ᴛʜɪʀᴛʏ

418 86 8
                                    

ᴇᴘɪᴄ ʙᴀᴛᴛʟᴇ
■~■~■~■~■



/Happy Reading/












Renjun tak punya waktu untuk lengah, barangkali hanya satu detik. Velocite memberikan serangan beruntun tanpa henti-hentinya, yang mana memaksanya untuk mengelak serta menghindar.

Terkadang, pukulan tajam dan tendangan atas ia lakukan, meski tidak mengenai apapun—sebab kecepatan Velocite yang diluar nalar.

"Boleh juga," senang Bambam karena setelah sekian lama, ia menemukan seseorang yang cocok untuk dijadikan mainan.

Biasanya, tak ada yang dapat menghindari pukulan miliknya karena faktor kecepatan. Begitu cepatnya, sampai-sampai terlihat seperti proyeksi astral.









Namun, tidak bagi Renjun. Semua berkat iris biru miliknya. Pergerakan Velocite dapat ia baca dengan baik, seakan semuanya tidak jauh lebih cepat.

Dan lagi, beruntung sekali, ia pernah berlatih material arts selama beberapa tahun; wushu. Ilmu bela diri yang berfokus pada serangan jarak dekat yang cepat dan juga pertahanan yang kuat.









"Ilmu silat yang kau miliki, hebat juga." Bambam menyimpulkan senyum semangat. Ada bara terbakar dalam dirinya sebab pertempuran ini.

"Let's go faster."

Terjangan itu kembali muncul. Kali ini lebih cepat. Meski begitu Renjun masih bisa mengakalinya.

Sebenarnya serangan Bambam cukup simpel, hanya sebuah pukulan depan yang dilakukan berulang. Lari, lalu tonjok, pola itu terus berulang.

Masalahnya, Exitium itu sangat cepat berpindah tempat. Satu pukulan dari depan, kemudian berpindah ke samping, lalu belakang.

Kalau saja refleksnya lambat, Renjun pasti sudah habis.












"Sial, dia semakin cepat saja."

Normalnya, dalam sebuah seni bela diri, ada sua belah pihak yang silih berganti antara menyerang dan bertahan. Namun, kasus kali ini merupakan kasus spesial.

Tak banyak jeda yang bisa Renjun gunakan untuk memberi serangan balasan.

Juga, normalnya banyak teknik yang memerlukan ketangkasan kaki untuk menyerang—yang sayangnya, kakinya masih belum sembuh totak akibat pertempuran sebelumnya.












"Fokuslah pada pertarungan kita."

Entah dari arah mana, suara itu muncul.

Tapi perihal kalimat itu, ada benarnya. Semenjak kejadian teriakan Haechan, pikiran Renjun agak terpeta-peta. Sesekali ia berusaha melirik pada anak lain, hanya sekadar memastikan.











Ditambah lagi, ada satu hal lain yang menggangu pikirannya.

Bugh...










"Akh!" Renjun mengerang sembari mempertahankan kuda-kuda. Pelipisnya baru saja terkena pukukan yang cukup kuat.

"Haahhh...," Bambam berhenti sejenak, lalu helaan napas terdengar. "Tidak seru kalau kau tidak fokus seperti itu."

"Cepatlah singkirkan, tak usah memikirkan temanmu, mereka bukan urusan kita." Renjun sedikit mengernyit mendengar perkataan Exitium yang satu ini. "Ayo bertarung dengan adil!"

【√】°ɢᴇɴᴇ x』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang