ғᴏʀᴛʏ ᴛᴡᴏ

831 120 45
                                    

ғɪɴᴀʟ
■~■~■~■~■



/Happy Reading/








Gelap.

Dingin.

Dan ringan.

Semuanya terasa tidak nyata.

Sampai manik hitamnya terbuka lebar.









Sama saja.

Tak ada yang berubah.

Malam yang kelam.

Ia kira, semua ini adalah mimpi.

Nyatanya, tidak.

Sebab semua ini adalah realita.














Sebab semua ini adalah realita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













Dengan tombak ungu kebanggaannya, alien itu menerjang berkali-kali. Kecepatannya melebihi manusia, membuatnya mudah untuk menyerang dan menghindar.

Trang!

Tombak beradu dengan gundukan tanah.

Jisung mengambil alih bagian pertahanan, ia mulai terbiasa dengan terrakinetic miliknya. Tanah dan bebatuan bergerak lihai sesuai perintahnya.

Sementara itu Haechan dan Jungkook sama-sama melepaskan kemampuan mereka. Fireball dan sonic wave menuding pemimpin alien.

Sayangnya, refleks sang alien cukup cepat untuk membuatnya segera terbang mengelak.

"Curang!" protes Haechan. "Turun sini kalau berani, jangan terbang mulu."









Sudah sebelas menit sejak tenaga mereka terisi penuh, dan sejak itu juga tidak ada serangan yang berhasil mereka layangkan pada alien itu.

"Kau masih enak, bisa menembaknya dengan api. Kerjaanku dari tadi cuma kabur." Jeno mengeluh sebab kemampuan sangat tak berguna di saat seperti ini.

Begitu juga yang lain, situasi ini tidak menguntungkan. Hanya Haechan, Jisung, dan Jungkook yang dapat mengeluarkan serangan jarak jauh.

Sisanya hanya bisa diam, menunggu alien itu turun dan menerjang mereka.







"Jisung, apa kau tak bisa mengendalikan tombak alien itu?"

Jisung menggeleng cepat. "Tombak itu bukan benda. Itu kemampuan sang alien."

Chenle berdecih. Kalau begini akan sulit bagi mereka.







【√】°ɢᴇɴᴇ x』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang