sɪxᴛᴇᴇɴ

453 94 5
                                    

ᴄᴀɴɪs
■~■~■~■~■


"Canis, aku datang."

Ketiga anak itu kembali beranjak; melanjutkan pelarian mereka yang tak berujung.

"Bukankah kota itu cukup jauh?" tanya Jisung memastikan, karena mereka berjalan kaki.





"Kau benar, tapi kita tidak punya pilihan lain."

Terlalu berisiko untuk menggunakan transportasi umum yang berada di kota, mengingat New Clayborn sedang dipantau penuh oleh Exitium.




"Tak usah terburu-buru, Exitium tidak akan bisa menemukan kita." Jaemin berucap santai.




Dia dapat memastikan hal itu.

Seratus persen.




Itu karena mereka melewati jalur pegunungan. Tempat tertinggi di negara ini, Silhuan Mountain, yang merupakan kumpulan bukit di daerah New Clayborn.

Cukup sulit untuk sampai ke tempat ini, karena sangat curam dan tinggi, kecuali mereka bisa terbang. Dan itu merupakan hal yang mudah, terutama bagi Jaemin.

"Kira-kira satu atau dua hari berjalan, lalu kita akan sampai disana."








"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








"Huaa... jauh sekali," keluh Jisung. Mereka sudah berjalan dari pagi hingga siang hari dan kota itu masih sangat jauh.

"Baru gitu aja udah ngeluh," Haechan mengejeknya.






"Lagian jauh banget." Jisung cemberut. "Kenapa juga kita jadi buronan seperti ini."

"Karena mereka takut," tutur Haechan. "Apalagi setelah aku berhasil mengalahkan salah satu dari mereka," katanya sombong.

"Dan untungnya kau masih hidup," sahut Jaemin yang membuat Haechan tidak terima. "Kita masih tidak tau apa saja yang bisa terjadi saat menggunakan kekuatan terlalu berlebihan."

"Untung saja kau tidak apa-apa."






Haechan terdiam. Perkataan Jaemin ada benarnya. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Mungkin saja kemampuan mereka akan hilang.

Atau...

Bisa saja tubuh mereka akan hancur karena kekuatan mereka sendiri.






"Intinya, kalau bisa jangan sampai terulang kembali. Usahakan untuk membatasi kekuatan kalian."







"Meskipun, aku sangat berterima kasih untuk saat itu," Jaemin menghembuskan napasnya, "kalau saja kau tak melakukannya, mungkin kita sudah tamat."

Jisung ikut menyetujuinya. "Kak Haechan sangat keren saat itu."

"Bola api raksasa dan semuanya,"

【√】°ɢᴇɴᴇ x』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang