"

Jisung meng-iyakan perkataan Renjun dan mulai memfokuskan pikiran, memusatkannya pada kedua jarum.

Sampai pada satu waktu, dimana benda itu melayang bebas di bawah kendalinya. Satu hal lagi terakhir, membidik.

Jarak di antara mereka cukup jauh. Tapi, itu tidak masalah selagi tidak ada yang menyadarinya.

Ia melirik sekilas, memastikan Exitium itu tidak memperhatikannya. Dan dalam sekejap, jarum itu berpindah tempat.

Layaknya angin dikala hujan, benda tajam tajam itu melaju cepat mengenai targetnya—leher kedua Exitium.






Erangan kesakitan muncul tak lama setelahnya. Bersamaan dengan menghilangnya naga air dari pertempuran. Begitupun dengan ular api, penggunanya bahkan sudah terkulai lemas di rerumputan.







"Apa ini?" Twinblade memegangi lehernya dan ia menemukan benda asing di sana. Dari benda itu muncul kilatan merah dan juga suara aneh.






"Lari!" Renjun berteriak pada Jaemin. Ini berbahaya, seperti yang ia katakan. Lantas dirinya menarik tubuh Haechan menjauh.

Jarum itu, sebuah prototype dari bom sederhana. Sebuah alat yang dirakit sedemikian rupa, hingga dapat meledak dalam keadaan aktif, dan hanya aktif jika sudah menancap pada sesuatu.









【√】°ɢᴇɴᴇ x』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang