Saya berjanji akan vote part ini, serius deh.
*Pokoknya kalian dah janj, 'kan? Jani adalah utang, utang harus ditepatiಥ‿ಥ*
* * *
Tiga hari yang lalu Riani sudah bisa diizinkan untuk pulang dan menjalani perawatan dari rumah meskipun harus beberapa mengikuti kontrol dokter untuk beberapa waktu ke depan.
Jika kondisinya semakin parah, maka hanya salah satu diantara mereka yang selamat, jika bukan ibunya, maka janin yang harus dikorbankan.
Sejak hari itu, Raga benar-benar berubah menjadi seorang suami yang sangat siaga. Riani sangat dilarang untuk melakukan aktivitas apapun. Yang bisa dilakukannya hanyalah makan, tidur, dan meminum obat. Bahkan, Raga sudah mengunjungi biro penyedia jasa ART untuk membantu mengerjakan semua tugas rumah, serta satu pengasuh dari biro terpercaya untuk membantu mengurus Ryan dan keduanya akan datang esok hari setelah menjalani training dan karantina selama tiga hari.
Kini mereka sedang berkumpul dan mengobrol sesekali bercanda ria di ruang keluarga. Ada Ryan yang duduk berselonjor di atas karpet, Raga yang tak henti-hentinya mengusap-usap perut Riani dan Riani yang masih terdiam menikmati usapan lembut sang suami.
“Susunya belum diminum, 'kan?” tanya Raga.
Riani menjawab dengan anggukan. “Aku buatin dulu.”
“Eit, gak boleh. Biar aku aja,” bantah Raga.
“Mas, kali ini aja. Aku udah bosen tau. Udah hampir lebih dari tiga hari loh aku gak masuk dapur. Ya?” pinta Riani memohon.
Raga yang sepertinya kasian pun akhirnya mengangguk mengizinkan. “Iya, tapi aku temenin.”
“Ryan, tunggu bentar, ya. Papa sama Mama ke dapur dulu,” ujar Raga sambil mengacak rambut anaknya itu.
Raga meraih tangan Riani dan diselipkan diantara jari-jarinya. “Gak boleh lupa gandengan.”
Riani hanya tertawa menanggapinya.
Begitu sampai di dapur, Riani membuka lemari dan mengambil sekotak susu bubuk khusus ibu hamil kemudian mengambil gelas dan air.
Dituangnya susu itu kemudian mencampurkannya dengan air hangat karena cuaca sedang terik jadi ia tak suka minuman panas.
Sementara itu Raga membuka kulkas dan mengambil satu pack biskuit untuk ibu hamil dan satu kotak es krim cokelat kesukaannya.
Di tengah aktivitasnya, bunyi bel rumah berdenting berkali-kali tanda ada tamu.
“Aku ke depan dulu ya,” pamit Raga sambil membawa serta es krim dan biskuit tadi.
“Kok gak dibukain pintunya, Yan?” ucap Raga begitu mendapati Ryan masih santai di depan TV.
“Kan kata Papa kalau ada tamu asing jangan dibuka, tadi Ryan liat dari jendela, Ryan gak kenal orangnya, Pa.” Ok, sekarang Raga menyesal karena melarang Riani dan Ryan untuk mempersilahkan orang asing untuk masuk ke rumah sejak kemunculan Helda dan mantan mertuanya.
Raga berdecak pelan kemudian melangkah menuju pintu depan dan membukakan pintu tanpa melihat dulu siapa yang datang.
Raga sedikit tersentak karena perempuan itu langsung menubruknya dan memeluknya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Duda!
ChickLit[FOLLOW AKUNKU SEBELUM BACA!] Raga menatap gadis di depannya ini dengan sorot mata yang agak berbeda. "Duda duda begini tapi saya masih perjaka," ucapnya pada Riani, gadis yang sedari tadi berdiri di depan meja kerjanya. "Udah punya anak tapi dibila...