BAB SUDAH DIREVISI
HAPPY READING
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
* * *
Keesokan harinya seperti biasa, Riani datang tepat waktu sebelum jam masuk di kantornya. Tapi ada yang berbeda hari ini karena sampai jam setengah sembilan Raga tak kunjung datang.
Riani tak begitu memikirkan hal itu. Mungkin saja pria itu sedang berhalangan.
Ditengah kesibukannya Riani menatap pintu yang tiba-tiba dibuka dan muncul tubuh jangkung Raga yang berjalan dengan lemas.
“Selamat Pagi, Mas.” Sesuai permintaan Raga kemarin Riani mulai perlahan-lahan belajar menggunakan panggilan untuk Pria itu dengan sebutan 'Mas'.
Raga yang biasanya tersenyum lebar dan membalas sapaan Riani dengan antusias kali ini tidak. Pria itu hanya tersenyum tipis untuk membalas sapaan Riani.
“Bapak-eh Mas kenapa?” tanya Riani.
“Saya gak papa, kok,” jawabnya.
“Mas yakin? Muka Mas kok pucat gitu?”
“Saya gak papa, Riani,” ucap Raga meyakinkan.
Riani berusaha mengerti, siapa tahu Raga sedang banyak pikiran. Masalah rumah tangga mungkin.
Riani melanjutkan pekerjaan yang sedikit lagi selesai karena hari ini pekerjaannya tak terlalu banyak. Ia hanya memperbaiki beberapa laporan yang dikerjakan oleh sekretaris lama.
“Riani,” panggil Raga dari meja kerjanya dengan lemas.
“Iya, Mas?” sahutnya.
“Saya minta nomor kamu, dong. Sudah seminggu lebih kamu magang di sini tapi saya belum simpan nomor telepon kamu,” ucap Raga sambil melangkah gontai ke arah meja Riani.
Riani mengangguk kemudian menerima ponsel Raga yang disodorkan oleh pria itu kemudian mengetikkan nomornya.
“Makasih,” ucap Raga.
“Sama-sama, Mas,” balas Riani.
Raga berbalik kemudian melangkah kembali ke arah mejanya namun tiba-tiba kepalanya terasa begitu sakit dan matanya sedikit menggelap. Dalam hitungan detik tubuhnya ambruk namun ia masih dalam keadaan sadar.
“Mas Raga!” pekik Riani.
Riani beranjak dari mejanya dan melangkah cepat ke arah Raga.
“Mas ... Mas, bangun Mas. Aduh gimana nih,” ucapnya sambil menepuk-nepuk pelan pipi Raga.
Riani langsung menuju mejanya dan menelepon security untuk membantunya membopong tubuh Raga. Riani berniat membawa Raga ke rumah sakit.
Riani beralih mengambil ponsel, tas, dan kunci mobilnya kemudian kembali berusaha membawa Raga ke atas sofa yang untungnya berada tak jauh dari tempat mereka.
“Sabar ya, Mas. Kita ke rumah sakit ya,” ucap Riani dengan cemas.
"Jangan panik, Riani. Saya gak papa," cicit Raga terdengar lemah namun pria itu tetap tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Duda!
ChickLit[FOLLOW AKUNKU SEBELUM BACA!] Raga menatap gadis di depannya ini dengan sorot mata yang agak berbeda. "Duda duda begini tapi saya masih perjaka," ucapnya pada Riani, gadis yang sedari tadi berdiri di depan meja kerjanya. "Udah punya anak tapi dibila...