ғᴏʀᴛʏ

461 99 14
                                    

ʟᴀsᴛ sᴛᴀɴᴅ
■~■~■~■~■

ʟᴀsᴛ sᴛᴀɴᴅ■~■~■~■~■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/Happy Reading/










KZZAKKKK!










Lagi-lagi, pemimpin alien itu marah. Kali ini, dia terlihat sangat kesal, hingga aura ungu disekitar tubuhnya tampak menggelap.











"Cepat hancurkan portal itu!" kata Jungkook.

Mereka harus cepat, agar semua pengorbanan ini tidak sia-sia.

Chenle mengangguk, lantas ia berpindah—teleport—ke samping Haechan yang baru saja melepas ular api miliknya.

"Kenapa kau menghampiriku?" bingung Haechan. "Bukankah portalnya ada di dalam danau."

"Bom ini butuh kekuatan kak Haechan," jelas Chenle.

Wajah Haechan ditekuk, tidak mengerti.

"Kak Haechan tinggal membakarnya dan bom ini akan meledak."

"Baiklah. Tapi kenapa harus aku?"

Chenle memegang tangan Haechan, lantas mereka berteleportasi kembali ke tempat Jisung dan Jungkook.

"Penjelasannya panjang. Pokoknya, bom ini hanya bisa diaktifkan oleh kemampuan Gene yang telah beresonansi, kekuatan yang telah diperkuat."







"Tunggu apa lagi?" Jungkook bertanya.

"Satu lag—"







KZZAKKKK!







Dari tubuh si pemimpin alien, aura ungu pekat tersebar luas. Laksana awan violet yang menutupi cakrawala.

"Mampus! Semuanya jadi ungu," ujar Bambam.

"Awan beracun?"

"Bukan," sanggah Renjun. "Aku tak tau, tapi ini gawat. Kalian cepatlah."












"Satu lagi, kita harus mendekati portal itu, melempar bom lalu dibakar oleh api kak Haechan," ulang Chenle. "Tapi alien itu menggangu, susah untuk mendekati portal."

"Teleportasi," saran Haechan.

"Dan ditumbuk alien saat tiba sana? Maaf saja tapi aku tidak sebodoh itu." Chenle memutar mata, malas.

"Jadi bagaimana?"









"Awas!" teriak Renjun. "Semuanya menghindar!"

Dari awan itu, muncul banyak tombak ungu, dan satu per satu tombak itu turun dari langit.

Hujan tombak!

【√】°ɢᴇɴᴇ x』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang