ᴏɴᴇ

784 124 15
                                    

ᴛᴡᴇʟᴠᴇ ʏᴇᴀʀs ʟᴀᴛᴇʀ
■~■~■~■~■

---






Seorang anak laki-laki membawa dirinya menuruni tangga. Berjalan menuju ruang makan, yang letaknya tepat berada di sebelah dapur.

Dan dapur hanyalah beberapa langkah dari tangga yang ia gunakan.









"Pagi Jisung," sapa lelaki yang berumur dua tahun lebih tua saat melihatnya memasuki ruangan. "Pagi kak Soobin."

Jisung mendudukan diri di meja makan, mengambil selai stroberi dan mengoleskannya pada selembar roti. Dilanjutkan dengan mengambil sebuah gigitan besar, lalu mengunyahnya sampai tak tersisa.




"Mama kemana?" Jisung memutar kepalanya; mencari satu-satunya sosok perempuan yang ada di rumah ini.

"Mama pergi kerja lebih awal, ada yang harus diselesaikan di tempat kerjanya."

Jisung menganggukkan kepala, itu bukanlah yang pertama kali. Bahkan terkadang Mamanya memilih untuk menginap di tempat kerja dengan alasan pekerjaan yang menumpuk.









Yah, mau bagaimana lagi. Wanita itu harus menanggung semua biaya hidup mereka bertiga. Tiga orang, Mamanya, kak Soobin dan dia.

Dia tidak terlalu mengetahui apa yang terjadi dengan "sang Ayah". Yang dia tahu orang itu telah meninggalkan sosok ibu dan anak ini sejak lama, bahkan sebelum dia bergabung dalam keluarga ini.







Ya, sebenarnya dia—Jisung—bukanlah anak kandung dari Mamanya yang sekarang. Dia tidak terlalu ingat dengan orang tua kandung dan masa lalunya.

Hal yang masih menempel di dalam memorinya adalah ketika dirinya disuruh untuk pergi ke suatu alamat, memisahkan diri dari teman-temannya; yang bahkan namanya saja tak bisa diingatnya.

Dan ia berakhir di rumah ini. Mama Irene membukakan pintu untuknya pada malam itu. Sejak hari itu, Jisung secara resmi menjadi bagian keluarga dari ini.









"Kakak ada kuliah pagi?" Jisung bertanya dan pertanyaannya langsung dibenarkan oleh Soobin. Mereka telah selesai sarapan dan sekarang Jisung sedang mencuci sendok yang tadi dia gunakan untuk mengoleskan selai.

Soobin beranjak pergi dari ruang makan, berniat untuk segera pergi ke kampus. Namun sebelumnya ia mengingatkan Jisung. "Jangan lupakan kacamatamu, aku pergi dulu."











Jisung melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Mencari kacamata dan hoodie yang biasa digunakannya ke sekolah.

Menata rambutnya dengan gaya bowl cut, memasangkan kacamata berbentuk bulat dan sempurna. Tinggal memasukan hoodie ke dalam ransel hitamnya lalu pergi ke sekolah.

Kalau ada yang bertanya mengapa dia berpenampilan seperti itu? Jawabannya adalah... Jisung pun tidak tahu.

Yang pasti, Irene menyuruhnya untuk selalu mengganti sosoknya menjadi sedikit lebih "culun" ketika dia mau pergi keluar.

Dan juga jangan pernah memanggil Jisung ketika berada di luar rumah. Karena dia bukan lagi seorang Park Jisung melainkan seseorang yang sering dipanggil Adam.

















 Karena dia bukan lagi seorang Park Jisung melainkan seseorang yang sering dipanggil Adam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
【√】°ɢᴇɴᴇ x』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang