ᴛᴡᴏ

607 112 11
                                    

ɪɴɪᴛɪᴀᴛɪᴏɴ
■~■~■~■~■

---




"Hai Jisung." Seseorang memanggilnya, membuat ia menoleh.

"Eh, hai kak," balas Jisung kikuk.





Dia bertemu dengan orang ini lagi.




Seorang laki-laki yang terasa amat familiar, tapi dia tidak bisa mengingatnya. Bahkan nama lelaki yang tampaknya lebih tua darinya itu tidak diketahuinya.

Nanti saja, kau akan ingat sendiri, itulah yang orang itu katakan ketika Jisung menanyakan identitasnya.








"Bagaimana kabarmu?"

Jisung memutar matanya. "Baik-baik saja, dan...  apa tidak ada pertanyaan yang lain? Setiap hari kakak selalu melakukan hal yang sama."





Lelaki itu terkekeh melihat Jisung yang sedang kesal. Ada kesenangan tersendiri saat melihatnya.

"Baiklah." Dia memutuskan untuk berjalan; sedikit menjauh, tidak tahu apa yang akan dia perbuat.





"Mau kemana?" Jisung berjalan mengikutinya, karena disini tidak ada siapa-siapa selain mereka berdua.

Ya, cuma berdua, dengan pemadangan belatar putih, layaknya berada di awan-awan.






"Kalau begitu, bagaimana dengan kekuatanmu?" Jisung terkejut, bagaimana orang itu mengetahui bahwa dia memiliki kekuatan.

Padahal selama ini dia selalu berhati-hati saat ingin mengunakan kekuatannya.





"Hei, Jisung." Lelaki itu melambaikan tangannya di depan wajahnya. Berusaha mengambil kesadaran Jisung yang sudah terlarut dalam pikirannya.

Jisung menggelengkan kepala ketika berhasil keluar dari keterkejutannya. Dia dapat melihat lelaki yang lebih tua sedang terkekeh kecil.

"Bagaimana kakak bisa tahu?" tanya Jisung dengan tatapan tajam, apakah dia adalah seorang stalker? Semoga tidak, karena tidak ada yang boleh mengetahui kekuatan, kecuali...

"Entah—" Lelaki itu mengangkat kedua bahunya, "—itu hal yang sama dengan bagaimana caraku mengetahui namamu."







Jisung tampak berpikir, mengingat-ingat pertemuan pertama mereka. Dan seingatnya, kalau saat itu, lelaki ini langsung memanggil namanya, bahkan sebelum ia sempat memperkenalkan dirinya.




"Sudah ingat?"

Jisung mengangguk, lalu kembali melirik orang itu. Namun kali ini tatapan lebih tenang.





"Apa kau—"

"Kakak," potong lelaki itu membenarkan kata-katanya sambil memberi isyarat kalau dia itu lebih tua darinya.

Jisung menatapnya datar, lalu membetulkan kalimatnya. "Apa kakak—"

Nada suaranya semakin mengecil, terdengar seperti berbisik.

—seorang Gene juga?"




Lelaki itu tidak terkejut, dia sudah menduga Jisung akan menanyakan tentang ini, karena hanya itulah satu-satu hal yang bisa dipikirkannya.

Gantinya terkejut, lelaki itu tersenyum. Dan tak lama dia mengangguk; memberi konfirmasi perihal pertanyaan itu.






Lelaki itu seorang Gene, sama seperti dirinya. Tapi dia tidak bisa mengingat apa-apa tentang orang itu. Waktu itu dia masih terlalu kecil.

【√】°ɢᴇɴᴇ x』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang