ᴛᴡᴇɴᴛʏ sɪx

401 86 4
                                    

sᴛᴀᴛᴇᴍᴇɴᴛ
■~■~■~■~■





/Happy Reading/







"BIARKAN AKU PERGI!"

"SIAPA KALIAN, HAH?!"









Kaget. Ekspresi yang menggambarkan keadaan empat anak adam yang baru saja menginjakkan kaki di pekarangan depan rumah.

Mendengarnya, Jaemin menggeleng-geleng frustasi. Tak berbeda jauh dengan Jisung; menepuk jidat. Begitupun dengan Renjun yang memijat pelipisnya, serta Jeno yang kebingungan.

Hanya satu, penyebab dari keributan ini. Dan hal itu sudah pasti, siapa lagi kalau bukan dia.










Dari kejauhan, Jaemin mampu mendengar suara gaduh dan seruan yang amat familiar.

Dari kejauhan, Jisung dapat melihat aksi kejar-mengejar bak 'tom and jerry' dengan satu orang yang selalu bersamanya belakangan ini.

Dari kejauhan, Renjun mengeluarkan senyum tipis ketika orang yang bernama Haechan berlarian dari perkarangan belakang hanya untuk menghampirinya.









"Yak! Bisa-bisanya kau malah berlarian seperti ini." Jaemin berkacak pinggang dengan tatapan tidak bersahabat.

"Kak Haechan memang bodoh." Jisung menyahut, sebab tak mengerti lagi dengan kelakuan kakaknya itu,

"Bagaimana kalian berdua bisa bertahan dengan orang semacam ini?" Renjun menatap prihatin pada Jaemin dan Jisung. Dia yang baru kenal beberapa hari saja, sudah dapat merasakan tekanan batin yang luar biasa.

Sedangkan, yang menjadi bahan pembicaraan malah nyengir—seolah tak berdosa. "Hehe..."









Namun, detik berikutnya, helaan panjang berhembus dari ketiganya. Menjelaskan perasaan lega yang tak lagi tertahan. Sebab satu teman mereka, telah membaik.

"Kau siapa?" tanya Haechan saat melihat orang asing bersama ketiga temannya.

Matanya menyipit, memandang sejajar lantas mulutnya kembali terbuka. "Biarku tebak... kau adalah Gene?"

Amat tepat, membuat lelaki yang ditanya tersenyum senang. "Lee Jeno, anak yang bisa menghilang."

"Lee Donghyuck, panggil saja Haechan, dan aku suka bermain dengan api."









"Yap, bermain dengan api sampai melahap hutan," ujar Jaemin dengan nada mengejek.

"Terus, malah menambah masalah dengan membakar Exitium," tambah Jisung tak mau kalah.

"Awas saja kalian berdua," geram Haecham. Kedua temannya itu, senang sekali mengejeknya.

Belum berakhir disitu, Renjun kian mengompori sang pengendali api tersebut. "Memang biang masalah."

"Yak! Kau juga!"









Di tempat itu, suasana tidak mencekam. Malah sebaliknya, gelak tawa memenuhi ruang udara di sekitar kelima pemuda. Memberi kesempatan untuk rehat sejenak dan melupakan realita kehidupan.







Setidaknya, seperempat putaran jam, sampai seorang perempuan datang mendekat dengan raut muka yang tercampur.









Saat itu juga Haechan memasang kuda-kuda. Waspada. Bahkan dia sempat melupakan keberadaan dua pria kekar yang berdiri menjaga jarak—pria yang sempat mengejarnya.

【√】°ɢᴇɴᴇ x』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang